Mohon tunggu...
Fernando Simandalahi
Fernando Simandalahi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Only a nerd, trapped in the right body. :D I write quotes on Instagram: @fernandosimandalahi || Baca Novel Wattpad: My (Not So Hot) Pariban : https://www.wattpad.com/343102339-my-not-so-hot-pariban-on-going-satu || Go follow. :)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Ayo Donor Plasma Konvalesen

27 Juli 2021   18:44 Diperbarui: 27 Juli 2021   19:01 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini, terapi plasma konvalesen menjadi salah satu alternatif pengobatan yang diandalkan dalam proses penyembuhan pasien COVID-19. Puluhan tahun lalu, terapi serupa sudah diterapkan juga pada kasus MERS.

Sesuai namanya, terapi ini dilakukan dengan memasukan plasma darah dari penyintas COVID-19 kepada pasien yang masih positif terinfeksi. Harapannya, hal ini dapat meningkatkan sistem antibodi pada tubuh pasien yang masih sakit dan mencegah penyakit untuk berkembang semakin parah, serta mempercepat waktu penyembuhan.

Awalnya, sebenarnya tidak ada rencana untuk mendonorkan plasma konvalesen. Saya sudah sering mendengar istilah itu akhir-akhir ini, tetapi entah kenapa tidak tebersit niat untuk ambil bagian. Tidak tahu juga kenapa. Mungkin karena ketakutan saya terhadap jarum suntik dan darah---dua hal yang wajib dihadapi saat mendonorkan darah.

Namun, tiga hari yang lalu, teman kontrakan berkata bahwa orang-tua-dari-temannya sedang membutuhkan donor plasma dan dia berniat pergi ke PMI untuk mendonor. Tanpa pertimbangan, saya tiba-tiba bilang, "Ya sudah, gue ikut aja. Kalau nanti lo ternyata gak bisa, biar gue yang gantiin."

Kami akhirnya pergi ke PMI Kota Tangerang untuk tes. Ternyata benar! Setelah melalui pemeriksaan darah, sayalah yang memenuhi syarat untuk mendonor, teman saya tidak. Petugas menginformasikan bahwa pengambilan plasma akan diadakan keesokan hari, kami harus pulang dulu.

Saya tiba-tiba menyesal mengapa mengajukan diri. Bayangan tentang jarum suntik dan darah membuat jantung kebas. Saya takut, tetapi tidak berniat untuk mundur.

Dalam perjalanan ke PMI keesokan harinya, ketakutan-ketakutan itu tak juga memudar, malah semakin memuncak. Namun, tekad saya sudah bulat: now or never!

Saya mungkin hanya akan terkena COVID sekali seumur hidup. Atau, kalaupun kemudian hari terkena lagi, mungkin penyembuhan dengan terapi plasma ini tidak relefan lagi karena penawarnya sudah ditemukan. Dan saya akan menyia-nyiakan kesempatan berbuat baik yang tidak terjadi pada semua orang.

Pemikiran inilah yang menguatkan tekad saya. Ini kesempatan sekali seumur hidup yang akan sangat sayang untuk dilewatkan. Tidak boleh menunggu, apalagi batasnya hanya maksimal tiga bulan pascasembuh dari COVID.

Saya juga merasa bahwa sudah ditakdirkan untuk ini. Sebelumnya, saya tidak pernah mendonorkan darah sama sekali. Bukannya tidak ada niat, sangat niat malah, tetapi berat badan saya tidak pernah mencukupi. Namun, setelah terinfeksi COVID dan dirawat di Wisma Atlit, berat badan saya bertambah drastis hingga menyentuh angka 60kg. Bukankah ini sebuah tanda? Berat badan saya kini memenuhi kualifikasi untuk mendonorkan darah. Mungkin ini juga menjadi jalan saya untuk 'membayar' segala fasilitas gratis yang sudah saya terima di Wisma Atlit.

Jadi, saya benar-benar harus melakukan ini!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun