Mohon tunggu...
Fernanda Fernanda
Fernanda Fernanda Mohon Tunggu... Wiraswasta - FernandaPratama02

studi agama-agama UIN RIL🎓

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hadist Memerangi Fitnah

5 Desember 2019   11:56 Diperbarui: 5 Desember 2019   12:06 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Fernanda Pratama
Memerangi Fitnah Orang Musyrik Milenial

Pada masa rasulullah saw tentunya sangat banyak dijumpai kisah para kaum-kaum musyrikin yang berstatus kafir harbi jelas menampakkan permusuhannya dan berusaha menyerang kaum muslimin. Sehingganya tak heran terjadi peperangan dan pertumpahan darah yang dilakukan oleh kaum muslimin, demi menjaga dan mempertahankan ajaran Islam pada saat itu. Namun pada konteks kehidupan milenial kita saat ini, perjumpaan dengan orang-orang musyrik seperti itu tentu sangat jauh dari perkiraan kita. Belum lagi di Indonesia tempat kita menetap dan bertinggal terkenal pluralisme budaya dan agamanya yang bermacam-macam pastinya tingkat toleransi beragamanya pun sudah cukup baik dibanding masa rasulullah.

Akan tetapi pada kenyataannya semakin berkembangnya teknologi dizaman milenial ini semakin berkembang pula alat-alat media canggih yang telah kita ketahui banyak yang dicipta kembangkan oleh  kaum non muslim yang sekarang ini telah menimbulkan banyak kelalaian pada umat muslim dalam menegakkan serta menjalankan ajaran Islam, maka tak jarang pula dari media canggih ini pun timbul dan lahir sebuah fitnah yang mengatasnamakan Agama Islam.

Seperti penyebaran berita Hoax, penyebaran ujaran kebencian, sampai menjelek-jelekan nama Agama, Ras, Golongan yang tak sedikit berujung kericuhan dan perpecahan yang ditimbulkannya. Bukan hanya yang menimbulkan perpecahan, efek dari penyalahgunaan media canggih tanpa adanya benteng diri dan pengawasan dari orangtua pun berdampak terhadap kebiasaan sosial remaja yang dirasa banyak yang sudah menyalahi dari ajaran atau syariat agama Islam.

Kenyataan yang nampak pada saat ini adalah dimana kalangan remaja banyak mengadopsi kebiasaan-kebiasaan orang non muslim kedalam kehidupan sehari-hari yang pada hakikatnya sudah termasuk memalingkan diri dari syariat ajaran Islam. Sebagai contoh yang kita kenal pada tanggal 14 Februari diperingati oleh kalangan non muslim sebagai "Hari Kasih Sayang" atau Valentine Day's. Dimana mereka akan saling memberihadiah spesial kepada orang-orang yang mereka sayangi berupa coklat, boneka, maupun yang lain sebagainya. Kebiasaan ini banyak diadopsi oleh kalangan remaja di Indonesia yang mayoritas penganut Agama Islam, yang dalam ajaran Islam sendiri tidak ada perintah mengenai hari peringatan itu.

Belum lagi penyumbang fitnah terbesar lain yakni bermuara dari peran media sosial yang banyak disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang pada saat ini telah nampak dampak nya terhadap hubungan berbagai suku dan agama. Beberapa peristiwa-peristiwa bentrok antar suku yang mengatasnamakan Agama di sejumlah daerah di Indonesia, yang awal permasalahan nya hanya karna hal sepele yang melibatkan individu dengan individu, berujung memanas ke antar golongan masing-masing, hal ini disebabkan karena bukan tak lain yakni salah satunya karna peran media canggih yang disalahgunakan oleh oknum-oknum tertentu sebagai pemecah belah dan mengadu domba sekelompok individu yang sedang mengalami permasalahan tertentu.

Dari bentuk provokasi-provokasi yang mereka kirimkan lewat pesan singkat media sosial tersebut dapat menjadikan kondisi kedua kubu semakin kacau dan memanas dengan berakhir bentrok atau perpecahan antar keduanya. Sebagian oknum-oknum tersebut pun tidak sedikit menyelipkan sebuah adu dombaan dan provokasi yang mengait-ngaitkan permasalahan tersebut terhadap eksistensi sebuah Agama. Maka tak heran dibeberapa  permasalahan yang terjadi selalu disimpulkan dengan sebab terjadinya karena bersangkutpaut pada agama.

Seperti yang tertera dalam hadist: Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, pernah bersabda dalam sebuah riwayat: "Memerangi orang-orang musyrik, dan masuk ke dalam golongan mereka adalah termasuk fitnah".

Dapat disimpulkan bahwa bukan hanya memerangi orang-orang musyrik, namun seseorang yang berasal dari kaum muslimin pun dapat dianggap sebagai fitnah apabila menyerupai atau bahkan masuk kedalam golongan orang-orang musyrik tersebut yang jelas sudah memalingkan diri dari syariat atau ajaran Islam. Tentu saja fitnah dalam konteks hadist tersebut sudah nyata nampak dalam permasalahan yang telah dipaparkan diatas, dimana kalangan remaja yang tidak sadar sudah terbiasa melakukan sebuah tradisi perayaan orang non muslim yang diadopsi dan dijadikannya lumrah dalam kehidupan sehari-hari. padahal tradisi atau perayaan yang mereka lakukan tersebut tidak sesuai dengan ajaran dan syariat agama Islam.

(Syaikhul Islam Ibnu Taimiah) rahimahullah berkata, "tidak halal bagi seorang muslim untuk menyerupai mereka(orang musyrik) dalam perkara yang khusus hari raya mereka, apakah dalam hal makanan, pakaian, mandi, menyalakan api, ataupun memberikan hadiah yang berkenaan pada konteks perayaan mereka (Majmu fatwa, 25/329). Perpecahan-perpecahan yang melibatkan antar golongan yang kerapkali terjadi belakangan ini pun telah nyata menjadi penyokong timbulnya fitnah bagi negara maupun agama mereka sendiri. 

Seperti dengan sebuah ungkapan bahwa makna lain fitnah sendiri ialah"(kata Fitnah) banyak penggunaannya dalam perkara yang tidak disukai, kemudian setelah itu banyak digunakan umtuk kata-kata Dosa, Kekafiran, Perang, dan memalingkan sesuatu" (An-Nihayah 3/410). Yang artinya semua kejadian-kejadian baik berupa perpecahan atau peperangan yang terjadi antar golongan, suku, dan agama di Indonesia. Serta semua pengadopsian kehidupan masyarakat pada tradisi atau kebiasaan non  muslim yang jelas dalam syariat Islam itu tidak diajarkan didalamnya, merupakan sebuah ftinah yang dari kebanyakan masyarakat tidak menyadarinya.

Dalam hal ini dirasa perlunya penanaman nilai-nilai keagamaan sejak dini serta peran tokoh agama disetiap kalangan masyarakat sebagai penerang dan penengah setiap permasalahan dirasa menjadi salah satu cara agar mereka dapat membentengi diri dari perbuatan-perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan dan ditiru oleh mereka. mengingat timbulnya sebuah fitnah sendiri dapat berpengaruh bagi keharmonisan kehidupan sosial mayarakat, selain itu nilai-nilai dan eksistensi sebuah agama pun dapat tercoreng kebaikannya karna adanya sebuah fitnah tersebut.

Ali bin Abi Thalib r.a pernah berwasiat "Barangsiapa menyalakan api fitnah, maka dia sendiri yang akan menjadi bahan bakarnya" jadi, kita sebagai generasi milenial khususnya yang berpegang teguh pada syariat Islam seharusnya menjadi pengguna media sosial yang bijak serta kritis dalam memilih memilah informasi yang diperoleh dari media canggih agar tidak  mudah terprovokasi terhadap kejelasan berita yang diperoleh. Bak bumerang yang dilempar jauh pasti akan kembali lagi kepada si pelempar, jadi apabila kita bijak dalam menggunakan media sosial maka kebaikan akan kita dapatkan.

Terimakasih...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun