Tentu saja jika 3.000 km ini cuma 1 kali saja maka TIDAK cukup, akan tetapi jika ini dilakukan berkali-kali misalkan maka ini berdampak amat positif. ABw harus memperbanyak napak tilas ini!
Perlu diketahui juga, ABw itu satu-satunya calon kandidat Presiden yang bukan Pejabat Publik atau Mantan Pejabat publik. Di Indonesia popularitas para politisi terbangun karena dia pejabat publik atau mantan pejabat publik dan selama menjabat biasanya mereka mendapatkan liputan luas publikasi dari media sehingga dikenal masyarakat.
Dibandingkan para calon kandidat lain, ABw punya kondisi yang kurang menguntungkan. Misalkan dibandingkan Jokowi, Jokowi punya posisi prestisius high profile (posisi high profile dalam hal ini artinya jabatan terhormat) sebagai Gubernur DKI sehingga tiap hari beliau dapat porsi besar liputan di media. ABw itu pendidik yang tidak punya jabatan politik high profile yang bisa di-publish media. ABw pun tidak punya uang seperti politisi lainnya untuk beriklan. ABw ndak punya media seperti beberapa politisi yang juga menjadi raja media.
TETAPI ABw punya anak-anak muda yang siap membantu dia dan mereka siap berkorban waktu, tenaga, pikiran untuk itu semua. Nah, dengan kekuatan ini maka kerja-kerja seperti 3.000 km napak tilas adalah kerja-kerja efektif untuk mencapai 3 gol diatas dengan biaya bantingan ala kadarnya! Ini manifestasi ABw mensiasati secara cerdas kelemahannya dengan cara mengoptimalkan kekuatan jaringan anak muda yang dia miliki untuk membangun kredibilitasnya.
---
Pemimpin Penggerak, bukan pemimpin tukang tambal sulam
Hanya saja “Napak Tilas 3.000 km keliling Jawa” itu belum cukup. Meskipun ABw sudah berkeliling ke berbagai pulau di Indonesia, ABw perlu mengulanginya kembali menyapa daerah-daerah dan suku-suku serta etnis-etnis lain di nusantara ini dan memahami permasalahannya. Dikarenakan Indonesia yang sejahtera itu artinya adalah terbangunnya daerah-daerah yang sejahtera dan seluruh suku-suku di nusantara ini sejahtera pula. ABw perlu datang pada mereka dan memahami persoalan mereka. Dikarenakan keterbatas pikiran, tenaga, waktu serta kompleksnya masalah maka ABw cukup mendatangi beberapa daerah saja dan jangan lupa menginspirasi para relawan disana sehingga para relawan dan masyarakat lah yang akhirnya punya kesadaran bersama turun tangan bersama membangun daerahnya. Di titik inilah keunggulan karakter pribadi ABw perlu dipotimalkan.
Berbeda dengan pemimpin lainnya, yang dia hadir ke masyarakat yang menjanjikan ke masyarakat untuk menyelesaikan masalah. Pemimpin seperti ini kebanyakan akan gagal! Masalah Indonesia itu amat sangat kompleks. Itu ndak bisa diselesaikan oleh seorang pemimpin semata. Jadi pemimpin yang datang untuk berjanji menyelesaikan masalah di Indonesia maka dia hampir pasti gagal. Mengurus satu department birokrasi negara atau satu wilayah propinsi atau kabupaten/kota saja, jika dilakukan hanya oleh pemimpi tersebut seorang diri maka dia akan gagal, apalagi mengurus Indonesia yang luas? Karakter ABw beda, ABw adalah tipe memimpin yang menggerakan semua orang untuk turun tangan bersama merubah nasibnya agar lebih baik. Dengan karakter penggerak ini ABw diharakan bisa membuat semua orang bersama-sama menyelesaikan masalahnya.
Jadi, dikarenakan kompleksnya masalah kita saat ini, yang kita butuhkan adalah tipe pemimpi penggerak masyarakat untuk bersama selesaikan masalahnya, bukan tipe pemimpin tukang tambal sulam dengan program kerja proyek-proyek jangka pendek belaka yang dampak positifnya cuma terasa 1 atau 2 bulan saja setelah itu kerusakannya tetap tidak terselesaikan.
Dari Tepian Lembah Sungai Elbe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H