Mohon tunggu...
Ferian Mahardika
Ferian Mahardika Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relations Student

Hi! This account made for fulfill my campus assigment, I apologize if there are shortcomings in the writing of the articles that I load in this account. - Enjoy your reading!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak Batalnya Status Tuan Rumah Piala Dunia U-20 Terhadap Perekonomian Indonesia

3 April 2023   01:04 Diperbarui: 3 April 2023   01:16 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batalnya status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 menuai berbagai kontroversi, banyak yang menyayangkan pembatalan ini. Berbagai statement banyak disampaikan warga Indonesia melalui media sosial, yang mana statement tersebut banyak menyatakan kekecewaan terhadap apa yang terjadi. Tentu saja pembatalan status tuan rumah Piala Dunia U-20 ini memberi berbagai dampak pada Indonesia terutama pada bidang ekonomi. Pasalnya, jauh sebelum pengumuman pembatalan ini Indonesia banyak mengeluarkan serangkaian perbagian fasilitas penunjang yang tentu saja nilainya tidak sedikit.

Menurut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, salah satu dampak dari batalnya tuan rumah Piala Dunia U-20 adalah kerugian dari potensi kunjungan wisatawan. Tidak main-main besarannya mencapai senilai Rp 3,7 triliun. Tidak hanya itu, banyak lagi kerugian yang di rasakan Indonesia akibat batalnya penyelenggaraan Piala Dunia U-20.

Dalam mempersiapkan Piala Dunia U-20, pemerintah daerah DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali, Solo, Surabaya, dan Palembang berlomba-lomba menyiapkan daerahnya masing-masing agar menjadi tuan rumah sesuai standar FIFA. Daerah-daerah tersebut telah mengeluarkan sejumlah uang dan tenaga untuk berbenah. Kemudian Pada Juli 2020, penerintah telah mengeluarkan sejumlah Rp 400 miliar untuk persiapan menjelang Piala Dunia U-20. Disisi lain, Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang ditugaskan untuk merenovasi dua stadion utama dan 15 lapangan untuk latihan, juga telah mengeluarkan anggarannya sebanyak Rp 314, 82 miliar. Tidak hanya itu, Kementrian Pemuda dan Olahraga telah mengalokasikan dana sebesar Rp 500 miliar untuk persiapan Piala Dunia U-20 2023. Dengan demikian, seluruh kerugian dari gagalnya pelaksanaan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia mencapa Rp 1,4 triliun.

Kerugian di atas merupaka kerugian yang berhubungan secara langsung dengan penyelengaraan Piala Dunia U-20. Terdapat juga kerugian yang tidak secara langsung berhubungan dengan Piala Dunia U-20. Penyelengaraan Piala Dunia tentu saja akan menarik banyak wisatawan mancanegara. Kunjungan ini tentu saja akan melonjak tinggi karena terdapat banyak jumlah tim sepak bola yang bermain. Tim nasional yang bertanding dalam Piala Dunia U-20 ini berjumlah 24 tim nasional. Dengan jumlah tim yang besar, maka juga akan mendatangkan wisatawan mancanegara dengan jumlah yang besar.

Jika melihat pada perhelatan Asian Games 2018, kunjungan wisatawan mancanegara menjadi salah satu nilai plus bagi Palembang, Sumatera Selatan. Bahkan, Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional menaksir nilai keuntungan dari perhelatan Asian Games 2018 mencapai sekitar Rp 40 triliun. Tentu saja angka tersebut tidak ada bandingannya jika pagelaran Piala Dunia U-20 benar terlaksana di Indonesia, maka keuntungan yang diperoleh akan jauh lebih besar dari perhelatan Asian Games 2018. Hal ini ditunjang juga dengan banyaknya timnas negara-negara yang bertanding dalam Piala Dunia U-20.

Kemudian pembatalan status tuan rumah Piala Dunia U-20 juga memberi dampak pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). PT. Juara Raga Adidaya (Juaraga), pemegang lisensi resmi merchandise untuk perhelatan Piala Dunia U-20 telah menerima keputusan dari FIFA terkait pembatalan penyelengaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Pembatalan penyelengaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia memberikan dampak besar terhadap UMKM. Apalagi Juaraga sudah memproduksi sebanyak 53 jenis merchandise, jumlah ini menjadi jumlah merchandise terbanyak dalam sejarah penyelengaraan Piala Dunia U-20. Dengan batalnya penyelengaraan Piala Dunia U-20 di Indonesia ini dikhawatirkan merchandise yang telah diproduksi tidak dapat terjual, sehingga menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi Juraga. Namun, pihak Juraga memberikan peryataan bahwa merchandise Piala Dunia U-20 dapat dibeli di store dan laman websitenya.

Pada akhirnya pembatalan status tuan rumah Indonesia pada penyelengaraan Piala Dunia U-20 merupakan keputusan bulat yang telah diambil oleh FIFA. Tentu saja dengan hal ini, kerugian yang ditimbulkan cukup besar. Tidak hanyak perekonomian saja, namun dengan adanya pembatalan ini kita tidak dapat melihat talenta muda Indonesia dalam persepakbolaan bertanding dalam event sepak bola terbesar di dunia. Sangat disayangkan kejadian ini berdampak besar terhadap segala aspek yang berhubungan langsung dengan penyelengaraan Piala Dunia U-20 dan juga berdapak pada sektor lainnya yang ada di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun