"Orang tua sering lebih memperhatikan kandungan karbohidrat dan hanya makan sayur, tanpa mempertimbangkan konsumsi zat besi dan zat gizi lain dalam makanan tambahan," kata prof. dr. Saptavati Bardosono, MA, guru besar ilmu gizi kedokteran.
 Oleh karena itu, perhatian terhadap konsumsi makanan merupakan salah satu cara untuk mencegah dan menghilangkan kekurangan zat besi pada bayi.
 Selama enam bulan pertama, bayi yang disusui mendapat sedikit zat besi dari ASI. Jika menyusui tidak memungkinkan, gunakan formula zat besi yang dibeli di toko untuk 12 bulan pertama. Formulanya harus dibuat dari susu sapi.
 Ketika bayi-bayi mulai makan makanan padat, jumlah zat besi yang mereka butuhkan tergantung pada usia mereka.
 Bila perlu, gejala kekurangan zat besi pada bayi dapat diatasi dengan pemberian suplemen zat besi pada bayi sesuai anjuran dokter.
Profesor Dr. dr. Saptavati Bardosono, M.Sc yang biasa disapa Prof. Tati, menganjurkan untuk tidak memberikan suplemen gizi pada bayi usia 6 bulan.
 "Suplemen untuk bayi yang sudah dapat mengkonsumsi makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan hanya jika penambahan makanan pendamping ASI yang kaya zat besi tidak efektif," kata prof. Tati.
 Perhatikan bahwa penggunaan suplemen makanan dalam jangka panjang tidak boleh menyebabkan efek samping seperti kelebihan zat besi pada bayi.
 Jika ragu, konsultasikan dengan dokter. Berikut cara menemukan cara yang tepat untuk mengatasi kekurangan zat besi pada bayi Anda. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H