Sungguh sulit menentukan predikat bintang lapangan pada pertandingan Portugal versus Korea Utara. Cristiano Ronaldo layak atas predikat itu, tapi Tiago, Raul Meireles, dan Fabio Coentrao pun punya andil besar dalam kemenangan 7-0 untuk Portugal itu. Cristiano Ronaldo datang ke Afrika Selatan dengan sejuta tanda tanya. Banyak pengamat ragu akan keberhasilannya di piala dunia kali ini. Keraguan itu muncul karena ia tak pernah mencetak gol internasional selama dua tahun terakhir di turnamen resmi. Nada-nada minor pun kembali terdengar setelah Ronaldo gagal membawa "A Seleccao" meraih kemenangan saat melawan Pantai Gading di laga pertama. Apalagi pada pertandingan itu, Ronaldo ibarat digencet "Sang Gajah". Kedua kakinya seperti benar-benar mati. Di Stadion Cape Town, Senin (21/6/2010), Ronaldo mematahkan sinisme itu. Betapa tidak, kapten tim tersebut menjadi inspirator kemenangan besar "Selecção das Quinas" atas Korea Utara 7-0. Pada babak pertama, Ronaldo sebenarnya sempat terlihat frustrasi. Penetrasinya ke jantung pertahanan lawan dapat dihentikan oleh barisan pertahanan "Chollima". Untunglah, Ronaldo menemukan kehebatannya di babak kedua. Pada menit ke-60, mantan gelandang Manchester United itu memberikan assist penting untuk gol Tiago. Setelah gol itu, Ronaldo seperti "kesetanan". Setelah dua umpan silangnya gagal dimanfaatkan kawan, ia mencoba sendiri untuk mendobrak gawang Ri Myong-guk. Satu bidikannya sempat membentur mistar. Dua menit berikutnya, sepakannya mendarat ke arah kiper. Usaha keras itu akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-87. Ia mencetak gol keenam bagi Portugal, sekaligus gol pertamanya sejak gol terakhir di Piala Eropa 2008 melawan Republik Ceko--Ronaldo kemudian mencetak gol penalti dalam duel persahabatan lawan Finlandia, 11 Februari tahun lalu. Winger berusia 25 tahun itu menyarangkan bola usai mendapat bola yang direbut Liedson. Sebuah gol yang ia yakini akan datang dengan sendirinya ketika ia bermain bagus di lapangan. "Gol itu akan datang. Saya punya kepercayaan terhadap pelatih dan juga rekan-rekan saya. Saya memang belum mencetak gol untuk Portugal selama dua tahun, tapi saya akan menjebol gawang Korea Utara," janji Ronaldo sehari sebelum melawan Korut. Dengan senyumannya, yang membuat banyak wanita mabuk kepayang, Ronaldo merayakan gol itu dengan cara sederhana. Ia hanya berjalan santai sambil menyambut rekan-rekan yang datang memeluknya. Sungguh di luar kebiasaannya saat mencetak gol untuk klub, sikap yang sering dianggap orang lain sebagai kebiasaan orang angkuh karena status kebintangannya. Status pemain bintang itu tak diraih Ronaldo dengan cara mudah. Ia lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya hanyalah seorang pekerja yang mengurusi perlengkapan di klub amatir Andorinha. Di klub inilah Ronaldo kecil, 8 tahun, mulai suka menendang si kulit bulat. Ia lantas memilih Sporting Lisabon untuk memulai karier profesional. Saat usianya 17 tahun, karier Ronaldo semakin cemerlang. Nasib baik membawanya ke Manchester. Semua bermula ketika Pelatih MU Sir Alex Ferguson terpukau menyaksikan aksi Ronaldo dalam duel inagurasi Alvalade XXI di Stadium Lisabon. Waktu itu Sporting menang 3-1. Hampir jatuh ke pelukan Liverpool, Ronaldo akhirnya diboyong Ferguson ke Old Trafford pada 2003. Di sanalah namanya besar. Ia berhasil mengantarkan "Setan Merah" meraih tiga gelar Premier League, trofi Liga Champions, dan Piala Dunia antarklub. Ia pun menjadi Pemain Terbaik Dunia 2008 berkat 42 gol yang dicetaknya selama satu musim. Musim lalu, ia pindah ke Real Madrid dengan status pemain termahal di dunia. *tulisan ini dimuat di Kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H