Tahun 2024 adalah tahun Politik bagi Bangsa Indonesia dimana pada tahun ini terjadi pemilihan Presiden, Kepala Daerah dan juga legislatif. Tahun Politik ini menghasilkan proses transisi yang smooth dan berjalan lancar. Banyak wajah baru dan tidak sedikit juga wajah lama Politisi yang masih berlenggang kangkung dalam kekuasaan. Lalu mengapa Indonesia Darurat Politisi?
Munculnya wajah-wajah baru dalam gelanggang politik bukanlah sebuah pembaharuan tetapi sebuah fenomena media sosial. Politisi yang terpilih sebenarnya bukan politisi melainkan pemain panggung yang biasa memerankan beberapa karakter dalam satu episode. Politik itu sendiri adalah sebuah aktivitas mengelola masyarakat dalam bentuk kebijakan sebagai alat rekayasa sosial, ekonomi, politik dan pertahanan keamanan. Dapat dibayangkan jika perangkat trias politika bukannlah orang yang paham politik namun hanya tau politik dan itupun politik dadakan yang mengandalkan ketenaran dan sumber daya semata.
Bayangkan saja Politisi diminta untuk membuat kebijakan yang pro ekonomi mikro untuk mendukung ketahanan pangan dan papan ditengah-tengah gejolak ekonomi Dunia. Dapat dibayangkan kebijakan apa yang akan dikeluarkan sementara ekonomi mikro sendiri tidak paham makna dan skemanya. Maka kebijakan yang dilahirkan sudah barang tentu menjadi sebuah kelangkaan yang ingin segera dimusnahkan. Indonesia banyak aktor-aktor yang sedang masuk kedalam dunia politik dengan menawarkan follower, ketampanan, kecantikan dengan slogan "Siap Mengabdi untuk Indonesia".
Menjadi menarik Indonesia dibanjiri oleh Politisi tetapi darurat politisi? Pada dasarnya mereka bukanlah politisi melainkan pencari kerja yang sedang mencari peruntungan melalui parlemen, dan jika terpilih mereka akan disebut politisi dan jika tidak maka mereka kembali ke profesi awal. Politisi seyogyanya baik didalam ataupun diluar arena adalah tetap politisi bukan pencari kerja. Kita memang tidak berharap banyak kepada Politisi namun setidak-tidaknya kita tidak tersakiti 2 kali, dimana kita disakiti oleh janji manis politisi dan juga disakiti oleh mereka yang bukan politisi namun mencoba untuk disebut politisi.
Pada dasarnya tidak ada pattern khusus untuk menjadi politisi, cukup menekuni bidang tertentu yang merupakan turunan produk hukum, maka bidanilah produk itu sehingga keahlianmu terfokus dan selanjutnya sudah layak disebut politisi yang membidani isue-isue tertentu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H