Mohon tunggu...
Fernando Simandalahi
Fernando Simandalahi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Only a nerd, trapped in the right body. :D I write quotes on Instagram: @fernandosimandalahi || Baca Novel Wattpad: My (Not So Hot) Pariban : https://www.wattpad.com/343102339-my-not-so-hot-pariban-on-going-satu || Go follow. :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Mana Orang Batak Dapat Suara Merdu Itu?

31 Oktober 2017   12:15 Diperbarui: 31 Oktober 2017   12:45 5309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gbr. Judika -- Sumber: Republika

Tidak ada trik khusus. Mereka biasanya hanya menggunakan feelings,dengan istilah: suara sada, dua, tolu, opat (suara satu, dua, tiga dan empat. Benar! Sebagian besar bahkan tidak tahu istilah musik-nya) yang dipelajari secara otodidak dari para jemaat-jemaat pendahulu atau orang tua mereka. Tidak percaya? Silahkan sesekali memilih bergereja di salah satu gereja di kampung atau gereja yang didominasi orang Batak. Saat bernyanyi, para ibu-ibu biasanya akan otomatis mengambil suara soprandan alto, sementara bapak-bapak bernyanyi dengan suara tenor dan bass. Selamat menikmati paduan-suara-tanpa-dikomando!

Kebiasaan bernyanyi di gereja ini juga menyebar ke mana-mana. Adalah hal yang lumrah jika ada kelompok-kelompok koor yang terbentuk dari komunitas-komunitas orang Batak. Kelompok parsahutaon (kampung), kelompok marga, arisan, alumni sekolah huta anu, kelompok pangaratto (perantau) ... you name it. Bernyanyi bersama sepertinya menjadi salah satu andalan untuk meningkatkan persaudaraan dalam kelompok.

Orang Batak selalu bernyanyi.

Jika memiliki kesempatan berjalan ke pelosok-pelosok desa di tanah Batak, Anda akan menemukan bahwa pemuda-pemuda dan bapak-bapak biasanya akan berkumpul pada malam hari di kode tuak (kedai tuak), sambil marende (bernyanyi) dengan iringan gitar. Semua orang terlibat. Biasanya tidak ada yang hanya duduk dan mendengarkan. Setiap orang akan ikut bernyanyi dan mengambil part masing-masing (suara sada, dua, tolu, opat dan --bahkan---lima), lengkap dengan ekspresi terluka (hehe).

Kelompok koor terbentuk di mana-mana, komunitas pemimpin pujian berlatih dengan teratur, anak-anak Sekolah Minggu berlatih untuk persiapan Natal, trio-trio baru bermunculan ... lalu, apa alasan mereka untuk tidak bisa bernyanyi? 

Jadi, buat mereka-mereka yang penasaran, semoga tulisan ini bisa memberikan sedikit pencerahan.

Horas! Salam Batak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun