Shwe Project adalah nama cadangan gas yang ini ditemukan di lepas pantai barat, kekayaan dibawah laut ini secara signifikan menambah fulus rezim militer yang memerintah negara tersebut. Dengan nilai pasar konservatif sebesar US $ 37 miliar, itu akan menjadi sumber pendapatan tunggal terbesar sampai saat itu.
Junta telah menjadi ahli dalam "diplomasi sumber daya," memberi tetangga sepotong besar kekayaan alam negara melalui perdagangan dan investasi sebagai imbalan atas pendapatan dan dukungan politik. Terletak di antara Cina, India, dan Thailand, Burma dapat memainkan tetangganya satu sama lain dalam usaha mereka untuk mendapatkan sumber daya.
Diposisikan di antara dua negara terbesar (Cina dan India) dan paling haus energi di dunia dan sekarang memegang salah satu cadangan gas terbesar di Asia telah meningkatkan kekuatan Junta Militer dalam "diplomasi" ini. India dan China mengandalkan impor minyak mentah sebesar 70 persen dan 40 persen dari kebutuhan mereka. masing-masing dan keduanya terlibat dalam pencarian global yang kompetitif untuk gas dan minyak. Penemuan gas Shwe telah membuat Myanmar menjadi lokasi persaingan lain. berebut antara kedua negara.
Bagi China, Myanmar tidak hanya mewakili diversifikasi pasokan minyak dan gasnya, namun juga merupakan jalur transportasi alternatif untuk impor saat ini. Lebih dari 80% minyak impor China melewati Selat Malaka. Selat adalah salah satu jalur pelayaran terpenting di dunia, namun terancam oleh ancaman keamanan dari pembajakan dan perselisihan laut internasional.Â
Oleh sebab itu China akhirnya tertarik untuk mengembangkan pelabuhan laut dalam dan menghubungkan jalur pipa di Kyauk Phyu, pelabuhan terbesar kedua Arakan. Kyauk Phyu kemudian dapat digunakan sebagai titik transfer minyak Timur Tengah ke provinsi pedalaman China, sehingga memberi kesempatan bagi China untuk mengurangi ketergantungannya pada Selat Malaka. Pipa juga dapat mengangkut minyak dan / atau gas yang diambil di Myanmar sendiri.
Selain China, India juga agresif ingin mencicipi gas Myanmar, ini dapat dibuktikan dengan berkunjungnya PM India Modi pada minggu yll saat gencar-gencarnya isu Rohingya berhembus.
Disini PM Modi dan Suu Kyi saling memuji peranan negara masing-masing dan berjanji untuk meningkatkan kerjasama kedepannya. Modi menyinggung sedikit tentang kasus Rohingya untuk basa-basi politik, ia menginginkan adanya stabiltas lagi di Myanmar. Lihatlah twit PM Modi dimana memperlihatkan keakraban mereka selama kunjungan.
Sedangkan Suu Kyi memanfaatkan ajang ini untuk berbicara tentang kasus Rohingya untuk pertama kalinya di depan Pers. Dengan konyolnya ia menyebutkan foto-foto palsu tentang krisis Rohingya merupakan "puncak gunung es mis-informasi yang dibuat untuk menciptakan banyak masalah antara komunitas berbeda dan untuk tujuan mengedepankan kepentingan teroris."
Meski demikian, Suu Kyi sama sekali tidak menyebut eksodus besar-besaran komunitas Rohingya dari negara bagian Rakhine di Myanmar ke Bangladesh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H