Di bulan inilah beberapa kejadian penting terjadi:
- Tanggal 21-23, Pendaftaran Calon Paslon ke KPU. BTP pada tanggal 21 sedangkan Anies tanggal 23 atau pada hari terakhir.
- Tanggal 27, Pidato BTP saat melakukan kunjungan kerja di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, yang lalu dianggap menghina agama.
- Tanggal 26-30 September, LSI melakukan survei elektabilitas ketiga Paslon dengan total 440 warga DKI Jakarta yang menjadi responden.
October 2016
Beberapa kejadian penting dan hasil survei keluar pertama kalinya setelah pendaftaran tiga Paslon.
- Tanggal 6, Buni Yani mengupload pidato BTP di Pulau Pramuka di media social Facebook.
- Tanggal 4, LSI merilis survei nya yang berjudul “Ahok Potensial Kalah?” yang mengatakan bahwa:
- Walaupun BTP-Djarot unggul dalam elektabilitas (31,4%), Anies (21,1%), AHY (19,3%) serta Swing Voters 28,2%. Artinya BTP-Djarot unggul dari dua Paslon yang lain tetapi tidak mencapai 50%. Artinya Pilkada akan berjalan dua putaran.
- BTP-Djarot berpotensi kalah di putaran kedua apabila dihadapkan dengan satu pasang calon (head to head), baik dengan Anies-Sandi atau AHY-Sylvi.
- Jika BTP-Djarot melawan Anies-Sandi, 64,3 persen pendukung AHY-Sylvi akan mengalihkan dukungannya ke Anies-Sandi, ketimbang ke pasangan BTP-Djarot yang hanya dapat dukungan 14,3 persen responden pendukung AHY-Sylvi.
- Sebaliknya, jika pasangan BTP-Djarot melawan AHY-Sylvi, 59,1 persen pendukung Anies-Sandi akan memilih AHY-Sylvi. Sementara itu, pendukung Anies-Sandi yang akan pilih BTP-Djarot hanya 8,6 persen.
- Hanya sekitar 35-40 persen, menurut survei, warga yang akan memilih berdasarkan agama, sisanya 60-65 persen karena kapasitas atau kinerjanya
November 2016
Kejadian yang terpenting adalah adanya demo 411 pada tanggal 4 November.
Desember 2016
- Demo Super Damai 212 pada tanggal 2 Desember.
- LSI melakukan survei pada tanggal 3-11 Desember dan merilisnya beberapa hari kemudian dengan judul “Likeability is Electability?” dengan kesimpulan sbb:
Dok: LSI
- Elektabilitas BTP-Djarot yang sempat turun di bulan November (27,3%), kemudian justru sesudah Demo Super Damai 212 naik menjadi 32,9%.
- Adapun AHY-Sylvi justru turun jadi 25,1% (dari 29,9%) dan Anies-Sandi hanya naik tipis 23,2% (dari 23,0%).
- Artinya, setelah “digempur” 7 juta orang di Monas, justru elektabilitas BTP naik dari bulan November. Hal ini disebabkan bahwa semakin banyak orang mengetahui BTP meminta maaf atas ucapannya di Pulau Pramuka (86%), dan 59% nya menganggap BTP tulus meminta maaf. Hal ini menjadi kan elektabilitas BTP rebound di bulan Desember.
dok: LSI
dok: LSI
- Di Pilkada putaran pertama BTP-Djarot “hanya” unggul 42,99%, Anies-Sandi 39,95% dan AHY-Sylvi 17,02%.
- Megawati dalam konprensi pers di rumah lembang satu hari sesudah hari pencoblosan, mengekspresikan kekecewaanya,”Kalau ibu-ibu ingat dan bapak-bapak ingat, ketika saya berbicara di konser gue 2 itu saya kan minta sebetulnya kalau kita kerja lebih keras kita bisa mendapatkan suara 50 persen plus 1. Pada putaran I kita Alhamdulillah menang tapi masih kurang,". Ia meminta kepada para relawan yang ada, dimana kebanyakan ibu-ibu untuk 'lebih cerewet' dalam menyuarakan kepada masyarakat lain untuk memenangkan pasangan BTP-Djarot.
April 2017
- Pada putaran kedua BTP-Djarot meraih 42,05% sedangkan Anies-Sandi 57,95%. Kasarnya, BTP-Djarot tidak mendapatkan limpahan sedikitpun suara dari pendukung AHY (mendapat 17,02% di putaran pertama).
- Sebab di putaran pertama ini justru suaranya berkurang 0,94%, sedangkan Anies naik 18%.
- Jika saja BTP-Djarot sukses mencuri 45% saja suara AHY-Sylvi, maka ia akan bisa meraih suara sebesar 50,65%, dalam arti kata BTP_Djarot terpilih sebagai Gubernur.
Kesimpulan:
- BTP sudah “diramalkan” akan kalah pada akhir September 2016 di putaran kedua baik menghadapi AHY maupun Anies.
- Di bulan September tersebut sama sekali belum ada sentimen SARA yang skala besar seperti dipersepsikan oleh para pendukung BTP-Djarot.
- Justru di bulan Desember 2016, setelah demo raksasa 212, suara BTP-Djarot naik dan unggul dari Anies-Sandi serta AHY-Silvi. Dalam arti kata, pada bulan Desember itu elektabilitas BTP-Djarot sukses bertahan dari demo 212 dan justru melejit sesudahnya. Jika isu SARA bermain, maka tentu saja fenomena rebound elektabilitas BTP-Djarot di bulan Desember tidak akan terjadi.
- CEO PolMark Research Center, Eep Saefulloh Fatah mengungkapkan hasil survei-nya bahwa tidak semua pemilih Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta berdasarkan agama saja. Bahkan kata dia, hanya 18,5 persen warga Jakarta yang memilih berdasarkan agama. Menurutnya pemilih Anies-Sandi adalah pemilih yang rasional.
Kesimpulan akhir dari penulis:
- Penulis sangat yakin BTP-Djarot kalah bukan karena sentimen SARA, kasus Al Maidah, Demo 411, Demo 212 dan apapun berkaitan dengan FPI atau kelompok garis keras lainnya.
- Dari serangkaian fakta diatas, pemilih Jakarta adalah pemilih sangat-sangat rasional.
- BTP-Djarot dikalahkan oleh diri mereka sendiri dan sinyal ini sudah berdentang sejak mereka mendaftar di KPU pada bulan September.
- Pemilih menginginkan Gubernur baru yang sukses dalam membangun lahir (pembangunan fisik) dan juga bathin (baca: menjaga harmoni) secara simultan. Lihat hasil survei LSI, BTP jeblok di faktor "Orangnya ramah dan santun", terendah di antara dua kandidat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!