Mohon tunggu...
Fernanda Kristian Vidia Putra
Fernanda Kristian Vidia Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa - Universitas Airlangga

Seorang Mahasiswa di Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Surabaya Pilihan

Konektivitas Kota Surabaya: Apa yang Sudah Direalisasikan dan Apa yang Belum

22 Juni 2024   16:22 Diperbarui: 22 Juni 2024   16:31 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Surabaya. Sumber ilustrasi: KOMPAS/BAHANA PATRIA GUPTA

Surabaya merupakan ibu kota dari Provinsi Jawa Timur. Surabaya sebagai ibu kota Provinsi juga merupakan kota terbesar kedua berdasarkan populasi di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya menjadi pusat perekonomian Jawa Timur. Sebagai pusat perekonomian, banyak terjadi aktivitas commute atau perjalanan pulang pergi yang dilalui oleh populasi wilayah-wilayah sekitarnya seperti Sidoarjo, Gresik, dan Madura ke dalam Surabaya. 

Perjalanan tersebut ditempuh demi menempuh pendidikan maupun pekerjaan. Dengan mengetahui hal tersebut, sudah semestinya Surabaya memiliki konektivitas yang baik dengan wilayah-wilayah sekitarnya tersebut, namun sebenarnya Surabaya dan wilayah sekitarnya masih memerlukan banyak pengejaran untuk mengejar tingkat konektivitas yang baik, namun juga telah ada berbagai improvisasi yang telah dilakukan dan direalisasikan oleh Pemerintah untuk mendorong konektivitas di dalam wilayah Gerbangkertosusila atau Surabaya Raya.

Suroboyo Bus adalah upaya Pemerintah Kota Surabaya yang mengawali ekspansi dan realisasi sistem transportasi publik jenis bus kota yang aman dan nyaman di wilayah Surabaya dan sekitarnya. Menurut reportase Tempo berjudul Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini Luncurkan Suroboyo Bus yang diakses pada 22 Juni 2024, layanan ini diresmikan pada 7 April 2018 oleh mantan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini di Gedung Siola, Jalan Tunjungan, Surabaya. 

Pada awal peluncurannya, Suroboyo Bus menggunakan sistem pembayaran dengan Kartu Setor Sampah atau dengan menukar botol plastik yang menjadi cara pemerintah untuk mempromosikan aksi-aksi pemeliharaan lingkungan seperti memungut sampah dan ditukarkan dengan poin tiket di Bank Sampah milik pemerintah. 

Pada awal peluncurannya, layanan Suroboyo Bus hanya terdiri atas satu rute yaitu rute R1 yang berangkat dari Terminal Purabaya di ujung selatan hingga halte Rajawali di ujung utara dan R2 yang berjalan berbalik arah. Seiring berjalannya waktu, Suroboyo Bus menambahkan rute R3 dan R4 yang bergerak dari timur hingga barat dan sebaliknya, R5 dan R6 yang bergerak dari utara hingga selatan sisi timur kota, mayoritasnya melalui jalan raya MERR, serta rute SBT yang merupakan layanan dari selatan hingga pusat kota menggunakan unit bus tingkat.

 Rute R1 dan R2 juga mengalami perubahan halte titik akhir di utara yang kini berhenti di Pelabuhan Tanjung Perak. Kini, rute yang tersisa dari layanan Suroboyo Bus ini hanya tersisa rute R1, R2, dan SBT yang disebabkan adanya layanan-layanan transportasi kota yang baru di Surabaya seperti Trans Semanggi Suroboyo dan Wira-Wiri. Walaupun demikian, sampai pada hari ini, hadirnya Suroboyo Bus masih tetap dapat mengakomodir dan melayani masyarakat terutama dengan rute komuter antara utara dan selatan karena pemberhentiannya yang cukup menjangkau daerah perkantoran dan permukiman serta terintegrasi dengan layanan transportasi yang lain. 

Trans Semanggi Suroboyo merupakan salah satu layanan bus kota di Surabaya yang diresmikan pada 29 Desember 2021. Berbeda dengan Suroboyo Bus yang datang sebelumnya, Trans Semanggi Suroboyo lahir dari skema atau sistem layanan Teman Bus yang diinisiasi oleh Kementerian Perhubungan. 

Layanan ini pada awal peluncurannya memiliki satu rute yaitu rute 2L yang bergerak antara sisi timur dan sisi barat. Highlight dari rute ini adalah, rute ini menghubungkan sejumlah universitas besar di Surabaya, seperti Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Universitas Airlangga Kampus B dan Kampus C, serta Universitas Negeri Surabaya. 

Beberapa tahun kemudian, diresmikan pula rute 3LL yang melayani wilayah timur Surabaya dengan wilayah selatan yang langsung berhenti di Terminal Purabaya yang merupakan terminal bus utama wilayah Surabaya dan sekitarnya. 

Highlight dari rute ini adalah unit bus yang digunakan yang merupakan unit bus listrik. Namun peluncuran rute ini sempat tidak berjalan dengan lancar. Menurut reportase dari SuaraSurabaya.net, layanan rute ini sempat terhenti selama satu tahun dikarenakan adanya evaluasi kesepakatan tarif dalam kontrak kerja sama dan kendala-kendala teknis yang ditemukan yang harus diselesaikan hingga kontraknya yang sempat tidak kembali diperpanjang. Kini kedua rute Trans Semanggi Suroboyo telah beroperasi dan membantu masyarakat dengan rute komuter antara timur dan barat serta timur dan selatan. 

Trans Jatim merupakan layanan transportasi publik yang diluncurkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk mendorong konektivitas di wilayah Gerbangkertosusila atau Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, dan Lamongan. Layanan ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa pada 19 Agustus 2022 di Terminal Porong. Rute-rute yang dilalui oleh sistem transportasi ini tentunya bersifat antar kota/kabupaten dan mengakomodir transportasi masyarakat komuter di antara kota dan kabupaten di wilayah Gerbangkertosusila. 

Kendala utama dari Trans Jatim adalah unit busnya yang relatif kecil dibanding bus Suroboyo Bus maupun Trans Semanggi Suroboyo. Hal ini menyebabkan terjadinya over-capacity perihal load-factor-nya pada salah satu rutenya yaitu rute Koridor I (Sidoarjo-Surabaya-Gresik) yang menurut Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur pada reportase Detik Jatim berjudul Bus Trans Jatim Luxury Siap Meluncur, Fasilitasnya Mewah!. 

Dalam artikel tersebut, Kepala Dishub Surabaya menyebutkan bahwa load-factor pada rute Koridor I tersebut mencapai angka 130%. Sebagai respon terhadap hal tersebut, Pemerintah Provinsi akan meluncurkan Trans Jatim Luxury dengan konsep Bus Luxury dimana penumpang tidak harus berdiri dan akan dilayani oleh pramugari. Kabarnya layanan tersebut akan direalisasikan pada Agustus 2024 mendatang, dan layanan ini dapat diterapkan juga pada rute koridor lain yang telah menyentuh load-factor 100%. 

Selain layanan-layanan transportasi tersebut, juga terdapat layanan kereta komuter atau Kereta Lokal oleh KAI, juga terdapat Wira Wiri Suroboyo yang merupakan layanan Feeder transportasi umum darat di Surabaya, serta Bus Damri yang juga beroperasi, salah satunya melayani rute antara Terminal Purabaya dan Bandar Udara Internasional Juanda. 

Selain layanan tersebut, juga terdapat sejumlah pengembangan dari segi infrastruktur jalanan di kota Surabaya yang juga ditujukan untuk meningkatkan konektivitas. Salah satu yang paling besar adalah terealisasikannya jalan MERR atau Middle Eastern Ring Road. Jalan MERR atau Jalan Doktor Insinyur Haji Soekarno membentang dan menghubungkan Kenjeran di sisi utara Surabaya dengan Tambak Sumur di sisi timur laut Sidoarjo. 

Jalan ini pada awalnya dibuka secara berkala sejak tahun 2012 dan keseluruhannya diresmikan pada 15 Februari 2020. Saya sendiri juga merasakan dengan adanya jalan ini, menambahkan opsi saya untuk menuju ke kota Surabaya dari Sidoarjo utara, dan memang meningkatkan konektivitas dengan menambah opsi rute bagi masyarakat dengan rute komuter antara Sidoarjo dengan Surabaya, khususnya Surabaya sisi timur dan sisi utara. 

Apabila kita tarik kembali lagi sedikit lebih jauh, maka proyek-proyek jalan lain yang membantu juga meliputi pembangunan Frontage A. Yani, Underpass Satelit, pembangunan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto, dan  Pembangunan Jalan Tol Juanda yang juga membantu konektivitas dan mengurangi kemacetan, terutama di Jalan A. Yani. 

Namun dibalik seluruh pembenahan dan inovasi yang telah dilaksanakan, layaknya semua hal di dunia ini, masih banyak hal yang bisa di improvisasi. Seperti konektivitas bandara dengan kota, integrasi pembayaran antara Suroboyo Bus dan Trans Semanggi Suroboyo, serta titik titik macet yang masih perlu dibenahi. 

Bandar Udara Internasional Juanda atau Bandara Juanda adalah bandara yang melayani Surabaya dan Surabaya Raya. Lokasinya terletak di dalam Kabupaten Sidoarjo, namun terhubung dengan jalan tol ke Surabaya dan rute Bus Damri yang menghubungkan Bandara Juanda dengan sejumlah Terminal Bus di Gerbangkertosusila yaitu Terminal Purabaya, Terminal Mojokerto, dan Terminal Bunder Gresik. Selama pengalaman saya mendarat di Bandara Juanda, saya merasakan bahwa tidak banyak opsi lain yang dapat digunakan oleh masyarakat. 

Mayoritas masyarakat akan memilih taksi resmi bandara dengan tarif resmi dan sudah ditentukan sebelum berangkat, namun hal tersebut membuat opsi ini cenderung mahal dibanding taksi online yang juga telah dilarang beroperasi di wilayah bandara. Bus Damri yang menghubungkan Bandara Juanda dengan terminal bus di Surabaya Raya memiliki interval antar bus sekitar satu jam menurut laman di situs Nahwa Travel berjudul Cara Naik Bus Damri dari Bandara Juanda: Rute, Harga Tiket & Jadwal yang diakses pada 22 Juni 2024. 

Opsi lain adalah taksi, dimana menurut artikel dari Kompas berjudul Pilihan Transportasi Umum dari Bandara Juanda ke Tunjungan Plaza, rata-rata tarif harga taksi dari Bandara Juanda ke Tunjungan Plaza, mall yang berada di pusat kota Surabaya, rata-rata akan dikenakan biaya sebesar Rp200.000,00 hingga Rp250.000,00.  

Apabila kita melihat pada bandara lain di Indonesia maupun dunia, konektivitas bandara dapat didukung oleh adanya layanan transportasi umum dalam bentuk kereta, seperti kereta bandara yang ada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Internasional Adi Soemarmo, Bandara Internasional Minangkabau, Bandara Internasional Kualanamu, Yogyakarta International Airport, dan Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II. 

Bandara-bandara tersebut telah membuktikan bahwa konektivitas sebuah bandar udara dapat juga ditopang oleh sebuah kereta api bandara. Sejak lama memang terdapat simpang siur berita tentang dibangunnya, namun menurut laman SINFRA Pemerintah Provinsi Jatim, status proyek ini mendapatkan prioritas P2 dan masih di tahap Perencanaan dengan nilai investasi mencapai Rp 1 Triliun. 

Selain konektivitas bandara, juga masih ada sejumlah titik di Surabaya yang masih terkena macet yaitu di wilayah Bundaran Taman Pelangi di Surabaya Selatan. Bundaran ini sangatlah padat dengan kendaraan di jam-jam berangkat dan pulang kerja. Kemacetan dan kepadatan yang dihasilkan dari bundaran ini dapat mengular ke Jalan Raya A. Yani. 

Sebagai respon dari kemacetan yang terjadi di bundaran ini, pemerintah kota telah mengumumkan bahwa proyek underpass maupun overpass/flyover sedang dikaji untuk menentukan solusi mana yang lebih baik diterapkan. 

Di satu sisi dengan adanya proyek ini, jalanan akan bertambah yang seharusnya dapat mengurangi kemacetan pada bundaran ini, namun di sisi lain pemerintah juga dapat terus mendorong sistem dan layanan transportasi publik untuk lebih menjamah seluruh area dengan harapan bisa mengurangi jumlah kendaraan pribadi di Surabaya. 

Terdapat juga sejumlah proyek lain yang sedang direncanakan maupun dikaji seperti Surabaya Regional Railway Line atau SRRL, ART atau Autonomous Rail Rapid Transit, hingga MRT dan LRT, juga jalan lingkar baru yaitu OERR atau Outer Eastern Ring Road kabarnya semua dalam proses untuk perencanaan maupun studi kelayakan. Tentu harapannya, proyek-proyek tersebut dapat segera direncanakan dan dikaji, hingga realisasinya dapat segera terjadi dan masyarakat dapat segera menerima imbas positifnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Surabaya Selengkapnya
Lihat Surabaya Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun