Mohon tunggu...
Fernandes Nato
Fernandes Nato Mohon Tunggu... Guru - Guru | Cricketer

Saya adalah seorang pendidik pada sebuah sekolah swasta di Jakarta. Semoga melalui tulisan dan berbagi gagasan di media ini kita dapat saling memberdayakan dan mencerahkan. Mari kita saling follow 'tuk perluas lingkar kebaikan. Salam Kenal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pak, Boleh Pacaran?

29 Agustus 2022   12:00 Diperbarui: 29 Agustus 2022   12:01 422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Malam ini belum terlalu larut sehingga ngantuk belum menyapa. Saya duduk merendah pada kursi malas dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala. Sebuah upaya membuat perasaan sedikit rileks setelah seharian melukis cerita panjang: belajar  mengajar, lalu belajar lagi dan pengulangan yang tidak terhenti. Ini bentuk konkret slogan 'long life learning' atau belajar sepanjang hayat itu.

Dalam suasana yang sangat santai dengan keheningan malam yang menggelegar, saya terbawa pada sebuah peristiwa ketika mendampingi anak-anak dalam sebuah perwalian di awal tahun ajaran 2022/2023.

"Pak, boleh pacaran gak?" Demikian penggalan fragmen pertanyaan dari seorang siswi barisan depan. Pertanyaan tersebut terlontar ketika saya menyampaian tata tertib sekolah denga berbagai punishment dan juga rewardnya (merujuk pada teori Behaviorism).

Menrespon pertanyaan tersebut yang lebih tepatnya adalah sebuah gugatan serius dari para remaja kepada orang dewasa, saya lalu menjeda sejenak dan menjawab dengan senyuman. Pertanyaan ini sendiri sebenarnya sudah setua usia sekolah ketika dilembagakan sebab akan diikuti oleh berbagai aturan yang mengikat.

"Saya tidak melihat gejala remaja saling menyulai itu sebagai sesuatu yanh negatif." Saya membuka respon atas pertanyaan tersebut dengan tenang sembari berjalan mendekati siswi tersebut.

"Saya justru lebih khawatir bila tidak ada siswa atau siswi yang memiliki daya tarik psikologis-biologis dengan lawan jenis. Berpacaran (baca: saling menyukai) itu fenomena yang sangat positif" saya melanjutkan.

"Tapi kalian harus ingat bahwa ini adalah lembaga pendidikan. Tempat pembudayaan nilai-nilai luhur, tempat pembentukan kepribadian dan juga ruang persemaian bagi calon-calon pemimpin di masa depan bangsa." Saya melanjutkan dengan nada yang serius.

"Bila pacaran itu merupakan sebagai cara atau jalan untuk melatih kematangan emosi atau kepribadian maka tentu hal tersebut sangat positif dan kami orang dewasa (guru dan orangtua) wajib hadir secara aktif mendampingi. Tapi bila pacaran yang dimakaud itu adalah sebagai praktik pamer kemesraan dan juga kemesuman, maka bukan di sini tempatnya dan tentu saja dilarang. Untuk poin yang terakhir saya harus clear yah." Saya menambahkan penjelasan yang cukup menohok di akhir.

Saya melihat siswa tersebut mengangguk-angguk dengan senyum tipis tersungging. Mungkin dia setuju, barangkali juga hatinya protes. Saya sangat yakin, setidaknya dari pengalaman dan juga pengamalan, bahwa remaja yang banyak dilarang akan memberontak dan melanggar dengan penuh tekad.

Saya ikut tersenyum ketika melihat siswi tersebut tersenyum. Dalam hati saya membatin,  bahwa betapa teganya orang-orang dewasa yang melarang dengan keras anak atau siswa berpacaran. Bagaimana mungkin bisa begitu tega melarang, sedangkan hati si A selalu bahagia ketika melihat wajah si B. Degup jantung si C menjadi berantakan ketika pertama kali berjumpa si D. Si E tidak takut meninggalkan kelas pelajaran untuk ke lantai bawah hanya untukk melihat adik kelas yang digebet sambil curi-curi memotret pakai kamera gadget. Meski tidak jadian tapi bertemu di lorong saja sudah membuah semangat seharian membuncah. Membuat sebuah hari dalam hidup penuh cerita kembang mewangi. Amboi.

Barangkali larangan itu terjadi sebab orang-orang dewasa  telah melihat efek negatif dari berpacaran saat (di) sekolah itu. Belajar jadi tidak karuan, saat di kelas lebih banyak melamun. Bahkan ada yang kehilangan arah ketika patah hati akibat laku tidak setia dari sang pujaan jiwa dan dambaan hati. Kecewa, menangis, marah, benci, dan juga mungkin dendam adalah titik lain dari manisnya jatuh cinta. Manis jangan lekas ditelan dan pahit jangan lekas dimuntah. Itu sebuah nasihat tua yang selalu relevan bagi yang kasmaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun