Mohon tunggu...
Inovasi Artikel Utama

Earth Hour & Cerita Bumi yang Hampir Mati

20 Maret 2016   17:55 Diperbarui: 21 Maret 2016   00:03 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="KOMPAS/ISMAIL ZAKARIA"][/caption]Mungkin yang terlihat dalam peringatan Earth Hour setiap tahun adalah euforia luar biasa di 172 Negara.

Berkumpul, menari, menyanyi, berkampanye gegap gempita dan pada akhirnya mematikan lampu bersama pada jam 20.30 hingga 21.30. Hah .... hanya satu jam.

Iya, hanya satu jam yang tentunya tidak akan mungkin bisa menyelamatkan bumi.

Namun tahukah bahwa tonggak Earth Hour adalah keprihatinan, yup .... keprihatinan akan bumi yang hampir mati akibat perubahan iklim, pemanasan global, keserakahan dan kurangnya rasa kemanusiaan kita.

Ini bukan cerita horor yang saya buat-buat, saya ilustrasikan sajalah biar mudah dimengerti.

- Tahukah anda bahwa 20% dari populasi dunia telah mengkonsumsi 80% dari sumber daya alam yang dimiliki Ibu Bumi.

- Dunia juga menghabiskan 12 kali lipat dana untuk membiayai perang dibanding bantuan kemanusiaan

- 5000 orang mati setiap harinya karena tidak memiliki akses terhadap air bersih

- Lebih dari 1 milyar penduduk Dunia mengalami kelaparan, ironisnya 50% bahan pangan utama diperdagangkan justru untuk makanan ternak dan produksi biofuel.

- Lebih dari 40% tanah subur kehilangan kesuburannya, rusak dan terabaikan

- Setiap tahun 13 juta hektar hutan rusak, dan terparah berada di Indonesia.

- Tingkat kepunahan ekosistem sudah mencapai titik yang mengkhawatirkan, setiap tahunnya 25% populasi mamalia punah, 12% populasi burung punah dan 33% amphibia populasi amphibia mengalami kepunahan. Kondisi ini 1000 kali lebih buruk dibanding kondisi normalnya.

- Yang terburuk adalah kerusakan ekosistem laut yang menyebabkan punahnya 75% populasi ikan dan hewan laut lainnya.

- Dalam 40 tahun terakhir ini, lapisan es di kutub telah mencair sebanyak 40% akibat peningkatan suhu bumi, efek yang lebih buruk adalah semakin naiknya permukaan laut, perubahan arus laut yang juga mengakibattkan perubahan iklim, dll.

- Jika saat ini perubahan iklim telah mengakibatkan berbagai bencana di dunia, maka jika kondisi bumi terus memburuk diprediki pada tahun 2050 akan ada 200 juta pengungsi akibat efek perubahan iklim.

Dan tentunya masih banyak lagi.

Dari keprihatinan tersebut munculah kampanye Earth Hour yang mulai bergaung besar pada tahun 2007 dimana masyarakat di satu kota yaitu Sydney (Australia) memulai aksi solidaritas mematikan listrik selama 1 jam.

Meski terlihat kecil, namun aksi pemadaman listrik tersebut adalah tonggak kepedulian masyarakat Sydney terhadap perubahan iklim serta pemanasan global.

Kekompakan mereka kemudian menginspirasi kota-kota lain di seluruh dunia untuk menduplikasi aksi mereka hingga Earth Hour menjadi gerakan global.

Ini luar biasa sekali karena pada tahun ini gerakan Earth Hour telah diikuti lebih dari 7000 kota di 172 negara.

Kami sendiri sejak tahun lalu aktif mendukung gerakan Earth Hour Denpasar dengan melibatkan putra putri kami untuk mengikuti berbagai kegiatan Earth Hour.

Bukan hanya pada saat perayaan, namun juga kegiatan mereka yang berkesinambungan seperti pembibitan, penanaman serta pemeliharaan mangroves.

Kemudian juga penanaman terumbu karang hingga gerakan bersih sampah plastik yang mereka adakan di pesisir laut, sungai hingga pantai-pantai di Bali.

Untuk kampanye kemasyarakatan sendiri gerakan Earth Hour lebih memfokuskan terhadap gaya hidup ramah lingkungan, seperti beli yang baik, katakan tidak kepada kantong plastik, hemat energi, dll.

Jadi pada intinya gerakan Earth Hour bukanlah yang satu jam itu, tetapi lebih kepada konsistensi kita melakukan hal-hal kecil dari lingkungan terkecil kita demi Bumi yang lebih baik.

[caption caption="Infografis oleh Ganesha Homeschool"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun