Akhir-akhir ini berita mengenai kematian akibat bunuh diri sering menjadi trending topik di berita-berita lokal dan internasional. Bunuh diri merupakan sebuah tindakan yang dilakukan dengan sengaja yang menyebabkan kematian pada dirinya sendiri disebabkan oleh gangguan mental pada psikis seseorang. Data pada tahun 2016, menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diperkirakan ada 793.000 kematian akibat bunuh diri di seluruh dunia. Mengutip dari Kementerian Kesehatan, angka kematian bunuh diri di Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 3,4 per 100 ribu penduduk. Sama seperti negara lain, angka kematian akibat bunuh diri pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.Pada pria, angkanya mencapai 4,8 per 100 ribu penduduk, lebih tinggi dibandingkan wanita yang sebesar 2,0 per 100 ribu penduduk. Maka dari itu, perlu diketahui alasan jika seorang pria lebih mudah untuk melakukan bunuh diri dibandingkan wanita.
Bunuh diri merupakan masalah kematian yang hingga sampai sekarang masih sulit untuk di identifikasi penyebabnya. Tidak mudah bagi orang awam bahkan tenaga ahli untuk menemukan sepenuhnya alasan dari tindakan bunuh diri yang dilakukan.
Pada artikel kali ini saya akan mencoba untuk mengaitkan penyebab seseorang melakukan tindakan bunuh diri dengan teori moral yang dikemukakan oleh Vygotsky. Dimana perkembangan moral seseorang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya lingkungan sekitarnya
Kematian bunuh diri di dominasi oleh laki-laki tidak lain ialah karena stigma buruk yang ditanamkan sejak kecil ke diri anak laki-laki bahwa "Anak Laki-Laki Tidak Boleh Menangis". Hal itu terbawa hingga seorang anak laki-laki tumbuh dewasa. Dimana ketika mereka menghadapi suatu masalah dan mereka tidak bisa menyelesaikannya mereka akan cenderung memendam masalah tersebut. Mereka enggan untuk bercerita tentang masalahnya karena pada diri mereka sudah tertanam stigma bahwa seorang laki-laki yang mengekspresikan emosi perasaannya, maka akan diangggap lemah.
Laki-laki remaja atau dewasa lebih memilih untuk menutup diri mereka dan  enggan untuk berkomunikasi mengenai masalah yang sedang dialaminya. Hal ini sangat berbahaya. Karena masalah yang berkepanjangan tidak kunjung usai bisa menyebabkan seseorang mengalami depresi yang berat. Yang menggaunggu kondisi mentalnya. "Laki-laki lebih jarang mencari bantuan untuk kesehatan mental" Harkavy-Friedman.Depresi yang tidak berpenghujung dapat menyebabkan perasaan  lelah untuk hidup dan  membuat seorang laki-laki untuk memilih jalan terkhir dengan mengakhiri hidupnya.
Kesimpulan bahwa lingkungan sosial dapat mempengaruhi perkembangan moral seseorang. Melalui bahasa yang sering di dengarkan ke anak bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis berhasil membentuk moral anak menjadi beranggapan bahwa didunia ini seorang laki-laki dilarang untuk mengungkapkan ekspresi emosialnya karena akan di anggap sebagai laki-laki yang gagal dan lemah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H