Mohon tunggu...
Feri Nata
Feri Nata Mohon Tunggu... Guru -

Guru di Sekolah Kristen Calvin, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Resonansi yang Terlambat

28 April 2017   17:05 Diperbarui: 28 April 2017   18:14 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

https://cdns.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2017/04/26/837013/670x335/petir-menggelegar-saat-anies-diminta-komentar-karangan-bunga-ahok.jpg

Penjelasan ilmiah mengenai resonansi baru diakui dalam ilmu fisika. Resonansi ada di mana-mana. Gelas yang pecah oleh suara penyanyi merupakan salah satu contohnya. Gelasnya ikut bergetar karena nada suara penyanyi sama dengan frekuensi alami gelas. Jika getarannya cukup kuat, gelas akan pecah karena elastisitas gelas tergolong rendah.

resonansi-1-59031344969373ac038b4567.jpg
resonansi-1-59031344969373ac038b4567.jpg
http://ketahui.com/images/Fantastik/pecahkan_gelas_dengan_suara.jpg

                Resonansi bisa sangat dahsyat. Pernah ada jembatan yang roboh karena resonansi. Padahal baru diresmikan empat bulan. Saat itu, Tacoma Narrows Bridge ikut bergetar karena adanya badai angin ringan. Pas saja frekuensi gerakan angin sama dengan frekuensi alami jembatan. Layaknya ayunan, sekali diayun, ayunan dapat bertahan cukup lama, getaran jembatan tak bisa berhenti. Getaran yang makin lama makin lebar akhirnya melewati batas elastisitas jembatan, robohlah jembatan jutaan dolar itu.

resonansi-2-59031359c8afbd483f5b2d06.jpg
resonansi-2-59031359c8afbd483f5b2d06.jpg
https://upload.wikimedia.org/wikipedia/en/5/5c/TacomaNarrowsBridgeCollapse_in_color.jpg

                Walaupun belum terjelaskan secara ilmiah, resonansi sejatinya juga terjadi juga dalam bidang sosial. Mungkin Anda pernah melihat gambar di bawah ini. Semua orang dalam aula tampak sedang menggunakan Macbook, laptop keluaran Apple. Hal ini merupakan contoh resonansi sosial.

resonansi-3-5903136ad47a610a048b4569.jpg
resonansi-3-5903136ad47a610a048b4569.jpg
http://www.zdnet.com/i/story/60/80/005994/macbook_monoculture.jpg

Baru-baru saja, suatu resonansi sosial terjadi di Balai Kota Jakarta. Ribuan karangan bunga dikirimkan dari berbagai penjuru Jakarta. Ntah siapa yang memulai. Namun, aksi ini berhasil menggetarkan ribuan orang lainnya, baik pribadi maupun komunitas untuk ikut mengirimkannya. Bukan hanya layak disebut sebagai resonansi sosial, ini dapat dikatakan sebagai resonansi hati. Bisa dikatakan jutaan penduduk Jakarta ikut “patah hati” dengan kekalahan Badja dalam Pilkada DKI 2017. Gelombang patah hati ini merambat bersamaan ke Balai Kota. Menghadirkan lautan bunga yang katanya mengalahkan jumlah karangan bunga untuk pernikahan anak presiden sekalipun.

Terlambat

Resonansi ini dapat dikatakan terlambat. Sesudah kekalahan Badja, the silent majority baru berani bersuara. Melalui bunga. Sebelum tuntas putaran kedua Pilkada DKI, mungkin kelompok ini takut untuk bersuara. Gelombang demo berjilid-jilid menuntut Ahok mundur dan dipenjara melibatkan massa yang tak sedikit. Kengerian akan rusuh selalu membayangi demo-demo tersebut. Mungkin mereka juga takut akan memperkeruh masalah yang dihadapi Ahok. Mereka diam tak berdaya.

Namun, sekarang ini tak bisa lagi. Mereka sudah diam terlalu lama. Membiarkan Ahok berjuang sendirian di kursi pesakitan. Benar saja, tak ada angin, tak ada badai, kelompok ini mulai berdatangan ke Balai Kota sehari setelah Pilkada. Meskipun masih ada enam bulan masa pemerintahan Ahok, mereka ingin berjumpa sekarang. Satu persatu datang tanpa dipaksa. Sekadar ingin berfoto. Bahkan protokoler Balai Kota kewalahan. Sistem antri diberlakukan untuk mengakomodasi ribuan orang yang ingin berfoto.

Tentunya menyusul kemudian kiriman karangan bunga. Masih terus berdatangan, karangan bunga tak tertampung lagi di halaman Balai Kota. Karangan Bunga itu pun disebar di sepanjang pagar Monas.

resonansi-4-590313a63fafbd783fcc5c55.jpg
resonansi-4-590313a63fafbd783fcc5c55.jpg
https://sgimage.detik.net.id/community/media/visual/2017/04/27/fa71b039-bd8c-4053-8ffb-78e09bc7ea6d_169.jpg?w=780&q=90

Memang resonansi ini terlambat. Ahok sudah kalah. Namun, mungkin memang kita harus kehilangan dulu, barulah kita bisa menghargai berharganya sesuatu yang pernah kita miliki. Ahh, gubernurku. Jadi ingin ke Balai Kota, ayoo!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun