Datang ke Banyuwangi tak lengkap jika tidak berkunjung ke Perpustakaan Daerah (Perpusda) Banyuwangi. Lokasi yang cukup strategis di tengah kota menawarkan beragam wawasan lewat karya literasi dari pelbagai medium ilmu. Era kini Perpusda mencoba berbagai terobosan meski perkembangan teknologi tidak bisa dinafikan.
Salah satunya pemanfaatan perpustakaan keliling lewat mobil khusus yang digunakan untuk membawa buku-buku ke berbagai pelosok Banyuwangi. Langkah nyata ditengah minimnya minat baca di negeri ini. Perpustakaan yang dulunya menjadi kawah candradimuka bagi seluruh pegiat ilmu kini perlahan mulai bergeser.
Upaya-upaya yang dilakukan beragam komunitas ataupun pemerintah untuk meningkatkan minat baca tetap belum mendapatkan titik temunya. Minat baca memang bergantung pada apa yang didapat seseorang dilingkungannya.Â
Beruntung tentunya bagi kalangan yang memiliki akses mudah bahan bacaan, pun dengan kesadarannya memanfaatkan sebagai supelmen pengetahuan.
Namun tidak sedikit pula yang sudah diberikan fasilitas dan kemudahan kadang justru tidak memanfaatkan secara nyata. Tumpukan buku yang sarat ilmu kadang hingga lusuh berdebu tak terjamah tangan manusianya. Entah karena asyik dengan perkembangan teknologi era kini atau mungkin perpustakaan tak lagi menjadi salah satu lokasi yang menarik hati, semua pasti ada alasannya.
Banyak Pilihan
Alasan apapun tak seharus untuk kita meninggalkan budaya baca bagi setiap generasi muda bangsa. Penulis tak memungkiri jika generasi saat ini memang banyak pilihan untuk bisa menyalurkan segala minat dan bakat yang dimiliki. Beda dengan generasi dulu yang terbatas dengan segala perkembangan, utamanya bidang teknologi.
Jadi wajar jika dulu banyak orang bisa menghabiskan buku dalam waktu tertentu, karena tantangan dan pilihan yang ditawarkan selain buku memang tak banyak. Bandingkan dengan remaja saat ini, walau memang masih juga ada yang memiliki minat baca tetap saja perbandingannya akan tetap timpang.
Selain minat baca, kadang peran perpustakaan untuk terus serta mengikuti perkembangan zaman juga merupakan keharusan. Sebab tidak sedikit pula perpustakaan yang tetap dengan format lama tanpa memberi sentuhan baru yang bisa menarik minat baca kaum muda. Salah satunya ruang baca yang cukup menyenagkan dan membuat betah bagi pembacanya.
Membaca tak hanya soal teks, disana ada rasa dan pertautan hati yang bersinergi dengan ruangan sekitar yang mendukung. Penulis beberapa kali mengunjungi perpustakaan di kampus-kampus di Malang, sudah menerapkan sistem ini. Upaya pemanfaatan ruang-ruang dengan desain nyaman baca tampaknya menjadi satu alasan untuk tetap betah berada di perpustakaan.Â