Mohon tunggu...
Ferrial Pondrafi
Ferrial Pondrafi Mohon Tunggu... -

penggemar musik sejak kecil

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

"When We Awake, All Dreams Are Gone" (2011) by L'alphalpha: Terbang Sejenak ke Alam Mimpi Bersama L'alphalpha

15 Maret 2012   12:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:00 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari minggu, tepatnya tanggal 22 Januari 2012, saya bersama 2 orang teman saya mendapatkan kesempatan untuk menonton konser L'alphalpha di Solo. Meski bukan konser yang besar, namun jujur saya sangat terpukau dengan permainan musik band dari Jakarta tersebut. Bagaimana tidak terpukau, meski dengan fasilitas ala kadarnya mereka mampu bermain dengan sangat total dan menjiwai. Alhasil, mereka pun mampu mengoptimalkan alat-alat musik yang ada.

Selain itu, musik mereka yang megah dan mengawang-awang khas post-rock Islandia pun menjadi alasan tersendiri, mengapa saya terpukau akan konser mereka. Alunan merdu kombinasi gitar, piano, synthesizer, bass, biola dan drum pun mampu berpadu dengan sangat apik dan menciptakan suasana yang megah dan indah layaknya sebuah mimpi yang menembus alam bawah sadar. Tak ayal, konser yang terdiri dari 5 lagu tersebut pun memiliki alur yang jelas: introduction, climax, dan resolution (di mana resolusi tersebut juga seperti climax di bagian akhir).

Sesampai di rumah pun, saya masih saja terngiang-ngiang dengan musik L'alphalpha. Hingga akhirnya saya memutar album mereka dan mendengarkannya hingga berulang kali. Dan kesempatan kali ini saya ingin mereview debut album L'alphalpha yang berjudul When We Awake, All Dreams Are Gone (2011).  Sebuah debut album band asal Indonesia yang layak diacungi jempol.

Dari judul album dan cover album itu sendiri, yang bergambar anak-anak mendengarkan bedtime stories, telah memberikan petunjuk seperti apa album ini. Sebuah album yang sangat dreamy dan kental sekali dengan nuansa mimpi serta imajinasi. Bukan sebuah album lullaby memang, namun album ini bisa dipakai juga sebagai teman pengantar tidur. Suara vokal yang sedikit lirih dan terkesanhumming (yang membuat saya berpikir akan gabungan dari vokalis band post-rock Immanu EL dan band alternative rock Mew), memberikan efek menghipnotis, misterius, serta merileksan pikiran dan otak yang sedang penat. Harmonisasi musik yang sedemikian rupa juga menciptakan efek nan indah dan menenangkan bagi pendengarnya.

Bermain di ranah post-rock, band yang terinspirasi musik Islandia ini memang menyuguhkan lagu mengawang-awang yang kental akan nuansa Sigur Rós. Dari segi vokal, ditambah dengan eksistensi piano, biola, serta synthesizer menciptakan warna dreamy layaknya band asal Islandia tersebut. Ditambah, suara biola yang mejadi instrumen khas dalam musik L'alphalpha mampu membuat perasaan membumbung tinggi layaknya terbang ke langit. Sedangkan permainan gitar yang mengandalkan arpegio mengingatkan akan pioner post-rock dari Texas, Explosions in the Sky. Bisa jadi musik L'alphalpha yang terangkum dalam album ini merupakan akumulasi dari gabungan kedua band post-rock tersebut.

Album dimulai dengan sebuah intro pendek berbunyi "what you're going to hear now, is a story about dreaming", sebuah kalimat pembukaan laksana cerita bedtime stories. Lagu berikutnya yang berjudul The Flash pun menjadi lagu pembuka yang ringan dan menenangkan. Dominasi petikan gitar akustik dan piano yang dimainkan dalam tempo lambat menjadikan lagu ini layaknya pintu masuk ke dalam dunia mimpi. Suasana mengawang sudah tampak di lagu yang satu ini, karena humming vokal dijumpai di seluruh bagian lagu.

Lagu berikutnya berjudul Peace, Completeness, and Welfare (Silence). Masih dengan tempo yang lambat, lagu ini mulai menyediakan suara vokal lirih dan sebuah lirik. Sepertinya, perjalanan mimpi dimulai dari lagu ini, karena lagu-lagu berikutnya merupakan kelanjutan dari lagu yang satu ini. Lagu berikutnya seperti Fireworks but I still had a reason to Smile, dan Clouds are Gone now I can See the Sky, Clearly saling berkaitan dan membentuk suatu jalinan cerita tersendiri yang terkait satu sama lain. Akhirnya, musik yang megah dan mencapai klimaks pun mampu digapai dalam ketiga lagu yang saling berkesinambungan tersebut.

L'alphalpha juga berkesperimen dengan mainan-mainan anak di album ini. Salah satunya adalah lagu yang berjudul Comet's Tail. Eksperimen inilah yang menjadikan musik L'alphalpha terdengar unik dan menarik. 'Instrumen' mainan tersebut juga menjadi sebuah penanda tersendiri, bahwa memang album ini sangat identik dengan nuansa mimpi yang menjadi tema sentral dalam album When We Awake, All Dreams Are Gone (2011).

Secara keseluruhan, album ini sangat layak untuk didengarkan, baik saat anda sedang terjaga atau akan memejamkan mata. Lima belas lagu dalam album ini pun mengalir dengan sendirinya, dan anda pun akan serasa terbang melayang mendengarkan album L'alphalpha. Dan saat lagu terakhir selesai, serta kalimat terakhir diucapkan "do you want to listen my story? i would love to." maka anda pun tertarik untuk mendengarkan album ini lagi dari awal. Atau bisa jadi anda akan menanti-nanti cerita berikutnya, yang mungkin akan diceritakan di album kedua.

Ferrial Pondrafi
24 Januari 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun