Mohon tunggu...
Ferriandra Henry
Ferriandra Henry Mohon Tunggu... Mahasiswa - A high achiever public health student

My name is Ferriandra Henry Wicaksono or usually called Ferri. I’m a third year college student majoring in Public Health at University of Indonesia and also a flexible and teamworker which interested in health issue, organizations, and social volunteering activity.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gaya Hidup Sedentari, Ancaman Nyata Bagi Kita Semua!

27 November 2021   02:42 Diperbarui: 27 November 2021   02:45 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

WHO (World Health Organization atau Badan Kesehatan Dunia) secara resmi menetapkan COVID-19, yaitu penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 sebagai pandemi pada tanggal 9 Maret 2020. Dengan penularannya yang sangat cepat, Aktivitas masyarakat seperti bekerja, sekolah, serta perpindahan masyarkat dari suatu tempat ke tempat lainnya pun pada akhirnya ikut terdampak. Berbagai program pembatasan aktivitas masyarkat pun diberlakukan untuk meminimalisir kontak dan mencegah penularan virus SARS-CoV-2, dimulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), hingga yang tebaru adalah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dengan kriteria yang berbeda sesuai dengan level dari PPKM tersebut.

Namun, dengan di berlakukannya pembatasan aktivitas masyarakat tersebut, hal tersebut juga secara perlahan mengubah gaya hidup dari masyarakat kebanyakan, dari yang biasanya melakukan segala aktivitas seperti bekerja, belajar, dan berbelanja secara luring hingga terbiasa melakukan hal tersebut secara daring. Hal ini mengakibatkan timbulnya adopsi gaya hidup sedentari. Lalu, apa itu gaya hidup sedentari?

Pengertian Gaya Hidup Sedentari

Gaya hidup sedentari (sedentary lifestyle) adalah gaya hidup yang minim hingga tak melakukan aktivitas fisik sama sekali.  Gaya hidup sedentari ditandai dengan minimnya aktivitas fisik, perilaku menetap yang tinggi, serta tidur yang menjadi perilaku dominan masyarakat, khususnya di masa Pandemi COVID-19. Beberapa contoh perilaku sedentary yang banyak ditemui antara lain: bermain video game, menonton televisi, menggunakan komputer, membaca buku, serta rebahan. Padahal, WHO telah merekomendasikan setidaknya 150 menit aktivitas fisik sedang, 75 menit aktivitas fisik berat, atau kombinasi keduanya per minggu.

Dampak Gaya Hidup Sedentary

Jika gaya hidup ini dibiarkan, maka akan meningkatkan resiko seseorang untuk menderita berbagai gangguan kesehatan, dimulai dari penyakit kardiovaskular, hipertensi, gangguan muskuloskeletal, depresi, kanker, diabetes melitus, hingga kematian dini. Hal tersebut tentunya akan secara perlahan membuat turunnya produktivitas seseorang, kondisi kesehatan seseorang jadi memburuk, serta meningkatkan beban pengobatan di kemudian hari.

Rekomendasi

            Untuk mencegah terjadinya dampak buruk akibat gaya hidup sedentari, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:

  • Meningkatkan intensitas aktivitas fisik
  • Penelitian menunjukan bahwa aktivitas fisik seperti olahraga dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit kardiovaskular, diabetes melitus, hingga kematian dini. Contoh olahraga yang dapat dilakukan adalah berlari, bersepeda, serta melakukan senam aerobik di dalam ruangan.
  • Mengurangi waktu yang dihabiskan untuk tidak bergerak
  • Melakukan aktivitas fisik secara rutin merupakan hal yang sangat baik, namun akan lebih baik lagi juga didukung dengan mengurangi jumlah waktu yang mereka habiskan untuk tidak bergerak, misalnya dengan berdiri di transportasi umum, berjalan kaki ke tempat kerja, beranjak dari kursi setiap 30 menit sekali, hingga membiasakan untuk menggunakan tangga daripada elevator.

Tentunya, bukan merupakan hal yang mudah untuk menumbuhkan kesadaran serta membiasakan berbagai macam aktivitas fisik di kehidupan sehari – hari. Diperlukan sosok promotor kesehatan yang hadir di tengah masyarakat untuk secara inklusif melakukan promosi kesehatan yang sinergis antara pemerintah, instansi pelayanan kesehatan, kader puskesmas, mahasiswa ilmu kesehatan, serta warga setempat untuk membudayakan kebiasaan hidup sehat tersebut, dalam rangka meminimalisir risiko dan dampak dari gaya hidup sedentary. Penerbitan pedoman aktivitas fisik oleh instansi kesehatan ataupun institusi pendidikan yang berisi rekomendasi aktivitas harian yang sehat juga bisa dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kepekaan masyarakat akan gaya hidup sedentary, seperti yang sudah di implementasikan di Korea, Australia, dan Amerika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun