Kami akan turun menjemput ke 10 teman kami tadi tetapi melihat keadaan yang tidak dikehendaki kami putuskan menunggu di pelataran guna mencegah terjadinya hal yang tidak dikehendaki oleh kami berdua. Kabut mulai datang dan hujan mulai mengguyur, tetapi ke 10 teman tadi belum juga sampai di Top Dempo, waktu bergulir hingga jam 12 tengah malam, kami berdua mulai resah dan tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan ke 10 teman kami.Â
Setiap ada pendaki yang turun dari Top Dempo ke pelataran kami tanyai dan mereka menjawab masih jauh mulai dari jawaban masih di dinding lemari hingga Shelter 2. Dan di dalam tenda kekurangan pasokan logistik karena orang yang membawa logistik berada di antara 10 teman kami. Alhasil kami menahan lapar dengan makanan seadanya, just kripik tempe serta hasil pemberian roti pendaki lain.Â
Hingga pagi menjelang ke 10 teman kami belum kunjung tiba, dan kami memutuskan untuk turun. Tetapi syukur alhamdullilah saya ketika berkeliling mencari informasi ke 10 teman kami tadi, tidak disangka dari balik kabut terlihat baju yang tak asing dilihat dan ketika didekati yaps… itu teman kami yang baru saja sampai di pelataran. Â
Bahagia bukan main, semalaman gak bisa tidur cemas memikirkan mereka ternyata syukur alhamdullilah mereka baik-baik saja.
Setelah itu kami memutuskan untuk menambah hari di atas yang semula 1 hari 1 malam menjadi 2 hari 2 malam. Dan ini kebahagiaan kami bersama sewaktu di puncak Dempo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H