Mohon tunggu...
Feri PujiLestari
Feri PujiLestari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswi Pendidikan Matematika,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung

Aku tidak sebaik yang kau ucapkan, tapi aku juga tidak seburuk apa yang terlintas di hatimu. -Ali bin Abi Thalib

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Pelanggaran Nilai Pancasila Sila Ke-5 oleh Selebgram Rachel Vennya

25 November 2021   23:36 Diperbarui: 26 November 2021   12:13 10826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dr. Ira Alia Maerani, M.H. (dosen Fakultas Hukum Unissula)

Feri Puji Lestari (mahasiswi pendidikan matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Unissula)

Maraknya wabah virus corona atau yang biasa dikenal dengan covid-19 di Indonesia menyebabkan  seluruh aspek kehidupan terganggu. Baik dari sektor ekonomi, sektor pendidikan, sektor wisata, hingga sektor keagamaan. Semua kegiatan pun sebisa mungkin dilakukan di rumah, hingga terkadang menimbulkan perasaan bosan, kecewa, sedih muncul begitu saja disebabkan pergerakan yang terbatas.

Puncaknya terjadi pada 24 Juli 2021 lalu ditemukan 574.135 kasus aktif di Indonesia. Berbagai upaya telah dilakukan, salah satunya dengan mematuhi protokol kesehatan (Prokes) seperti menggunakan masker, mencuci tangan secara rutin, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.

Pemerintah pun tidak tinggal diam, berbagai penanganan kasus covid-19 telah dilakukan. Bukti pergerakan tersebut yaitu adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). 

Namun kebijakan tersebut dinilai salah langkah oleh Alvin Lie, Pengamat transportasi. Pasalnya ia melihat dalam PPKM Darurat penerbangan Internasional masih boleh beroperasi.

Bagi kalangan menengah kebawah, hanya untuk sekedar memenuhi persyaratan penerbangan seperti tes rapid antigen atau PCR pun sulit dipenuhi karena karena keadaan ekonomi yang terhimpit dimasa pandemi ini, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk bertahan hidup pun susah. Apalagi untuk melakukan penerbangan keluar kota atau keluar negeri adalah hal yang tidak memungkinkan.

Lain halnya dengan mereka yang memiliki uang tentu mudah saja untuk pergi keluar kota ataupun ke luar negeri, salah satunya adalah Rachel Venya Roland seorang selebgram dengan followers 6,6jt yang melakukan liburan ke Amerika diawal hingga pertengahan September lalu.

Kasus bermula ketika Rachel Vennya baru pulang dari Amerika Serikat. Seharusnya, Rachel menjalani karantina mandiri dengan biaya sendiri. Namun, berkat bantuan anggota TNI, Rachel dibawa ke RSDC Wisma Atlet Pademangan. Wisma itu merupakan tempat karantina khusus yang dibiayai pemerintah untuk pejabat, pelajar dan pekerja dari luar negeri.

Rachel diduga kabur dari lokasi karantina usai berlibur dari Amerika Serikat. pasalnya sepulang dari Amerika ia merayakan pesta ulang tahun di Bali dengan teman-temannya. Tentu hal tersebut menjadi sorotan publik, khususnya followers Rachel Vennya pasalnya pada waktu tersebut harusnya ia gunakan untuk karantina sesuai dengan peraturan yang ada. Oleh karena itu, diduga adanya pelanggaran terhadap Undang-undang Kekarantinaan Kesehatan dan Wabah Penyakit Menular oleh Rachel Vennya. 

Berdasarkan hasil penyelidikan, Kepala Penerangan Kodam Jaya Kolonel Erwin Budi Saputra mengemukakan bahwa ada dua oknum TNI yang membantu proses pelarian Rachel Vennya bersama pacarnya Salim Naudrer serta managernya Maulida Khairunnisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun