Mohon tunggu...
Suryo Panuluh
Suryo Panuluh Mohon Tunggu... -

Semurni Tauhid, Setinggi Ilmu, Sepandai Siasat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilih Jupe atau Maria Eva?

17 April 2010   04:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:45 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Usulan revisi UU 34/2004 tidak ditujukan untuk menjegal dua orang artis yang maju dalam pilkada Pacitan dan Sidoarjo, akan tetapi momen dari usulan ini tidak tepat sehingga terkesan usulan ini adalah upaya penjegalan yang dilakukan untuk menggagalkan upaya mereka untuk maju dalam pilkada. Mengapa usulan ini tidak diajukan jauh hari sebelumnya? Menurut menteri dalam negeri Gamawan Fauzy, usulan yang akan ditambahkan ini adalah mengenai syarat memiliki track record dalam berorganisasi baik itu dalam organisasi kemasyarakatan, partai politik maupun dalam lembaga legislatif, jadi bukan penambahan syarat tentang cacat moral, karena syarat itu sudah ada dalam UU 34/2004 hanya akan lebih ditegaskan lagi.

Menanggapi hal tersebut salah seorang aktivis perempuan, memberikan pernyataan bahwa moral adalah ranah pribadi yang absurd dan tidak perlu dibawa ke ranah publik. Menurut saya pernyataan ini adalah pernyataan yang aneh sehingga perlu dipertanyakan pemahamannya tentang etika dan moral. Bagaimana bisa ketika berbicara moral hanya memandang dari ranah pribadi dan meninggalkan ranah publik. Jelas keduanya tidak bisa dipisahkan, moral merupakan bagian dari publik. Sepakat jika tiap warga negara memiliki hak politik yang sama, tetapi hal ini tidak hanya masalah politik saja tetapi sudah masuk kedalam ranah tinjauan yang lebih luas.

Menyikapi usulan revisi ini, saya fikir ini adalah sesuatu yang memang sangat perlu untuk dilakukan karena proses pemilihan pemimpin baik itu didaerah maupun di tingkat pusat akan berpengaruh pada generasi kita dikemudian hari, pemimpin adalah orang – orang yang menjadi panutan dan suri tauladan. Dengan adanyapemberitaan dan diskusi hangat, maka akan semakin membuka wawasan dari para calon pemilih untuk dapat menentukan pilihannya secara proporsional dan tidak asal pilih karena figur yang terkenal saja. Isu ini bisa menjadi isu yang kuat karena masyarakat kita sebenarnya telah lama rindu dengan pemimpin yang bersih dan adil. Tidak hanya pemimpin yang kuat karena pencitraan saja. Namun begitu fenomena ini adalah merupakan salah satu contoh kerinduan masyarakat terhadap figur alternatif yang bersih selain figur politisi yang selama ini telah korup.

Moral suatu bangsa akan tergantung dari moral pemimpinnya, oleh karena itu jika banyak kalangan yang berfikiran sehat kemudian tidak sepakat dengan pencalonan Jupe dan Maria Eva sebagai calon di pilkada Pacitan dan Sidoarjo adalah suatu hal yang sangat lumrah terjadi. Menurut konsepnya Ki Hadjar Dewantoro, seorang pemimpin mempunyai tiga kualifikasi yaitu “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Pertanyaan besarnya adalah sudahkah mereka yang mencalonkan diri ini memiliki kualifikasi seperti itu???

Pada akhirnya nanti diharapkan akan muncul suatu gerakan moral yang kedepannya dapat meluruskan kembali tata negara kita yang sedang mengalami pasang surut seperti sekarang ini. Gerakan moral yang pada akhirnya dapat mengusung seorang pemimpin yang benar – benar bersih dan dapat membawa Indonesia seperti yang dicita – citakan bersama.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun