Mohon tunggu...
Ferian Syach
Ferian Syach Mohon Tunggu... -

Seorang anak kampung, yang tersesat dalam dunia kapitalis. \r\nmencoba untuk keluar dan terus bertahan dengan segala sumber daya yang dimiliki. \r\naktif juga di Blogger www.permatasumut.blogspot,com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pemilih Cerdas memilih Partai Bukan Caleg

7 April 2014   03:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:59 489
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anda Pasti pernah dengan kata-kata ini " Pilih caleg yang anda Kenal"

Ini adalah kata-kata yang paling menyesatkan rakyat Indonesia dalam Pemilihan Umum.  Hubungan Caleg dan Partai. Kita masih ingat bahwa dahulu kita memilih hanya gambar partainya saja dianggap memilih kucing dalam karung. Sehinga Pemilu di Indonesia terus bertranformasi sehingga daftar nama Caleg muncul dalam kertas suara. Akhirnya Kertas Suara dalam Pemilu memecahkan rekor sebagai kertas suara terbesar.

Kita kembali kepada kata-kata yang menyesatkan diatas. Sehinga muncul fenomena menarik dalam pemilu para publik figur (selebritis dan sejenisnya) tiba-tiba menjaid seorang politisi. Mereka tidak memiliki jejak sebagai seorang aktivis di masyarakat. Mereka hanya mengandalkan keterkenalan mereka untuk meraup Suara. Nah ini salah satu hal yang menyesatkan, sehingga parpol akan memilih Caleg yang dikenal luas masyarakat tanpa melihat kredibilitas dan kapabilitas sang publik figur. Sehingga, jangan salah sekarang sulit mebedakan mana politisi dan mana selebiritis.

Selanjutnya, ditingkat bawah, maka terjadi pilihan hanya jatuh kepada orang-orang yang dikenal saja. Sehingga plihian jatuh karena caleg bukan karena Partai. Kita hanya pilih saudara, sekampung, sekecataman, relasi, dsb. Partai sebenarnya sudah semakin kehilangan popularitasnya dan perannya. Platform Partai menjadi sebuah hal usang yang disimpan dalam rak-rak sekretariat. Warga Negara tidak mengenal lagi partai POlitik. Padahal, Partai politik merupakan otak utama dari pemerintahan yang berjalan baik, pusat dan daerah baik kebijakan di ranah legislatif.

Dengan kondisi saat ini, Partai politik telah kehilangan fungsi pencerdasan masyarakat, mereka digantikan orang-orang yang hanya dikenal secara interaksi sosial dalam masyarakat. Partai politik harusnya menjadi pertimbangan utama warga negara dalam memilih Caleg. karena 1 orang Caleg tidak akan bisa apa-apa ketika ia duduk, karena mereka bertugas dalam fraksi. Hal ini harusnya menjadi hal yang perlu kita pertimbangan. Jadi, jangan hanya memilih Caleg yang anda kenal, tapi coba kenali Partainya, Track record Partainya, catatan kasus partainya dsb.

Tetapi sistem telah kita sepakati, keterbukaan caleg harusnya tidak menghilangkan eksistensi Partai Politik. Partai Politik harusnya lebih dikenal masyarakat. Masyarakat yang cerdas akan mempertimbangkan Partai POlitik dalam memilih Caleg. Partai Politik harus jadi pertimbangan utama dalam memilih di Pemilihan umum.

Partai tidak harus bersembunyi dibelakang sosok yang dikenal masyarakat. Partai Politik harusnya mampu menghasilkan tokoh dari proses kaderisasi didalam tubuh partai politik tersebut. Sehingga, tidak akan ada politisi dadakan yang tidak tumbuh besar dari didika partai. Partai Politik yang modern harus dapat menghasilkan tokoh dari kaderisasi partai tersebut. Partai POlitik tidak akan goyang ketika salah satu pembesarnya hilang karena mereka mimiliki cadangan SDM yang siap menggantikan tokoh generasi sebelumnya.

Platform memang akan sulit dipahami oleh seluruh masyarakat, tetapi platform tersosialisasi dalam kerja yang dilakukan oleh Partai POlitik tersebut. Paltform menjadi koridor utama dalam berjuang. Sehingga, kita akan memilih partai politik karena kita kenali platform perjuangan partai tersebut.

Akhirnya...
Partai harus lebih bisa dekat dengan rakyat agar bisa dikenal. Dalam memilih dalam pemilu hendaknya partai politik menjadi pertimbangan utama. Kaderisasi dan paltform menjadi ciri utama partai modern. Sehingga, Pemilih cerdas akan memilih partai bukan caleg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun