Mohon tunggu...
Feri Nata
Feri Nata Mohon Tunggu... Guru -

Guru di Sekolah Kristen Calvin, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Perlu Kebangkitan Nasional 2.0

30 September 2015   18:04 Diperbarui: 30 September 2015   18:12 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itulah yang banyak dialami oleh Negara Indonesia. Indonesia mengimpor produk-produk jadi yang diproduksi dengan bahan baku yang berasal dari Indonesia yang terpaksa dijual murah karena toh kita tidak mampu mengolahnya dengan benar. Miris memang. 

Kebangkitan Nasional 2.0

Indonesia harus bangkit. Kita tidak boleh terus terjebak sebagai negara konsumen. Tapi bagaimana caranya? Indonesia sudah merdeka 70 tahun, toh masih berkutat sebagai negara berkembang. Tidak mudah memang. Kebangkitan ini tidak bisa hanya dilakukan oleh segelintir orang yang ada di Indonesia. Kebangkitan level nasional lah yang mampu membawa Indonesia keluar dari status negara konsumen. Itulah Kebangkitan Nasional 2.0. Kebangkitan Nasional 1.0 sudah terjadi pada 1908 dan menyadarkan Bangsa Indonesia perlu bersatu untuk mengusir penjajah. Saat ini, Bangsa Indonesia perlu menyadari tidak boleh terus terjebak sebagai negara konsumen.

Imperialisme 2.0 memang membius negara-negara konsumen sehingga tidak melihat urgensi untuk bangkit. Namun, jika dibiarkan terus-menerus, maka impian Indonesia untuk menjadi negara maju mungkin hanya akan menjadi sekedar impian. Alias tak akan pernah terwujud. Lalu, bagaimana memulai gerakan yang begitu sulit ini? Penulis mengidentifikasi beberapa langkah yang perlu dilakukan secara simultan supaya tercipta semangat komunal yang memberikan energi bagi Bangsa Indonesia untuk sama-sama terlibat dalam Kebangkitan Nasional 2.0. Langkah-langkah tersebut mencakup peningkatan indeks pembangunan manusia, peningkatan daya saing industri, gerakan cinta produk dalam negeri, penguatan jati diri dan budaya bangsa, serta perbaikan birokrasi pemerintah. 

Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (HDI)

Selain peningkatan infrastruktur yang mulai dikebut oleh pemerintah saat ini, peningkatan indeks pembangunan manusia tidak kalah urgen. Bahkan, sebenarnya lebih penting. Daya saing sumber daya manusia Indonesia memberikan kesempatan yang lebih besar bagi industri dalam negeri. Kompetensi yang selama ini tidak tersedia di dalam negeri perlu diupayakan melalui sistem pendidikan yang mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan formal dan nonformal harus difasilitasi seluas-luasnya untuk berkembang menyediakan sumber daya manusia Indonesia dengan tingkat kompetensi tinggi. Perlu lebih dari sekedar kebijakan anggaran minimal 20% untuk pendidikan.

Pendidikan Indonesia perlu terus berbenah untuk memperbaiki kualitas manusia Indonesia. Melalui pendidikan lah, indeks pembangunan manusia Indonesia dapat merangkak naik mengejar negara-negara maju. 

Peningkatan Daya Saing Industri Indonesia

Perlu upaya ekstra untuk meningkatkan daya saing industri Indonesia. Sembari memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia, industri-industri Indonesia perlu lebih kreatif dalam mengatasi kesenjangan kompetensi yang diperlukan untuk bersaing. Pelatihan internal dalam perusahaan merupakan opsi yang tersedia sembari menunggu dunia pendidikan memperbaiki kualitas lulusannya. Dalam hal ini, pemerintah selaku regulator perlu menyiapkan kebijakan yang memungkinkan hal ini berjalan lebih lancar.

Dukungan pemerintah dalam insentif yang efektif perlu dipikirkan dan disiapkan dengan matang supaya perusahaan-perusahaan dapat berkembang sampai level internasional untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan global. Mudah? Tidak sama sekali. Oleh karena itu, eksekusinya tidak boleh sembarangan. Konsep yang matang dan terintegrasi merupakan harga mutlak supaya pemerintah dapat membantu pekembangan industri nasional. 

Gerakan Cinta Produk Dalam Negeri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun