Mohon tunggu...
F. Norman
F. Norman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Pemerhati Sosial dan Politik Amatiran....

Selanjutnya

Tutup

Politik

Di Jerman, Menlu Retno Jadi Corong Pemerintah Myanmar?

20 September 2017   06:30 Diperbarui: 20 September 2017   12:31 1689
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lima Menlu anggota MIKTA - Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia - dalam pertemuan di Bonn, Jerman, Kamis (16/2/2017) (dok: Laman Kemlu RI)

Selain itu Pemerintah Myanmar pun jarang memberi akses bagi pers atau negara asing atau bantuan kemanusiaan ke Rakhine, jadi kalau tidak mau transparan apanya yang mau di bantu???  

Terakhir, kata-kata yang dipilih oleh Menlu Retno dalam pertemuan MIKTA ini yaitu "menghadapi situasi dan tantangan yang kompleks dan beragam",mengingatkan saya dengan kata-kata yang dipilih Suu Kyi dalam menjelaskan krisis Rohingya pada pers asing. Contohnya saat pertama kali berbicara ke Pers setelah krisis Rohingya meletus Agustus ini.

Suu Kyi lebih memilih curhat akan "kesulitan" pemerintah nya dalam menangani tragedi itu dibandingkan membicarakan fakta ratusan ribu eksodus dari negara nya.

Ia berujar, bahwa pemerintahannya, yang merupakan pertama kali dipimpin oleh sipil dalam beberapa dasawarsa, tengah menghadapi tantangan terbesar. "Sedikit tidak masuk akal untuk mengharapkan kami menyelesaikan masalah ini dalam 18 bulan," kata Aung San Suu Kyi kepada Asian News International, Jumat (8/9/2017) .

Hebatnya Suu Kyi mengatakan bahwa pemerintah perlu "mengurus semua orang yang berada di negara kita (Myanmar), terlepas mereka warga negara kita atau tidak."

"Sumber daya kami tidak selengkap dan memadai seperti yang kami inginkan. Tapi kami tetap berusaha sebaik mungkin dan kami ingin memastikan bahwa setiap orang berhak mendapatkan perlindungan hukum," kata Suu Kyi menjelaskan.  

Kemudian ada kemiripan tanggapan Menlu Retno ini dengan pernyataan Suu Kyi saat bertemu dengan Jokowi di sela-sela KTT ASEAN di Manila April yll. Menlu Retno mengatakan pada Pers setelah pertemuan bahwa pemerintah Myanmar menyatakan komitmennya untuk memperbaiki situasi di Rakhine yang dihuni etnis minoritas Rohingya.

Presiden Jokowi bertemu Aung San Suu Kyi sebelum mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-30 ASEAN, di Manila, Filipina, Sabtu (29/4). (Foto: BPMI)
Presiden Jokowi bertemu Aung San Suu Kyi sebelum mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-30 ASEAN, di Manila, Filipina, Sabtu (29/4). (Foto: BPMI)
"Daw Suu (Suu Kyi) menyampaikan bahwa situasinyamemang tidak mudah, tetapi Daw Suu menyampaikan bahwa komitmen pemerintah Myanmar sangat kuat untuk memperbaiki situasi yang ada di Rakhine State," jelas Retno.

Kalau di pertemuan MIKTA Menlu Retno memakai kata "menghadapi situasi dan tantangan yang kompleks dan beragam",Suu Kyi berujar kepada Jokowi yang dikutip Menlu Retno "Situasinya memang tidak mudah"

Terakhir, saya rasa Menlu Retno patut untuk diganti atau di reshuffle, pendekatan konstruktifnya terbukti gagal, kekerasan dan kekejian aparat terus terulang dari 2012 sampai sekarang dengan ditandai mengalir terus pengungsi. 

Dengan sekitar 750.000 pengungsi di Bangladesh sekarang, mungkin sebentar lagi tidak ada satupun etnis Rohingya di Myanmar, sebab diperkirakan ada 1 - 1,2 juta etnis Rohingya di seantero negara itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun