Mohon tunggu...
Fernandes Nato
Fernandes Nato Mohon Tunggu... Guru - Guru | Cricket Coach

Saya adalah seorang pendidik pada sebuah sekolah swasta di Jakarta. Semoga melalui tulisan dan berbagi gagasan di media ini kita dapat saling memberdayakan dan mencerahkan. Mari kita saling follow 'tuk perluas lingkar kebaikan. Salam Kenal.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Rindu Jumpa Ganjar Pranowo

31 Januari 2024   01:50 Diperbarui: 31 Januari 2024   10:48 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Instagram Ganjar Pranowo

Pilihan politik kadang begitu keji menjarak raga antara sekawan yang pernah berpeluh bersama bertarung untuk  meraih mimpi-mimpi besar mereka tapi lantas tak dapat baku dapa karena mereka memilih jalan yang barangkali berbeda dalam menggapai mimpi-mimpi selanjutnya. 

Ada banyak potret menarik untuk menggambarkan rindu itu dalam konstelasi politik yang keras jelang pilpres mendatang, terutama dua kawan lama dari rumah yang sama PDI Perjuangan, Ganjar dan Jokowi, tapi tidak bisa jumpa bahkan untuk sekedar berjabat tangan baku sapa. Pagar-pagar pilihan politik barangkali telah membatasi mereka dengan begitu ketat, tapi siapa yang tahu di kedalaman hati mereka? Entahlah. Mungkin juga dugaan ini salah.

Tapi ada banyak hal yang  membuat kita dan publik umumnya lalu berasumsi macam-macam ketika antara Ganjar dan Jokowi saling mengikut jejak dari satu daerah ke daerah lainnya dalam rangka pemilu presiden mendatang. Ganjar tentu saja dalam rangka kampanye dan Pak Jokowi dalam rangka kunjungan kerja preseiden. 

Ketika Ganjar ke Papua, Jokowi juga ke Papua untuk sekedar bermain bola dengan warga lokal. Ketika Ganjar ke Kupang untuk Kampanye, Jokowi juga ke Kupang untuk meresmikan Katedral keuskupan Kupang beberapa hari setelahnya. Ketika Ganjar ke Ende, Flores, beberapa hari setelahnya Jokowi lalu datang ke Labuan Bajo juga untuk bermain bola walau sedang hujan. Apalagi kunjungan ke Jawa Tengah, laksana lagu kanon yang sahut menyahut, ketika Ganjar datang berkampanye Jokowi lalu datang untuk kunjungan kerja pada hari atau pekan setelahnya. Baru-baru ini ketika Ganjar Kampanye di Yogyakarta tepatnya di Kulon Progo, Pak Jokowi bersama rombongan presiden 'mangkal' di Yogyakarta bersamaan sembari menyambangi singga sana sang Raja Jawa, Sultan Yogyakarta.

Begitu membirunya rindu antara dua 'kawan banteng' ini hingga tak bisa terlalu jauh menjarak raga. Mereka tentu pada frekuensi yang sama untuk bakti pada negara, memeluk Ibu Pertiwi dengan erat melalui program dan gagasan yang membangun agar dari rahimnya lahir banyak berkat bagi segala anak bangsa.

Ragam asusmi atas laku politik Jokowi ini diberi persepsi tertentu oleh para pengamat politik, penggiat politik, media, dan juga para cendikia. Satu perspektif menarik yang dimengemuka di publik bahwa Jokowi hendak menyapu jejak Ganjar di daerah yang telah di didatanginya untuk berkampanye dimana daerah tersebut juga sangat welcome terhadap Jokowi, sebut saja Tanah Papua, Kupang, Flores, Bali dan Jeteng-Jogja tentunya.

Benarkah begitu? Respons istana tentu saja menarik bahwa kunjungan Jokowi ke daerah telah direncanakan lama, tiga bulan sebelum kunjungan dan tidak ada niat seperti yang diduga, barangkali sesuatu yang koinsiden belaka. Tapi siapa yang dapat membatas gagasan dan asusmi  media juga para cendikia? Itulah demokrasi dimana ruang interpretasi untuk  mengekspresi kebebasan dan kemerdekaan berpikir tidak diabatasi dan itu sah-sah saja sejauh tetap mengindahkan etika dan kaidah berpikir yang wajar atau rasional. 

Belum lagi lingkungan digital memungkinkan jagat maya menjajakan banyak cerita untuk memberi sentimen tertentu terhadap sebuah peristiwa. Penggiringan opini dan manipulasi kesadaran publik tidak dapat dielak oleh mereka yang dianggap pakar yang lebih cenderung sebagai influenser saja, bukan pakar. Maukah kesadaran Anda diperlakukan begitu saja dengan sewenang-wenangnya atau tetap menancap rasa penasaran akan kebenaran dari sebuah fakta yang hampir pasti tidak mengklarifikasi tentang dirinya?

Respon Ganjar juga sangat menenduhkan, positif dan penuh rasa hormat kepada sang Presiden. Ganjar menilai bahwa seorang presiden tentu saja dapat mengunjungi seluruh wilayah NKRI ini kapan dan kemana saja. Ganjar juga tidak menilai berlebihan terhadap dugaan bahwa Presiden Jokowi sedang menhapus jejaknya dalam berbagai kunjungannya di beberapa daerah. Pasca kampanye di Yogyakarta dan bersamaan kunjungan Jokowi ke Yogyakarta, alih-alih merasa dikuntit, Ganjar malah merasa dan menduga kalau Pak Presiden sedang memberi penguatan kapadanya.

Seperti yang saya kutip dari tempo.co pada 29 Januri 2024: "Jangan-jangan beliau datang (ke Yogyakarta) untuk menguatkan saya kan?" respon Ganjar ketika ditanya jurnalis ketika pada sebuah kesempatan, apakah Jokowi berusah menguntitnya dan mau mengbapus jejak kampanye Ganjar. Sebuah respons yang sangat positif dengan kadar etika bermutu tinggi.

Ganjar selalu merespon laku politik Jokowi dengan gestur yang postifi dan tanggapan terukur. Tidak ada benci, tapi mungkin rindu saja. Ketika Jokowi sampaikan ke publik bahwa Presiden boleh kampanye, Ganjar juga menanggapi bahwa itu diatur dalam undang-undang dan tidak ada problem dengan hal itu. Padahal Presiden Jokowi menyampaikan itu dengan  latar lanud militer dan juga kemenhan, Prabowo Subianto,  yang adalah rival Ganjar Pranowo dalam pencapresan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun