Mohon tunggu...
Feri Nata
Feri Nata Mohon Tunggu... Guru -

Guru di Sekolah Kristen Calvin, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sekolah Kristen Calvin, Sekolah Visioner yang Melawan Arus Zaman

23 September 2015   13:05 Diperbarui: 3 Oktober 2015   21:54 10050
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya ikan mati yang mengikuti arus sungai.” (Anonim)

Pepatah ini sama sekali tidak mengatakan bahwa ikan akan selalu melawan aliran sungai. Namun, ikan yang hanya mengikuti ke mana pun arus sungai membawanya adalah ikan yang mati. Berbicara mengenai ikan yang melawan arus, kita dapat melihat contoh inspiratif dari ikan salmon. Salmon merupakan ikan yang unik. Berasal dari air tawar, bermigrasi ke lautan, lalu kembali ke air tawar untuk bereproduksi.

Penelitian menunjukkan salmon selalu kembali ke tempat yang sama dengan asalnya untuk berkembang biak. Alasan mengapa salmon dapat menyimpan memori untuk dapat kembali ke tempat asalnya memang masih misteri. Namun, untuk melakukan hal itu berarti salmon harus melawan arus sungai. Bahkan, tak jarang salmon harus melompat untuk melewati sungai berbatu sembari melawan arus. Tentunya salmon melakukan hal itu untuk suatu tujuan, yaitu reproduksi. Dalam mencapai tujuannya, salmon melawan arus dan melewati berbagai rintangan.

Ikan Salmon yang melawan arus, sambil melompat untuk kembali ke tempat asalnya.

 

Sekolah Kristen Calvin dapat dianalogikan seperti salmon. Sekolah Kristen Calvin didirikan ditengah-tengah arus pragmatisme yang sangat kental zaman ini. Namun, alih-alih mengikuti arus pragmatisme ini, Sekolah Kristen Calvin malah melawannya, yaitu berusaha mengejar pembentukan karakter yang sudah banyak ditinggalkan oleh sekolah saat ini.

Visi Sekolah Kristen Calvin diletakkan oleh Pak Tong (Pdt. Dr. Stephen Tong) selaku pendiri dan sudah dirumuskan dalam pernyataan tertulis sebagai berikut: “Membentuk karakter Kristiani yang beriman, berilmu dan berperasaan penuh tanggung jawab sebagai penerus bangsa”.

Pendidikan Kristen mempunyai tugas yang mulia sekali karena dengan iman kepercayaan kepada Tuhan dan Firman-Nya, maka pendidikan Kristen, selain membagikan pengetahuan, baik ke-Tuhan-an, maupun pengetahuan umum, juga harus mempunyai tujuan membangun karakter Kristiani sehingga watak, iman, moral, perjuangan, dan perasaan bertanggung jawab di dalam semangat iman Kristen harus dimasukkan ke dalam program mendidik anak. (Pak Tong, Pendiri Sekolah Kristen Calvin)

Pak Tong, Pendiri Sekolah Kristen Calvin

Karakter Kristiani yang dimaksudkan oleh Pak Tong tidak dapat dilepaskan dari pandangan iman Kekristenan.

Karena Kristus adalah Allah yang menjelma menjadi manusia, maka Dia menjadi teladan bagi seluruh umat yang diciptakan menurut peta dan teladan Allah. Peta teladan Allah yang asli adalah Kristus. Dia adalah Allah. Kita mempunyai bayang-bayang dari Allah. Allah suci, kita mempunyai hati nurani. Allah kasih, kita mempunyai kemungkinan komunikasi. Allah kebenaran, kita mempunyai rasio. Allah mempunyai kuasa, kita juga diberikan wibawa. Manusia mempunyai semua potensi ini karena manusia diciptakan lebih tinggi dari semua binatang. Dan Kristuslah yang menjadi teladan mutlak di dalam segala sudut sehingga jika kita ingin membangun karakter Kristiani, berarti semua manusia yang sudah mengenal Kristus belajar dari Dia dan boleh menjadi seperti Dia, itu karakter Kristiani. (Pak Tong, Pendiri Sekolah Kristen Calvin)

Visi ini dipilih sebagai visi jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjadi representasi dari filsafat pendidikan yang dianut oleh sekolah, dan didukung oleh seluruh guru, siswa dan orangtua.

Visi ini juga membentuk nilai-nilai dalam Sekolah Kristen Calvin. Salah satu nilai inti yang dipegang oleh Sekolah Kristen Calvin, yaitu sekolah-sekolah lain merupakan rekan untuk bersama-sama mendidik anak-anak Indonesia. Sekolah Kristen Calvin melihat jauh kepada visi untuk membentuk karakter anak-anak Indonesia. Oleh karena itu, Sekolah Kristen Calvin tidak memandang industri pendidikan sebagai arena bersaing dengan sekolah lain.

Bagaimana paradigma kami terhadap yang lain? Paradigma kami sejak awal adalah mereka bukan kompetitor kami. Kami tidak berkompetisi terhadap mereka dan kami konsisten. Kami menganggap mereka itu rekan. Jadi, sejak dari awal pun kami sudah membangun relasi. Kenapa demikian? Kalau kami punya tujuan mendidik orang-orang untuk menghidupi ajaran Kristen mereka, maka sekolah-sekolah Kristen yang lain adalah rekan kami. Sekolah-sekolah negeri pun, walaupun tidak mengajarkan perspektif Kristen, mereka mengajarkan orang untuk melakukan kebaikan bersama yang tidak dilawan oleh nilai Kristiani. Mereka juga teman kami, karena kita satu bangsa. Dan kalau sekolah Kristen mau belajar pun kami mau berbagi, kami tidak akan pelit. Karena problematikanya seringkali bukan masalah ilmu, tapi masalah seberapa kuat komitmen untuk mengerjakannya. Itu sebabnya kami tidak menganggap yang lain sebagai saingan karena kami juga tidak bisa rangkai semua. Lagi pula segmen kami merupakan segmen yang unik. Karena untuk mengerjakan perspektif ini yang sampai selevel ini, yang mana kami juga punya program-program, seperti filsafat yang unik, yang sekolah lain tidak kerjakan. Yang bukan sebagai pelengkap, tapi benar-benar menjadi jantung ciri khasnya. Jadi, konseptualnya matang dari awal. Sehingga dengan demikian kami bidik satu segmen sendiri yang boleh dibilang di Indonesia masih sangat langka. (Pak Ivan, Koordinator Sekolah Kristen Calvin)

Saksikan Video: Open House Sekolah Kristen Calvin 2015

Sekolah Kristen Calvin didirikan karena kepedulian pendiri Sekolah Kristen Calvin terhadap pendidikan, khususnya pendidikan Kristen.

Yang saya tahu, sekolah didirikan karena soal anak. Yang saya tahu, Pak Tong (Pendiri) punya kepedulian tentang anak, yang akan jadi generasi penerus, yang akan memegang berbagai macam posisi, baik di pemerintahan, di dunia bisnis, atau di sektor mana pun. Dan punya kepedulian terhadap sekolah-sekolah yang telah ada, khususnya sekolah Kristen. Ada kekuatiran, namanya sekolah Kristen, tapi tidak ada integrasi iman di dalam apa yang diajarkan. Yang saya tahu sekolah ini didirikan karena itu. Dan yang saya tahu kenapa baru sekarang didirikan adalah karena susah menemukan sumber daya guru-gurunya yang mau dan mempunyai kapasitas untuk mengajar. Jadi baru 2008 sekolah ini didirikan. Secara garis besarnya, yang saya tahu itu, sebagai bagian dari mandat budaya (ibadah kepada Tuhan dalam wujud pelayanan kepada masyarakat) yang dicetuskan. (Bu Julia, Staf Tata Usaha)

Oleh karena itu, Sekolah Kristen Calvin tidak dibangun sebagai sekolah komersil. Sekolah Kristen Calvin didirikan murni untuk mewujudkan visi besar mendidik generasi penerus bangsa. Dalam membentuk karakter siswa, Sekolah Kristen Calvin juga tidak memandang konsumen (siswa dan orang tua) sebagai raja yang harus dipuaskan. Sekolah Kristen Calvin memandang orang tua sebagai rekan untuk bersama-sama mendidik siswa. Hubungan ini dibangun di atas nilai-nilai kejujuran, integritas, dan komitmen.

Kalau kami dengan yang lain adalah rekan, hubungan kami dengan konsumen juga begitu. Kami tidak pernah mau mengatakan konsumen itu raja. Kalau konsumen itu raja, saya ini apa? Apakah saya ini budak? Kalau konsumen raja, saya ini budak, berarti konsumen lebih tinggi dari saya. Tapi, sebenarnya saya ingin kehendak saya yang dipenuhi. Berarti saya mempermainkan raja, itu hubungan yang tidak jujur dari awal. Maka Sekolah Calvin menyatakan dari awal hubungan kami adalah rekan. Sekarang beralih, paradigma mau diubah menjadi rekan, kami sudah dari dulu. Jadi, Anda datang bukan hanya sekedar konsumen, tapi Anda itu rekan. Dan Aristoteles mengatakan rekan dan rekan harus saling mengharapkan yang terbaik. Itu namanya agape. Tidak menipu, semua dari awal jelas, perjanjian jelas. Saya mengharapkan yang terbaik bagi Anda. Saya selalu mengatakan, sekolah dan orang tua tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain. Orang tua bukan raja kami, tapi kami sekolah juga bukan selalu mau menang sendiri. Kami rekan. Ini anak sudah ada mau diapakan, mari kita bicara, adakan kesepakatan untuk mendidik anak itu. Komitmen di awal. Jadi orang tua tidak lebih tinggi dari sekolah, sekolah juga tidak lebih tinggi dari orang tua karena kami rekan.  (Pak Ivan, Koordinator Sekolah Kristen Calvin)

Tujuan inti Sekolah Kristen Calvin adalah membentuk manusia secara utuh. Hal ini meliputi disposisi hati (karakter) yang berdasar prinsip dasar iman Kristen, berilmu (pendidikan intelektual) dan nasionalisme. Sekolah Kristen Calvin berusaha meletakkan suatu standar pendidikan untuk sungguh-sungguh dapat membentuk karakter Kristiani yang beriman, berilmu, dan berperasaan penuh tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan Kristen harus ditujukan untuk kehidupan Kristen, bukan hanya untuk melatih orang-orang menjadi pakar-pakar teologi. Bukan pula sekadar mengajarkan siswa untuk mengabdi kepada negara. Bukan hanya untuk menghasilkan orang-orang terpelajar dan berbudaya. Aspek kehidupan Kristen yang dimaksud mencakup lima aspek, yaitu (a) kehidupan seorang pribadi, seorang manusia; (b) kehidupan iman; (c) kehidupan seseorang yang merupakan anggota komunitas Kristen; (d) kehidupan yang harus dijalani di tengah masyarakat umum; dan (e) kehidupan yang menolong pelaksanaan tugas penaklukan budaya.1

Dalam upaya mencapai visi tersebut, misi Sekolah Kristen Calvin yang dibangun berdasarkan visi di atas adalah sebagai berikut:

  1. menyediakan pendidikan agama Kristen, karakter, kebangsaan serta keilmuan lain yang berkualitas;
  2. menyediakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas;
  3. menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik, yang diperlukan dalam kegiatan belajar peserta didik, untuk mendukung pengembangan peserta didik secara optimal;
  4. menyediakan pembimbingan bagi siswa secara pribadi; dan
  5. menyediakan lingkungan belajar yang disiplin dan kondusif bagi peserta didik untuk belajar.

Visi-misi Sekolah Kristen Calvin disosialisasikan kepada guru-guru dan staf dengan menempuh beberapa langkah supaya guru-guru dan staf terus-menerus diingatkan akan visi yang hendak dicapai. Pertemuan-pertemuan awal semester diadakan sebagai sarana untuk membagikan dan mempertajam pemahaman guru-guru dan staf Sekolah Kristen Calvin tentang visi-misi Sekolah Kristen Calvin. Selain itu, guru-guru dan staf juga mengikuti seminar bagi orang tua siswa yang diadakan setiap bulan untuk semakin memahami visi-misi yang ingin dicapai Sekolah Kristen Calvin.

Kami memang tidak mau mewajibkan guru dan staf untuk menghafalnya, tetapi memang lebih baik dihafalkan. Meskipun begitu itu bukan paksaan. Tetapi yang kami wajibkan adalah mereka mengerti semangatnya. Jadi, visi-misi itu disosialisasikan melalui pertemuan-pertemuan pleno setiap setengah tahun sekali, minimal, itu dipimpin langsung oleh Koordinator. Koordinator akan membagikan apa semangat dari Sekolah Kristen Calvin. Dan Koordinator akan menginterpretasikan Firman Tuhan dan kemudian kita terapkan bagian-bagian Firman Tuhan yang disampaikan yang berhubungan dengan pendidikan kemudian kita terapkan ke Sekolah Kristen Calvin. Melalui pleno-pleno seperti itu kemudian, guru dan staf juga mengikuti seminar orang tua dan guru. Itu setiap bulan kita diberikan filsafat pendidikan. Teologi pendidikan yang benar. Bagaimana kita harus menjalankan sekolah ini. (Pak Erwan, Wakil Kepala SMP Kristen Calvin)

Visi-misi Sekolah Kristen Calvin juga menjadi perhatian Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII). Sebagian besar guru dan staf Sekolah Kristen Calvin merupakan anggota GRII sehingga mereka sudah mengetahui tentang visi Sekolah Kristen Calvin sebelum bergabung menjadi guru atau staf. Setelah, bergabung guru dan staf terus diingatkan mengenai visi-misi Sekolah Kristen Calvin.

Saya tahunya itu, terus terang dari gereja. Ketika saya masuk, 2012, saya sempat mengikuti retret ke Vila Myko. Sebenarnya waktu saya bicara dengan HRD pun dan ada jadwal ketemu dengan Kepala SMA Kristen Calvin, sempat dibicarakan tentang visi-misi Sekolah Calvin, walaupun setelah itu tidak diperpanjang karena Beliau akhirnya tahu saya orang GRII juga. Namun, dalam sesinya Koordinator Sekolah Kristen Calvin dalam retret, ada diulang lagi mengenai visi misi, tetapi sebelum itu, bahkan waktu sebelum masuk ke sini, ada pengenalan tentang seperti apa Sekolah Calvin itu, kamu tahu tidak? Kondisinya seperti begini, kamu siap tidak? Namun, ketika sudah masuk pun terus diingatkan oleh Koordinator sekolah lewat sesi-sesi retret. Sebenarnya bukan hanya oleh Koordinator, tetapi juga oleh Kepala TU. Maksudnya seperti ini, di dalam kita kerja kita mengobrol, kenapa begini ya? Kepala TU sebenarnya juga suka mengingatkan. (Bu Julia, Staf Tata Usaha)

Nilai-nilai yang dipegang oleh Sekolah Kristen Calvin membuat Sekolah Kristen Calvin dengan percaya diri melangkah menciptakan segmen baru dalam pendidikan Kristen. Hal ini didukung dengan tujuan inti yang begitu jelas dan dikejar bersama dengan guru dan staf dalam tingkat idealisme yang tinggi.

Informasi lebih lengkap mengenai Sekolah Kristen Calvin bisa Anda gali dalam Open House Sekolah Kristen Calvin pada 10 Oktober 2015.

Baca juga: Mengapa harus Sekolah Kristen Calvin? - Guru Berkualitas

Baca juga: Mengapa harus Sekolah Kristen Calvin? - Komunitas Pembelajar

Kunjungi juga: Website Sekolah Kristen Calvin

      Footnote:
  1. Wolterstorff, N. P. 2004. Kurikulum: Menurut Standar Apa? Di dalam: Stronks, G. G. dan Joldersma, C. W., editor. Mendidik Untuk Kehidupan: Refleksi mengenai Pengajaran dan Pembelajaran Kristen. Surabaya: Momentum. Terjemahan dari: Educating for Life: Reflections on Christian Teaching and Learning.

(Diadaptasi dari Thesis "Membangun Keunggulan Kompetitif melalui Pendekatan Pandangan Berbasis-Sumber Daya - Studi Kasus pada: Sekolah Kristen Calvin" yang penulis siapkan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Master of Business Administration di Universitas Gadjah Mada)

 

Foto: Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun