Mohon tunggu...
Fernanda Dewa
Fernanda Dewa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Pemikir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunikasi Lintas Budaya antara Pedagang Lokal dengan Turis Asing di Bali

29 Maret 2023   22:09 Diperbarui: 30 Maret 2023   11:06 1619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Budaya merupakan cara dan sikap masyarakat dalam menyikapi suatu hal. Budaya tumbuh dan berkembang pada suatu masyarakat yang telah dianut dari generasi ke generasi. Budaya mempengaruhi pola pikir, gaya hidup, tradisi, dan norma pada suatu masyarakat. Maka dari itu, budaya antar masyarakat satu dengan yang lain akan berbeda sesuai dengan nilai yang dianut dan yang diturunkan dari generasi ke generasi.

Berbicara mengenai budaya, Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menetapkan sebanyak 1728 Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia sejak tahun 2013 hingga 2022. 

Kaitannya dengan bahasa, Indonesia memiliki 652 bahasa daerah yang telah dipetakan dan diverifikasi oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Badan Bahasa Kemendikbud). Oleh karena itu, Bahasa Indonesia mempunyai peran signifikan dalam hal komunikasi antar budaya yang beraneka ragam.

Indonesia merupakan negara tujuan wisatawan asing, khususnya Bali. Keindahan alamnya yang dipadukan dengan kebudayaan tradisional menjadikan Bali sebagai salah satu destinasi wisata yang paling populer di dunia. Hal ini berdampak pada banyaknya turis asing yang datang ke Bali yang secara langsung maupun tidak langsung membawa budayanya masing-masing. Dengan adanya turis asing dengan bahasa yang berbeda-beda dari negara asalnya, mengharuskan pihak-pihak yang berinteraksi langsung dengan turis untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan benar. 

Interaksi yang terjadi antara warga lokal dengan turis asing merupakan wujud komunikasi lintas budaya. Tubbs & Moss  (2005) menyatakan   bahwa   komunikasi lintas budaya merupakan   suatu proses penyampaian pesan oleh anggota dari suatu budaya tertentu kepada anggota dari  suatu budaya lain. Komunikasi dinyatakan sebagai sebuah proses yang berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan dalam tercapainya kebutuhan interaksi dengan manusia lainnya.

Pedagang lokal merupakan pihak yang secara langsung dan aktif dalam berinteraksi dengan turis asing. Perbedaan Bahasa antara pedagang lokal dengan turis asing dapat menimbulkan hambatan dalam proses komunikasi antara satu dengan yang lainnya. 

Pedagang lokal dengan budaya tradisional Bali, berinteraksi dengan turis asing yang bahasa dan budayanya jauh berbeda juga merupakan hal yang unik untuk dianalisis cara dan pola interaksinya, serta faktor pendukung dan penghambat mereka dalam berkomunikasi.

Pedagang lokal Bali juga termasuk bagian dari warga Indonesia. Warga Indonesia terkenal akan keramahtamahan dalam berinteraksi dengan orang asing. Cara berinteraksi yang ramah tamah ini juga dilakukan oleh pedagang lokal di Bali untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan turis asing. 

Mereka sering menyapa terlebih dahulu dengan menggunakan kata "hallo" dan  "hey". Kemampuan basa basi warga Indonesia juga dimiliki oleh pedagang lokal Bali. Tak jarang setelah menyapa mereka menanyakan kabar, asal negara turis, kesan saat berada di Bali, dsb. Tak lupa, mereka juga tidak segan-segan untuk tersenyum sebagai tanda keramah tamahan saat melakukan interaksi. Tak ketinggalan, mereka juga mengajak salaman setelah terjadinya proses jual beli. Hal ini membuat turis asing senang karena merasa diterima dan disambut dengan keramah tamahan oleh warga lokal.

Namun, komunikasi lintas budaya yang terjadi antara pedagang lokal dengan turis asing tidak sepenuhnya tanpa hambatan. Turis asing kadang merasa kesulitan dalam berkomunikasi perihal detail-detail produk barang maupun jasa yang akan mereka beli. 

Kondisi ini dikarenakan mayoritas pedagang lokal tidak lancar dalam berbahasa inggris. Mereka hanya paham bahasa inggris yang sering digunakan dalam perdagangan, seperti bahasa inggris dari harga, jumlah, kondisi, dsb. Mereka juga hanya paham dalam bahasa inggris yang sering digunakan dalam obrolan, seperti terima kasih, maaf, kalimat sapaan, dsb. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun