Visi ini dipilih sebagai visi jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Visi ini menjadi representasi dari filsafat pendidikan yang dianut oleh sekolah, dan didukung oleh seluruh guru, siswa dan orangtua.
Visi ini juga membentuk nilai-nilai dalam Sekolah Kristen Calvin. Salah satu nilai inti yang dipegang oleh Sekolah Kristen Calvin, yaitu sekolah-sekolah lain merupakan rekan untuk bersama-sama mendidik anak-anak Indonesia. Sekolah Kristen Calvin melihat jauh kepada visi untuk membentuk karakter anak-anak Indonesia. Oleh karena itu, Sekolah Kristen Calvin tidak memandang industri pendidikan sebagai arena bersaing dengan sekolah lain.
Bagaimana paradigma kami terhadap yang lain? Paradigma kami sejak awal adalah mereka bukan kompetitor kami. Kami tidak berkompetisi terhadap mereka dan kami konsisten. Kami menganggap mereka itu rekan. Jadi, sejak dari awal pun kami sudah membangun relasi. Kenapa demikian? Kalau kami punya tujuan mendidik orang-orang untuk menghidupi ajaran Kristen mereka, maka sekolah-sekolah Kristen yang lain adalah rekan kami. Sekolah-sekolah negeri pun, walaupun tidak mengajarkan perspektif Kristen, mereka mengajarkan orang untuk melakukan kebaikan bersama yang tidak dilawan oleh nilai Kristiani. Mereka juga teman kami, karena kita satu bangsa. Dan kalau sekolah Kristen mau belajar pun kami mau berbagi, kami tidak akan pelit. Karena problematikanya seringkali bukan masalah ilmu, tapi masalah seberapa kuat komitmen untuk mengerjakannya. Itu sebabnya kami tidak menganggap yang lain sebagai saingan karena kami juga tidak bisa rangkai semua. Lagi pula segmen kami merupakan segmen yang unik. Karena untuk mengerjakan perspektif ini yang sampai selevel ini, yang mana kami juga punya program-program, seperti filsafat yang unik, yang sekolah lain tidak kerjakan. Yang bukan sebagai pelengkap, tapi benar-benar menjadi jantung ciri khasnya. Jadi, konseptualnya matang dari awal. Sehingga dengan demikian kami bidik satu segmen sendiri yang boleh dibilang di Indonesia masih sangat langka. (Pak Ivan, Koordinator Sekolah Kristen Calvin)
Saksikan Video:Â Open House Sekolah Kristen Calvin 2015
Sekolah Kristen Calvin didirikan karena kepedulian pendiri Sekolah Kristen Calvin terhadap pendidikan, khususnya pendidikan Kristen.
Yang saya tahu, sekolah didirikan karena soal anak. Yang saya tahu, Pak Tong (Pendiri) punya kepedulian tentang anak, yang akan jadi generasi penerus, yang akan memegang berbagai macam posisi, baik di pemerintahan, di dunia bisnis, atau di sektor mana pun. Dan punya kepedulian terhadap sekolah-sekolah yang telah ada, khususnya sekolah Kristen. Ada kekuatiran, namanya sekolah Kristen, tapi tidak ada integrasi iman di dalam apa yang diajarkan. Yang saya tahu sekolah ini didirikan karena itu. Dan yang saya tahu kenapa baru sekarang didirikan adalah karena susah menemukan sumber daya guru-gurunya yang mau dan mempunyai kapasitas untuk mengajar. Jadi baru 2008 sekolah ini didirikan. Secara garis besarnya, yang saya tahu itu, sebagai bagian dari mandat budaya (ibadah kepada Tuhan dalam wujud pelayanan kepada masyarakat) yang dicetuskan. (Bu Julia, Staf Tata Usaha)
Oleh karena itu, Sekolah Kristen Calvin tidak dibangun sebagai sekolah komersil. Sekolah Kristen Calvin didirikan murni untuk mewujudkan visi besar mendidik generasi penerus bangsa. Dalam membentuk karakter siswa, Sekolah Kristen Calvin juga tidak memandang konsumen (siswa dan orang tua) sebagai raja yang harus dipuaskan. Sekolah Kristen Calvin memandang orang tua sebagai rekan untuk bersama-sama mendidik siswa. Hubungan ini dibangun di atas nilai-nilai kejujuran, integritas, dan komitmen.
Kalau kami dengan yang lain adalah rekan, hubungan kami dengan konsumen juga begitu. Kami tidak pernah mau mengatakan konsumen itu raja. Kalau konsumen itu raja, saya ini apa? Apakah saya ini budak? Kalau konsumen raja, saya ini budak, berarti konsumen lebih tinggi dari saya. Tapi, sebenarnya saya ingin kehendak saya yang dipenuhi. Berarti saya mempermainkan raja, itu hubungan yang tidak jujur dari awal. Maka Sekolah Calvin menyatakan dari awal hubungan kami adalah rekan. Sekarang beralih, paradigma mau diubah menjadi rekan, kami sudah dari dulu. Jadi, Anda datang bukan hanya sekedar konsumen, tapi Anda itu rekan. Dan Aristoteles mengatakan rekan dan rekan harus saling mengharapkan yang terbaik. Itu namanya agape. Tidak menipu, semua dari awal jelas, perjanjian jelas. Saya mengharapkan yang terbaik bagi Anda. Saya selalu mengatakan, sekolah dan orang tua tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain. Orang tua bukan raja kami, tapi kami sekolah juga bukan selalu mau menang sendiri. Kami rekan. Ini anak sudah ada mau diapakan, mari kita bicara, adakan kesepakatan untuk mendidik anak itu. Komitmen di awal. Jadi orang tua tidak lebih tinggi dari sekolah, sekolah juga tidak lebih tinggi dari orang tua karena kami rekan. Â (Pak Ivan, Koordinator Sekolah Kristen Calvin)
Tujuan inti Sekolah Kristen Calvin adalah membentuk manusia secara utuh. Hal ini meliputi disposisi hati (karakter) yang berdasar prinsip dasar iman Kristen, berilmu (pendidikan intelektual) dan nasionalisme. Sekolah Kristen Calvin berusaha meletakkan suatu standar pendidikan untuk sungguh-sungguh dapat membentuk karakter Kristiani yang beriman, berilmu, dan berperasaan penuh tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa. Pendidikan Kristen harus ditujukan untuk kehidupan Kristen, bukan hanya untuk melatih orang-orang menjadi pakar-pakar teologi. Bukan pula sekadar mengajarkan siswa untuk mengabdi kepada negara. Bukan hanya untuk menghasilkan orang-orang terpelajar dan berbudaya. Aspek kehidupan Kristen yang dimaksud mencakup lima aspek, yaitu (a) kehidupan seorang pribadi, seorang manusia; (b) kehidupan iman; (c) kehidupan seseorang yang merupakan anggota komunitas Kristen; (d) kehidupan yang harus dijalani di tengah masyarakat umum; dan (e) kehidupan yang menolong pelaksanaan tugas penaklukan budaya.1
Dalam upaya mencapai visi tersebut, misi Sekolah Kristen Calvin yang dibangun berdasarkan visi di atas adalah sebagai berikut:
- menyediakan pendidikan agama Kristen, karakter, kebangsaan serta keilmuan lain yang berkualitas;
- menyediakan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang berkualitas;
- menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang baik, yang diperlukan dalam kegiatan belajar peserta didik, untuk mendukung pengembangan peserta didik secara optimal;
- menyediakan pembimbingan bagi siswa secara pribadi; dan
- menyediakan lingkungan belajar yang disiplin dan kondusif bagi peserta didik untuk belajar.