Jokowi Mendukung Prabowo?
Sebuah pertanyaan yang sering kali menggelayut dalam benak adalah: apakah Presdien mendukung Capres Prabowo Subianto? Kesan itu tentu sah-sah saja, baik sebagai sebuah fakta politik dimana anaknya maju sebagai cawapres dan menteri setianya seperti Prawbowo  maju sebagai penerus karya besarnya. Tapi apakah sesentimentil itu? Apakah standart Jokowi yang selama ini begitu tinggi tiba-tiba di tarik rendah ke level itu saja? Rasa-rasanya tidak!Â
Tapi bagaimana dengan tampilan publik dimana sang Presiden sering makan bersama Pak Prabowo bahkan ketika Jokowi mengatakan bahwa presiden boleh kampanye dilatari LANUD dan juga ada Prabowo sebagai MENHAN dan capres sekaligus? Dugaan bahwa Jokowi sedang mendukung Prabowo adalah wajar setidaknya bila dilihat dari potongan gambar yang berseliweran di jagat maya. Tapi apakah yang mereka bicarakan? Jangan mau dimanipulasi oleh kesan yang hanya menyenangkan semata.
Tentu saja Jokowi akan selalu bisa dekat dengan Prabowo, sebab beliau itu menterinya, pembantu presiden. Konteks jabatan yang melekat pada Prabowo ini tidak bisa dilepas sehingga display di publik dekat dengan presiden tidak dapat dielak. Menerjemahkannya secara berlebihan itu adalah hak publik. Apalagi Prabowo menggaungkan keberlanjutan program Jokowi sehingga kedekatannya sering dipolitisir sebagai sebuah bentuk dukungan. Belum lagi gamabr-gamabr itu sengaja disebar untuk memberi kesan yang kuat atas  dukungan tersebut. Tapi, Sungguhkan begitu?
Menurut saya, Pak Jokowi itu memiliki standart yang tinggi dalam merekrut seseorang, baik itu menteri pun orang lain yang barangkali menjadi penerusnya sebagai Presiden Republik Indonesia. Dia sedang melakukan asesmen serius terhadap penerusnya, termasuk Pak Prabkwo. Melihat dari dekat dengan penuh kecermatan. Sungguhkah Prabowo Sunianto mau menjadi presiden bagi negara yang persolannya tidak sedikit ini? Mampukah ia menyelesaikannya? Dan berbagai pertanyaan retoris lainnya yang tentu saja sebagai KPI'S seroang presiden. Ia sedang menyelidik dan mungkin akan mendukungnya terus terang atau hanya mendukung dengan bayang-bayang saja.
Menjejaki kampanye Ganjar Pranowo juga adalah metode untuk menyimak dari dekat efek dari kampanye Ganjar dan ia tidak mau dengar dari cerita orang saja. Hal tersebut adalah sebuah proses validasi yang presisinya tinggi. Jokowi mau dengar langsung tanggapan warga dia pergi ke pasar yang mana menjadi pola umum kader  banteng dalam menyimak dari dekat keluhan rakyat. Ganjar hampir pasti tidak pernah di endorse dengan makan bersama walau dari 'kandang' yang sama.
Agar makin kilau bersinar emas memang harus dipanaskan, digarami, ditempa sehingga makin elok dipandang, makin berharga, dan memiliki daya juang lebih dalam menghadapi berbagai kesulitan. Kedepannya negara ini pasti akan menghadapi berbagai kesulitan yang tidak bisa diselesaikan dengan marah-marah apalagi menyalahkan orang lain karena kego*lokan diri sendiri.Â
Lenggok indah pemimpin itu adalah  kecakapannya dalam menggagas dan keberaniannya mengeksekusi sebuah program kerja demi kemaslahatan publik, bukan sekedar jingkrak-jingkrak manakala nalar tak lagi sanggup menanggap, membeku. Bukan juga merespon sesuatu dengan emosi yang kurang teregulasi dengan apik sehingga cenderung menimbulkan efek nano-nano di ruang publik, tidak elok dan tidak meneladankan yang baik kepada generasi muda apalagi untuk lembaga pendidikan.
Jokowi sedang menantang Ganjar agar tidak hanya'kendhel' dalam cakap saja tetapi juga bagaimana agar setiap laku  harus taat pada kata dan kehadiran di tengah sesama harus memberi dampak manfaat sebesar-besarnya.Â
Pemimpin besar tidak lahir dari kenyamanan-kenyamanan dan endorsment semata. Ia harus 'dibakar dan dilebur' dalam sulitnya perjuangan sehingga menjadi berdaya dan bermutu tinggi serta elok, Kalos Kagathos.
Ganjar Pranowo sedang dalam fase itu dan Jokowi memahaminya dengan sangat baik tentunya. Respon positif dan terukur Ganjar terhadap berbagai langkah politik Jokowi mengindikasikan itu. Jokowi sedang 'mendidik' ganjar yang telah cukup berjasa  menghantarnya dua periode menduduki singga sana kepresidenan.Â