Mohon tunggu...
Feri PujiLestari
Feri PujiLestari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Pendidikan Matematika,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung

Aku tidak sebaik yang kau ucapkan, tapi aku juga tidak seburuk apa yang terlintas di hatimu. -Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Strategi Unggul Peran Guru BK dalam Membangun Etika SIswa di Era Digital

29 Desember 2023   18:00 Diperbarui: 29 Desember 2023   18:03 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

        Media sosial semakin berkembang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, memberikan akses bebas kepada siapa saja, termasuk siswa, untuk terlibat dalam jejaring global. Fenomena ini telah memperluas batasan geografis, memungkinkan siswa untuk terhubung dengan teman-teman mereka, berbagi pengalaman, dan memperluas wawasan mereka. Platform-platform seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok, memainkan peran penting dalam memberikan sarana bagi siswa untuk mengekspresikan diri, belajar hal baru, dan mengakses berbagai bentuk informasi.

        Keberadaan media sosial telah mengubah bagaimana akses terhadap teknologi digital dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih serta arus globalisasi yang semakin hebat. Pengaruh media sosial sangat erat hubungannya dengan perilaku siswa disekolah sehingga dapat membangkitkan dan mengarahkan peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baru serta kecemasan bahwa kecenderungan menggunakan media sosial dapat memberi pengaruh positif atau negatif terhadap proses belajar disekolah.

        Tren-tren di media sosial memiliki dampak yang signifikan bagi siswa, membentuk cara mereka berinteraksi, berkomunikasi, dan membentuk identitas digital mereka. Salah satu tren yang mencolok adalah penggunaan platform visual seperti Instagram dan TikTok. Kalangan remaja yang mempunyai media sosial biasanya memposting tentang kegiatan pribadinya, curhatannya, serta foto-foto bersama teman. Padahal dalam perkembangannya di sekolah, remaja berusaha untuk mencari identitasnya dengan caranya bermain dengan teman dan keluarga terdekat. Hal ini mempengaruhi persepsi diri siswa berdasarkan respon dan validasi dari teman-teman mereka. Selain itu, tren penggunaan meme dan bahasa informal di media sosial juga memengaruhi gaya bahasa siswa dalam komunikasi sehari-hari mereka. Meskipun ini dapat menciptakan keakraban, dapat pula mempengaruhi kemampuan mereka dalam komunikasi formal.

        Tren media sosial berdampak besar pada etika belajar siswa, membawa tantangan dan peluang yang perlu diperhatikan. Di satu sisi, media sosial dapat memperluas akses siswa terhadap sumber daya pendidikan, memfasilitasi kolaborasi, dan mempromosikan diskusi terbuka. Namun, di sisi lain, tren tertentu, seperti plagiat daring atau pencarian jawaban instan, dapat merusak integritas akademis. Dengan adanya tekanan untuk mendapatkan likes atau validasi dari teman sebaya, siswa mungkin cenderung mengutamakan penampilan dibandingkan proses pembelajaran yang sesungguhnya.

        Dilain sisi, para siswa sedang berada di fase remaja. Masa remaja seringkali diidentifikasi sebagai periode di mana individu mulai merasakan keinginan kuat untuk mencari kebebasan. Pada tahap ini, para remaja merasa dorongan yang mendalam untuk mengembangkan identitas diri, dan menentukan jalan hidup mereka sendiri, termasuk mengeksplorasi dunia di sekitar mereka dalam bermedia sosial. Keinginan untuk menjadi lebih mandiri dan memiliki kontrol atas hidupnya menjadi pusat perhatian, yang sering kali tercermin dalam keinginan untuk mengambil keputusan sendiri, menciptakan hubungan sosial yang lebih luas, dan mengeksplorasi berbagai pengalaman baru. Meskipun diiringi oleh semangat ingin tahu yang tinggi, masa remaja juga dapat membawa tantangan karena mereka harus menemukan keseimbangan antara keinginan untuk kebebasan dan tanggung jawab yang datang bersamanya.

        Namun, perlu diakui bahwa keinginan untuk bebas di masa remaja juga dapat menimbulkan konflik dengan otoritas, termasuk orang tua dan guru. Remaja cenderung menentang aturan yang dianggap membatasi kebebasan mereka, menciptakan dinamika interaksi yang kadang-kadang sulit. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus memahami dan mendukung keinginan mereka untuk bebas sambil memberikan arahan dan pedoman yang sehat.

        Guru memiliki peran yang besar dalam membentuk etika siswa terutama adalah guru BK. Lalu, apa strategi guru BK dalam mengatasi etika siswa? Berikut adalah strategi unggul peran guru BK dalam membangun etika siswa di era digital;

Pemahaman Mendalam tentang Media Sosial

Guru BK memiliki peran dalam memberikan pemahaman mendalam kepada siswa tentang fenomena media sosial. Mereka tidak hanya memberikan informasi mengenai tren dan pengaruh media sosial, tetapi juga membimbing siswa untuk memahami implikasi psikologis dan sosial dari interaksi online. Pemahaman ini menjadi dasar yang kuat dalam membentuk kesadaran siswa akan tanggung jawab dan etika dalam bermedia sosial.

Berliterasi Media Sosial

Guru BK merancang berliterasi media sosial yang mencakup aspek-aspek penting, seperti pengenalan konten yang dapat dipercaya, pengelolaan waktu yang sehat, dan pengembangan keterampilan kritis. Kegiatan ini menjadikan siswa sebagai konsumen informasi yang cerdas, mampu menyaring informasi yang relevan dan memahami dampaknya pada pembentukan sikap dan nilai.

Pendekatan Konseling

Guru BK yang berperan sebagai fasilitator konseling, mereka memberikan dukungan emosional kepada siswa yang mungkin mengalami tekanan sosial atau cyberbullying, bullying verbal, dan non verbal dengan memberikan arahan untuk mengelola konflik secara sehat.

Kolaborasi dengan Orang Tua dan Guru Lainnya

Guru BK berkolaborasi dengan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pembentukan etika siswa. Melibatkan orang tua dalam upaya ini memastikan konsistensi nilai dan norma di antara lingkungan di sekolah dan di rumah. Guru BK akan memanggil orang tua jika siswa melakukan pelanggaran yang berulang-ulang. Guru BK dapat berperan sebagai kolaborator dengan orang tua siswa untuk membentuk kerjasama yang kuat dalam mengatasi pengaruh media sosial terhadap etika belajar. Dengan melibatkan orang tua, guru BK dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pemahaman bersama mengenai pentingnya pembatasan waktu penggunaan media sosial dan pengawasan orang tua terhadap aktivitas online anak-anak mereka. Kolaborasi ini memungkinkan pendekatan yang efektif dalam mendukung siswa, baik di lingkungan sekolah maupun di rumah. Kerjasama dengan guru lainnya juga dapat menciptakan kebijakan bersama yang mendukung penggunaan media sosial yang bertanggung jawab.

Kolaborasi dengan Guru Mapel

Kolaborasi antara Guru Bimbingan Konseling (BK) dan Guru Mata Pelajaran (Mapel) memiliki potensi besar dalam membentuk etika siswa terhadap dampak tren media sosial. Guru BK memberikan panduan mengenai pemahaman dampak media sosial pada aspek psikologis dan sosial siswa, sementara Guru Mapel dapat menciptakan konten pembelajaran yang relevan dengan mata pelajaran yang diajarkan dan dapat menyisipkan materi yang mengintegrasikan aspek-aspek pembelajaran tentang perilaku etika di dunia maya. Kolaborasi tersebut menciptakan pendekatan terpadu yang memastikan bahwa siswa tidak hanya memahami materi pelajaran, tetapi juga dapat memilah informasi dengan bijak di dunia digital.

Sebagai Model Peran Positif dalam Penggunaan Media Sosial

Guru BK bukan hanya memberikan nasihat tetapi juga menjadi model peran positif dalam penggunaan media sosial. Dengan menunjukkan contoh yang bijaksana dan etis,  dan bertanggung jawab di media sosial. Guru BK yang aktif dan positif di platform media sosial dapat memperkuat hubungan dengan siswa di dunia maya.

Banyak hal yang menjadi tantangan dalam membangun etika siswa di era digital, oleh karena itu peran guru Bimbingan Konseling (BK) menjadi kunci strategis. Guru BK memiliki tanggung jawab untuk tidak hanya memberikan informasi terkini tentang perkembangan teknologi, tetapi juga membimbing siswa dalam memahami dampak etika yang mungkin timbul. Melalui pendekatan yang efektif, guru BK dapat mengintegrasikan nilai-nilai moral, sikap positif, dan keahlian digital dalam pembimbingan mereka. Dengan membangun hubungan yang erat dengan siswa dan juga kerjasama dengan orangtua siswa, guru BK dapat menjadi panutan yang membantu mereka mengatasi permasalahan moral di dunia digital. Dengan demikian, guru BK tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pembimbing moral yang berperan dalam membentuk karakter siswa untuk menjadi individu yang etis dan bertanggung jawab di era digital ini.

Written by:
1. Elsa Yasinta (34202100001)
2. Feri Puji Lestari (34202100004)
3. Cahyani Ayu A. (34202100012)
4. Naila Nafisatun M. (34202100032)
5. Relly Aulia (2105100025)

Pendidikan Matematika, Universitas Isam Sultan Agung       

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun