Mohon tunggu...
Ferina Alzahra
Ferina Alzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Teknologi Yogyakarta

Nama saya Ferina Alzahra, asal saya dari Ciamis Jawa Barat. Saya merupakan sorang mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Teknologi Yogyakarta. Saya memiliki hobi menonton film, film favorite saya adalah Harry Potter. Saya dikenal sebagai pribadi yang ceria dan saya memiliki ketertarikan pada buku buku self improvement karena saya bisa mendapatkan motivasi untuk bertahan hidup.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjuangan Kelas dalam Teori Marxis: Dari Karl Marx hingga Dunia Modern

20 Oktober 2024   18:16 Diperbarui: 20 Oktober 2024   18:17 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perjuangan kelas adalah salah satu konsep utama dalam teori Marxisme yang dirumuskan oleh Karl Marx dan Friedrich Engels. Dalam teori ini, Marx menegaskan bahwa sejarah manusia pada dasarnya adalah sejarah konflik kelas, di mana masyarakat selalu terbagi menjadi kelompok-kelompok yang saling berlawanan berdasarkan posisi mereka terhadap suatu instrumen produksi. Alat-alat produksi atau instrumen produksi adalah segala bentuk sarana atau sumber daya yang digunakan dalam proses produksi barang dan jasa. Ini mencakup mesin, teknologi, pabrik, lahan, bahan baku, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Dalam konteks teori Marxisme, alat-alat produksi sangat penting karena siapa yang memiliki dan dapat mengontrolnya memiliki kekuasaan atas kelas pekerja, yang hanya menjual tenaga kerja mereka tanpa memiliki alat produksi itu sendiri. Jadi, kepemilikan alat produksi adalah faktor utama yang membedakan kelas dalam masyarakat. Dari era perbudakan hingga kapitalisme modern, konflik antara kelas penguasa dan kelas tertindas terus terjadi, dan konflik inilah yang mendorong terjadinya perubahan sosial.

Perjuangan kelas menurut Marx bukan hanya fenomena ekonomi, tetapi juga sosial dan politis, yang berakar dari ketimpangan dalam distribusi kekayaan dan kekuasaan. Ketika kelas proletar (buruh) berhadapan dengan kelas borjuis (pemilik modal), pertentangan ini diyakini akan mencapai klimaks dalam bentuk revolusi yang menghancurkan sistem kapitalis dan membuka jalan bagi sosialisme dan akhirnya komunisme.

Perjuangan Kelas Menurut Karl Marx

Dalam karya-karyanya, terutama dalam Manifesto Komunis (1848) dan Das Kapital (1867), Karl Marx menekankan bahwa setiap masyarakat dalam sejarah selalu dibentuk oleh struktur kelas. Di bawah kapitalisme, kelas utama yang berhadapan adalah kelas borjuis, yang menguasai alat-alat produksi (Pabrik, mesin, tanah, dll.), dan kelas proletar, yang hanya memiliki tenaga kerja mereka yang dapat dijual untuk memperoleh upah.

Menurut Marx, eksploitasi terjadi karena para pemilik modal membayar upah buruh lebih rendah daripada nilai barang yang mereka hasilkan, menciptakan surplus nilai yang diakumulasi oleh kapitalis sebagai keuntungan. Hal ini menciptakan ketimpangan yang sangat besar antara kedua kelas ini. Dengan memonopoli kekayaan dan sumber daya, kelas borjuis juga memiliki kontrol atas institusi politik, hukum, dan budaya yang digunakan untuk mempertahankan dominasi mereka atas proletariat.

Namun, Marx percaya bahwa perjuangan kelas akan berakhir dengan kemenangan proletariat, yang pada akhirnya akan menggulingkan sistem kapitalisme melalui revolusi. Revolusi ini akan menghapuskan kepemilikan pribadi atas alat produksi, menggantikannya dengan kepemilikan kolektif dan pengelolaan ekonomi secara demokratis, yang kemudian akan mengarah pada pembentukan masyarakat tanpa kelas, yaitu komunisme.

Perkembangan Perjuangan Kelas di Dunia Modern

Perjuangan kelas tidak berakhir dengan kematian Marx pada akhir abad ke-19, tetapi terus berkembang di berbagai belahan dunia seiring perubahan ekonomi dan politik global. Di abad ke-20, teori Marxis diadopsi oleh berbagai gerakan sosialis dan komunis yang berhasil membentuk negara-negara dengan sistem ekonomi sosialis, seperti Uni Soviet, China, dan Kuba. Dalam konteks ini, perjuangan kelas mengambil bentuk nyata dalam revolusi-revolusi sosialis di Rusia (1917), China (1949), dan negara-negara dunia ketiga yang terinspirasi oleh ajaran Marxis.

Namun, dalam praktiknya, penerapan sosialisme di negara-negara ini sering kali tidak sesuai dengan visi Marx tentang masyarakat tanpa kelas. Negara-negara komunis sering mengalami masalah seperti birokratisasi, korupsi, dan kekerasan politik yang menghambat transformasi menuju komunisme. Meskipun demikian, teori perjuangan kelas tetap menjadi dasar ideologis bagi berbagai gerakan buruh, gerakan petani, dan organisasi sosial di seluruh dunia yang berjuang melawan ketimpangan ekonomi dan sosial.

Dalam era pasca-Perang Dingin, ketika banyak negara sosialis runtuh dan kapitalisme neoliberal menjadi sistem ekonomi dominan, pertanyaan tentang relevansi perjuangan kelas dalam teori Marxis kembali menjadi perdebatan akademis. Banyak yang berpendapat bahwa perjuangan kelas masih ada, meskipun dalam bentuk yang lebih kompleks. Ketimpangan ekonomi yang semakin besar antara kelas kaya dan miskin di negara-negara maju maupun berkembang menegaskan bahwa masalah eksploitasi yang dikritik oleh Marx masih relevan.

Perjuangan Kelas di Era Neoliberal dan Globalisasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun