Ada pihak-pihak yang mencoba menafikan bahwa para Pahlawan Revolusi yang dibawa hidup-hidup ke lubang buaya tidak mengalami penyiksaan. Mereka berusaha "memperhalus" apa yang menimpa para pahlawan revolusi itu bahwa mereka "hanya" ditembak tanpa ada penyiksaan sekalipun. Hal itu sekarang yang penulis banyak lihat di pemberitaan dan medsos belakangan ini.
Dari kesaksian tiga orang anak Pahlawan Revolusi yaitu Agus Wijoyo (anak dari Brigjen Sutoyo Siswomihardjo), Amelia Yani (anak dari Letjen A. Yani) dan Chaterine Panjaitan (anak dari Brigjen Donald Isaac Panjaitan) atas perlakuan dan gerak-gerik pasukan yang menculik bapak mereka, dan dengan memakai pola berpikir secara logika, saya menarik kesimpulan 100% Pahlawan Revolusi yang dibawa hidup-hidup ke Lubang Buaya mengalami penyiksaan sebelum diberondong oleh peluru.
Inilah fakta-fakta sebagai dasar yang menjadi landasan kesimpulan saya (lihat yang di tebalkan)
Agus Widjoyo:
Saat itu kami sekeluarga ada di rumah. Kami hanya punya dua kamar, orang tua saya di kamar depan dan saya di kamar belakang. Kebetulan jalan di samping rumah sedang terbuka lebar karena garasi direnovasi.
Sehingga mereka datang dan bisa langsung masuk ke belakang rumah. Mereka menggedor kamar pembantu yang membawa kunci pintu, mengambilnya dan kemudian masuk ke dalam rumah.
Mereka banyak sekali. Saya hanya mendengar dari dalam kamar. Perilaku mereka kasar, menusuk-nusuk pintu dengan sangkur. Tidak ada penggunaan senjata api.
Tidak ada gunanya perlawanan, ayah lalu keluar mengikuti mereka.
Amelia Yani:
"Ayah berbalik dan menutup pintu kaca. Dalam jarak 1,5 meter, tembakan beruntun tepat mengenai ayah kami," ujarnya.