Mohon tunggu...
Fernando Galang Rahmadana
Fernando Galang Rahmadana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa biasa

Let's enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pendakian Gunung Lawu via Cetho: Perencanaan dan Buah Perencanaan

7 Mei 2020   09:32 Diperbarui: 7 Mei 2020   09:58 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tim berhasil menggapai puncak tertinggi Gunung Lawu

Meski kami mendaki hanya berempat, kami tetap berusaha melibatkan banyak orang dalam pendakian. Gunung bukanlah tempat yang pantas untuk mengumbar keegoisan apalagi kesombongan, meski di luar gunung juga rasanya tidak pantas. Tak lupa mereka juga menyampaikan aturan-aturan selama pendakian berlangsung.

Perjalanan kami mulai dengan do'a bersama di bawah pintu gerbang pendakian. Di awal pendakian kami sudah disuguhkan dengan air sungai yang mengalirkan air jernih nan tenang kemudian jalan sebentar terdapat situs candi lainnya selain Candi Cetho, yaitu Candi Kethek. 

Di tengah perjalanan menuju pos 1 kami menjumpai bangunan yang belum ada saat kami kesini dua tahun lalu, semacam kolam sumber air yang dibalut dengan batu penuh estetik. Sampai di pos 1 kami terpaksa mengenakan jas hujan karena kondisi gerimis dan membuat sekujur badan basah air hujan bercampur air keringat. 

Hutan Gunung Lawu memanjakan perjalanan awal, seakan gunung hanya milik kami berempat mengingat sepinya pendakian kala itu. Hari semakin gelap  saat kami terus berjalan menuju pos 2 dan pos 3 yang punya trek pendakian relatif sama dengan didominasi lebatnya hutan gunung. Tidak banyak hal yang kami lakukan sesampainya di pos 3 selain mendirikan tenda dan masak lalu istirahat.

Dini hari sampai pagi hari kami dibuat cemas dengan badai angin yang suaranya menggeru-nggeru tiada henti. Karena memang alam susah ditebak, beruntung menjelang siang badai sudah berlalu dan kami bisa melanjutkan pendakian menuju camp selanjutnya di Gupakan Menjangan. Di sini kondisi fisik menjadi kunci utama, selain trek yang panjang, trek juga lebih terjal dari sebelumnya. 

Meskipun berat dan melelahkan, setidaknya ada satu kejadian yang membuat kami berhenti patah semangat. Di Pos 4 kami bertemu dengan anak kecil berusia tujuh tahun bernama Kiddo yang baru saja turun dari puncak. 

Kami banyak mengobrol dengan rombongannya dan tak lupa menawarkan cokelat ke anak kecil itu, memang selalu menyenangkan berbagi di alam bebas seperti ini. Setelah berjalan cukup lama, hamparan sabana membuat semua terpana dan tidak ingin menyiakan kesempatan untuk berfoto ria. Dengan berjumpa sabana pertama maka tidak jauh lagi akan sampai di Pos 5 atau Bulak Peperangan yang juga tak kalah indahnya. 

Bulak Peperangan
Bulak Peperangan

Setelah berjalan 5 jam dari Pos 3 akhirnya kami menjadi tim pertama yang sampai di Gupakan Menjangan hari itu. Sabana kedua yang lebih luas nan indah semakin membuat diri terpana ditambah dengan sahutan kabut dan telaga musiman yang kebetulan sedang musimnya terisi air. Setelah selesai mendirikan tenda, foto, bermain air, dan masak akhirnya kami masuk tenda masing-masing dan istirahat sebelum malamnya briefing untuk persiapan summit attack dini hari nanti. Lagi-lagi badai datang  malam itu dan membuat kami merumuskan beberapa opsi untuk esok hari.

Suasana di Gupakan Menjangan dan telaga musiman
Suasana di Gupakan Menjangan dan telaga musiman

Pukul 02.00 dini hari keajaiban datang, yang sebelumnya badai terus membuat cemas justru berubah dengan cuaca cerah dan bintang bertaburan di langit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun