Mohon tunggu...
F. Norman
F. Norman Mohon Tunggu... Wiraswasta -

Pemerhati Sosial dan Politik Amatiran....

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rohingya Diusir demi Ladang Gas di Rakhine (2)

12 September 2017   11:19 Diperbarui: 12 September 2017   11:54 3772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Daftar Blok Migas di Rakhine (sumber opendevelopmentmyanmar.net)

Dalam tulisan saya minggu yang lalu dengan judul Rohingya Di Usir Demi Ladang Gas Di Rakhine (1), diterangkan ada ladang gas raksasa di Shwe Project di Rakhine yg dikuasai oleh Pertamina nya Myanmar "Myanmar Oil and Gas Enterprise" (MOGE). Perusahaan ini merupakan kepunyaan dan dioperasikan oleh JUNTA MILITER Myanmar. Kesimpulan penulis, terusirnya Rohingya adalah kombinasi serakahnya Junta Militer Myanmar serta rakusnya negara besar sekeliling Myanmar dengan energi.

Ternyata berdasarkan penelusuran penulis di opendevelopmentmyanmar.net, bukan cuma satu atau dua ladang minyak dan gas (Migas) di Rakhine, tetapi total ada 25 blok Migas yang semuanya ada di lepas pantai Rakhine.

Rakhine tercatat sebagai provinsi terbanyak memiliki blok migas, di seluruh Myanmar tercatat ada 105 blok Migas yang tersebar di seantero wilayah daratan dan lepas pantai negara itu. Dari anda lihat peta diatas, boleh dikata hampir seluruh wilayah Myanmar mempunyai blok Migas.

Blok Migas di Rakhine 

Seperti yang penulis ungkapkan diatas, ada 25 blok Migas yang semuanya ada di lepas pantai. Silahkan lihat tabel berikut yang memuat blok apa, off shore / deepwater:

Daftar Blok Migas di Rakhine (sumber opendevelopmentmyanmar.net)
Daftar Blok Migas di Rakhine (sumber opendevelopmentmyanmar.net)
Berikut peta lokasi 25 blok Migas di rakhine dan siapa perusahaan yang menguasai blok tersebut (disini disebutkan perusahaan pemegang saham terbesar saja).

Lokasi blok Migas dan Perusahaan Dengan Saham Terbesar yang memilikinya. Blok dengan warna pertanda sudah diekspolarasi, sedangkan yang putih adalah cadangan terbukti dan belum aktif (dok:ramree.com)
Lokasi blok Migas dan Perusahaan Dengan Saham Terbesar yang memilikinya. Blok dengan warna pertanda sudah diekspolarasi, sedangkan yang putih adalah cadangan terbukti dan belum aktif (dok:ramree.com)
Energi Jadi Alat Diplomasi LN Junta Myanmar 

Myanmar oleh rezim militernya yang berkuasa pada tahun 1989, telah mengalami perang sipil terpanjang di dunia dan salah satu kediktatoran militer paling terkenal di dunia. Tuduhan mengenai catatan hak asasi manusia negara Asia Tenggara memicu serangkaian aksi oleh masyarakat internasional termasuk resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Termasuk yang menyoroti Myanmar adalah Dewan Keamanan PBB, dan sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa termasuk ASEAN. Namun, junta milter sangatlah cerdik, mereka memiliki dua cara penting untuk melawan tekanan ini: 

1. Sumber daya alam yang melimpah.

2. Posisi geografis yang strategis.

Shwe Project adalah nama cadangan gas yang ini ditemukan di lepas pantai barat, kekayaan dibawah laut ini secara signifikan menambah fulus rezim militer yang memerintah negara tersebut. Dengan nilai pasar konservatif sebesar US $ 37 miliar, itu akan menjadi sumber pendapatan tunggal terbesar sampai saat itu.

Junta telah menjadi ahli dalam "diplomasi sumber daya," memberi tetangga sepotong besar kekayaan alam negara melalui perdagangan dan investasi sebagai imbalan atas pendapatan dan dukungan politik. Terletak di antara Cina, India, dan Thailand, Burma dapat memainkan tetangganya satu sama lain dalam usaha mereka untuk mendapatkan sumber daya.

Diposisikan di antara dua negara terbesar (Cina dan India) dan paling haus energi di dunia dan sekarang memegang salah satu cadangan gas terbesar di Asia telah meningkatkan kekuatan Junta Militer dalam "diplomasi" ini. India dan China mengandalkan impor minyak mentah sebesar 70 persen dan 40 persen dari kebutuhan mereka. masing-masing dan keduanya terlibat dalam pencarian global yang kompetitif untuk gas dan minyak. Penemuan gas Shwe telah membuat Myanmar menjadi lokasi persaingan lain. berebut antara kedua negara.

Bagi China, Myanmar tidak hanya mewakili diversifikasi pasokan minyak dan gasnya, namun juga merupakan jalur transportasi alternatif untuk impor saat ini. Lebih dari 80% minyak impor China melewati Selat Malaka. Selat adalah salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia, namun terancam oleh ancaman keamanan dari pembajakan dan perselisihan laut internasional. 

Oleh sebab itu China akhirnya tertarik untuk mengembangkan pelabuhan laut dalam dan menghubungkan jalur pipa di Kyauk Phyu, pelabuhan terbesar kedua Arakan. Kyauk Phyu kemudian dapat digunakan sebagai titik transfer minyak Timur Tengah ke provinsi pedalaman China, sehingga memberi kesempatan bagi China untuk mengurangi ketergantungannya pada Selat Malaka. Pipa juga dapat mengangkut minyak dan / atau gas yang diambil di Myanmar sendiri.

Selain China, India juga agresif ingin mencicipi gas Myanmar, ini dapat dibuktikan dengan berkunjungnya PM India Modi pada minggu yll saat gencar-gencarnya isu Rohingya berhembus.

Disini PM Modi dan Suu Kyi saling memuji peranan negara masing-masing dan berjanji untuk meningkatkan kerjasama kedepannya. Modi menyinggung sedikit tentang kasus Rohingya untuk basa-basi politik, ia menginginkan adanya stabiltas lagi di Myanmar. Lihatlah twit PM Modi dimana memperlihatkan keakraban mereka selama kunjungan.

Sedangkan Suu Kyi memanfaatkan ajang ini untuk berbicara tentang kasus Rohingya untuk pertama kalinya di depan Pers. Dengan konyolnya ia menyebutkan foto-foto palsu tentang krisis Rohingya merupakan "puncak gunung es mis-informasi yang dibuat untuk menciptakan banyak masalah antara komunitas berbeda dan untuk tujuan mengedepankan kepentingan teroris."

Meski demikian, Suu Kyi sama sekali tidak menyebut eksodus besar-besaran komunitas Rohingya dari negara bagian Rakhine di Myanmar ke Bangladesh.

Suu Kyi dan Modi bertemu di Myanmar minggu yll (dok: Twitter PM Modi)
Suu Kyi dan Modi bertemu di Myanmar minggu yll (dok: Twitter PM Modi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun