Mohon tunggu...
Fernandes Nato
Fernandes Nato Mohon Tunggu... Guru - Guru | Cricketer | Bererod Gratia

Saya adalah seorang pendidik pada sebuah sekolah swasta di Jakarta. Semoga melalui tulisan dan berbagi gagasan di media ini kita dapat saling memberdayakan dan mencerahkan. Mari kita saling follow 'tuk perluas lingkar kebaikan. Salam Kenal.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Erik Erikson: Setiap Tahapan Membentuk Keutamaan

12 Desember 2022   08:17 Diperbarui: 16 Desember 2022   20:20 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tahapan yang keenam akan terbentuk keutamaan intimasi bila berhasil dan isolasi (tertututp serta penyendiri) bila gagal. Pada tahapan ini terjadi antara usia 18-40 tahun. Pada fase ini umumnya orang mulai mencari pasagan hidup yang cocok dan siap berkomitemen terhadapa pilihan hidupnya.

Pada tahapan ketujuh menjadi tonggak dalam perjalanan hidup seseorang karena terbentuknya generativity or stagnation. Bila mau dikenang maka harus mempu melakukan sesuatu yang dapat dikenang melalui karya atau pemikiran. Rentangan usia pada fase ketujuh adalah 40-65 tahun. Pada fase ini juga menjadi fase untuk berkontribusi dalam membentuk generasi baru juga menilai diri bermafaat atau tidak bagi sesama. Bila tahapan berhasil maka akan memperkokoh perasaan care atau peduli serta merasa berhasil dalam hidup. BIla tidak maka akan menjadi orang yang apatis, tidak produktif dan mementingkan diri.

Pada tahapan kedelapan, usia 65 tahun sampai meninggal dunia, dimana seseorang mengalami penuruna produktivitas, maka akan menjadi fase merenungkan apa yang telah dicapai dalam hidup. Bila tahapan ini berhasil maka akan menimbulkan ketumanaan wisdom. Bila gagal maka akan melahirkan rasa bersalah, kecewa dan putus asa. Tahapan kedelapan ini menjadi ketegangan antara ego integrity vs despire.

Untuk pribadi, pemikiran Erikson ini memberi ruang refleksi. Kita dapat mengambil jarak dari diri kita sendiri dan mengoreksi diri menggunakan gagasan Erikson ini. Sudah pada fase manakah diri kita dan sudah seperti apa kita pada fase tersebut.  Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperbaharui diri agar semakin baik dan berguna bagi sesama. 

Sedangkan sebagai orangtua dan juga pendidik kita dapat mentekniskan gagasan Erikson tersebut dalam mendampingi anak dan juga peserta didik. Setiap orang berhak mendapatkan perkembangan yang baik dan positif serta mendapatkan pendampingan yang baik pula dari sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun