Mohon tunggu...
Fernando situmorang
Fernando situmorang Mohon Tunggu... Pengacara - Vox Populi Vox Dei

Hukum ada untuk memberikan kemanfaatan, keadilan dan kepastian

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Eksploitasi Emphaty Koran Nasional untuk Bertahan Hidup

23 Oktober 2024   17:11 Diperbarui: 23 Oktober 2024   17:18 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Digitalisasi membawa pembaharuan signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan termasuk akses atas informasi. Sebelum digitalisasi, akses informasi masyarakat hanya dapat dilakukan melalui media cetak maupun satelit radio dikarenakan keterbatasan tersebut maka tidak semua masyarakat dapat mengakses informasi.Digitalisasi mencakup semua aspek kehidupan masyarakat tidak terbatas pada pendidikan, bisnis, ekonomi, barang/jasa, hobi dan lain-lain tanpa adanya batasan waktu dan tempat sehingga Media cetak yang pada awalnya favorit dan cenderung mahal kini mulai ditinggalkan oleh pelanggannya dengan beralih ke media digital.

Beberapa media cetak nasional pun sudah mulai bertransformasi secara digital dengan mengubah media cetaknya menjadi media digital yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun seperti Kompas telah menyediakan Kompas digital untuk membaca informasih harian nasional, tempo juga menghadikan tempo digital termasuk masalah digital, dll. Tetapi tidak jarang beberapa Media cetak pun masih bertahan dengan konsep lama. Salah satunya adalah media besar yang berkantor pusat di pulau jawa, sebut saja Media "A". Media A ini masih bertahan dengan cara-cara konvensional dengan menjajakan koran hariannya disetiap perempatan lampu lalulintas yang ramai pengendara. Sebenarnya proses ini hampir sama dengan pemasaran media digital dimana di promosikan disetiap-setiap persimpangan lalu lintas ramai kendaraan namun media promosinya melalui media digital.

Media "A" masih mempertahankan pola pemasaran konvensional dengan pendekatan "Psikologis" yang menyasar Emphaty para pengendara. Loper Koran didominasi kaum lansia, kaum duafa, disabilitas dan anak-anak jalanan beda dengan loper koran jaman sebelumnya yang gesit untuk mengejar target penjualan. Pengendara akan tergugah dengan loper koran dengan wajah memelas mengetuk kaca mobil kendaraan untuk menawarkan koran dan tidak jarang loper koran meminta sejumlah uang untuk sekedar biaya makan. Apakah cara ini termasuk sebagai sebuah strategi pemasaran atau eksploitasi emphaty hanya untuk mempertahankan bisnis ?

Bagaimana perspektif memberdayakan anak jalanan, kaum duafa, lansia dan disabilitas yang diusung Media "A"tersebut? atau memang ini adalah sebuah eksploitasi emphaty dalam bertahan tanpa melakukan analisa terhadap kemungkinan baik dan buruknya?? Semoga berprasangka baik bahwa langkah tersebut adalah pemberdayaan bukanlah sebuah eksploitasi emphaty demi untuk bertahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun