Mohon tunggu...
Ferdi Rosman Feizal
Ferdi Rosman Feizal Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis lepas

Idealisme dan Nasionalisme untuk dasar kemajuan Bangsa dan Negara

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Miangas Surga Wisata Bahari di Ujung Indonesia

14 Januari 2016   15:54 Diperbarui: 14 Januari 2016   23:29 915
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada yang lebih mengasyikan daripada berwisata Bahari di Pulau-pulau di Indonesia seperti di Kepulauan Wakatobi Sulawesi Tenggara atau di Kepulauan Raja Ampat Papua Barat, namun kesemuanya itu masih tidak terlalu menantang jika dibandingkan dengan wisata bahari di Kepulauan Nanusa, Kabupaten Talaud Provinsi Sulawesi Utara seperti di Pulau Miangas ! selain Pantainya yang masih bersih, Air Lautnya yang bening dan Gratis ! dengan keramahan masyarakatnya yang masih kuat memegang teguh adat-istiadat menjadikan Pulau Miangas tetap Indah sepanjang masa.

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, nama Miangas mungkin masih terdengar asing karena memang letaknya yang jauh dari Pulau Sulawesi. Berada di Ujung Utara Provinsi Sulawesi Utara dan masih jauh terpisah dari Kepulauan Nanusa namun justru lebih dekat dengan Negara Tetangga, Philipina. Aksesnya pun lebih sulit dibandingkan ke Kepulauan Wakatobi atau Kepulauan Raja Ampat, namun jangan berkecil hati, akses ke Pulau Miangas selain dapat ditempuh dengan Kapal PELNI KM Sangiang dari Pelabuhan Bitung yang melayani rute ke Pulau Miangas 2 minggu sekali selama 1 hari 2 malam perjalanan, sekarang sudah di dukung oleh beberapa Kapal Perintis seperti KM Daraki Nusa, KM Meliku Nusa, KM Berkat Taloda dan KM Sabuk Nusantara yang perjalanannya lebih lama namun lebih menantang dan sangat mengasyikan karena Kapal-kapal Perintis ini singgah di Pulau-pulau kecil di Kawasan Sangihe, Sitaro dan Talaud untuk menurunkan dan menaikan penumpang dan barang sambil menikmati keindahan Gunung Api Karangetang di pelabuhan Hulu Siau termasuk melihat prosesi menaikkan kopra di Pelabuhan Rainis dibelahan timur Pulau Karakelang yang belum ada dermaganya, bolak-balik perahu pengangkut kopra menuju Kapal yang buang jangkar di tengah laut yang memakan waktu hingga berjam-jam bahkan seharian.

Jangan marah karena terhambatnya perjalanan ini, nikmati saja. Selama prosesi menaikkan kopra kita bisa ikut naik perahu kopra menuju pelabuhan untuk menikmati secangkir kopi disana hingga usai prosesi menaikkan puluhan ton kopra kedalam Palka, bahkan kita juga bisa melakukan perjalanan ke Ibukota Kecamatan Beo menggunakan Ojeg melintasi hutan Cengkeh yang pohonnya besar-besar menjulang tinggi ke angkasa, melintasi perkampungan transmigran untuk menikmati makan siang yang enak di pasar Beo setelah beberapa hari diisi makanan hasil masak koki Kapal, tentunya atas seijin Kapten Kapal. Beruntung di Pulau Miangas sedang dibangun Bandara perintis yang akan memudahkan akses ke Pulau yang terkenal dengan makam keramatnya sebagai satu-satunya sisa perjuangan masyarakat Miangas mempertahankan diri dari serangan suku Moro Philipina.

Tidak seperti Wisata Bahari di Pulau-pulau lain di Indonesia yang kedatangannya hanya disambut oleh pemilik resort saja. Jangan kaget, kedatangan wisatawan dengan Kapal Pelni maupun Kapal Perintis di Dermaga Pulau Miangas akan disambut oleh seluruh masyarakat Pulau Miangas, berbondong-bondong mereka berdatangan ke Dermaga, ada yang lenggang kangkung, ada yang memakai sepeda, motor, montrada-motor roda tiga, kaisarmotor dengan gerobak penumpang, mobil pikup dll untuk menyambut kedatangan sanak familynya yang tiba di Pulau Cross Border Area ini, termasuk menyambut kedatangan wisatawan yang baru menginjakkan kakinya disana, untuk mengangkut barang bawaan dan mengantarkannya ke tempat penginapan.

Kearifan Lokal : Tidak ada Pencuri Kelapa

Pulau Miangas sampai saat ini masih hijau, rimbun dengan hutan kelapanya yang merupakan mata pecaharian utama masyarakat disamping hasil lautnya. Rimbunnya hutan kelapa disana karena berlakunya adat yang kuat yang merupakan kearifan lokal untuk melestarikan alam disana. Tidak setiap hari masyarakat Kecamatan khusus Miangas ini boleh masuk sesuka hatinya ke hutan kelapa, ada hari-hari tertentu yang memperbolehkan masyarakat masuk ke hutan kelapa ini dan pada hari yang telah ditentukan oleh Ketua Adat Darat (Mangkubumi 2), semua pemilik lahan kelapa masuk ke hutan kelapa ini untuk mengambil kelapa-kelapa yang sudah tua termasuk kelapa-kelapa tua yang telah berjatuhan di tanah sakaligus membersihkan dan menanam tanaman lain. Kearifan lokal ini ditujukan untuk melestarikan pohon-pohon kelapa yang ada termasuk mencegah adanya pencuri kelapa yang mengambil kelapa yang berjatuhan di lahan milik orang lain. Hanya Kepala Dinas Navigasi Laut yang setiap hari diijinkan keluar masuk melewati hutan kelapa ini untuk mematikan dan menyalakan genset mercusuar karena letaknya memang berada di kaki bukit mercusuar yang harus melalui jalan setapak di kawasan hutan kelapa Miangas.

2 Jam Kelililing Pulau !

Berada di Pulau Miangas serasa berada di surganya wisata bahari, wisatawan dengan leluasa bisa bermain pasir-pasir putih di beberapa pantai, berenang dimana saja, kapan saja tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun ! Gratis ! Seakan-akan Pulau Miangas milik sendiri.

Tak hanya menikmati keindahan pasir putihnya dengan view Pulau Mindanao Philipina, wisatawan pun bahkan bisa berjalan kaki mengelilingi pulau, menyusuri pasir-pasir putih, batu-batu karang bahkan bukit-bukit karang dengan deburan ombaknya hanya dalam waktu 2 jam !. Itu bisa dilakukan kapan saja terkecuali pada daerah-daerah tertentu yang memang dilarang oleh masyarakat adat termasuk pesisir pantai di kawasan bandara Miangas.

Pantai Wolo daerah terlarang!

Pada waktu yang telah ditentukan di sebagian kecil pesisir pantai pulau miangas masyarakat menerapkan larangan memasuki kawasan Pantai Wolo.

Pantai Wolo di Pulau Miangas merupakan satu-satunya Pantai yang 'terlarang' karena pantai ini  dipersiapkan untuk upacara adat 'Manam’mi' yang dilakukan satu kali dalam setahun yakni menangkap Ikan secara tradisional yang ditandai dengan janur-janur yang ditempatkan dibeberapa titik. Siapa saja yang memasuki daerah terlarang tersebut akan dikenakan hukum adat !. Keliling kampung sambil meneriakkan kalimat tertentu atau membayar denda dengan menyediakan 40 piring makanan untuk para tetua kampung yang disajikan pada malam tertentu yang ditentukan Ketua Adat Laut (Mangkubumi I), tinggal dipilih mana yang sanggup dilakukan oleh si pelanggar adat.

 

 

'Manam’mi' upacara adat menangkap Ikan secara tradisional

Persiapan upacara adat 'Manam’mi' dilakukan oleh seluruh masyarakat Miangas. Sejak pagi hari masyarakat sudah berbondong-bondong datang ke  pantai wolo yang ada bukit karangnya, seluruh masyarakat miangas mulai dari yang tua, yang muda, laki, perempuan termasuk anak-anak juga para tamu atau wisatawan yang kebetulan berada disana bergotong-royong memasang batu-batu ditempat-tempat yang telah ditentukan Mangkubumi I.

Pemasangan batu-batu biasanya dilakukan menjelang akhir bulan Januari dengan tujuan untuk menjebak ikan dan menjadi tempat ikan berdiam karena menjadi daerah yang aman karena tidak ada orang yang berani datang kesana. Jangankan mendatangi tumpukan batu, menginjakkan kaki disana pun sudah merupakan pelanggaran yang dibuktikan dengan jejak-jejak telapak kaki. Melalui pengeras suara, malam harinya Kapitalau (Kepala Desa) Miangas mengumumkan tentang mulai berlakunya larangan memasuki 'daerah terlarang' tersebut termasuk diberlakukannya hukum adat jika melanggarnya.

Beberapa hari sejak selesainya acara penempatan batu-batu untuk upacara menangkap ikan secara tradisional manam'mi, masyarakat kembali menggelar acara 'ilarung', para tetua kampung memakai pakaian adat miangas, beberapa orang melakukan serangkaian tari adat perjuangan masyarakat miangas melawan suku moro Philipina selatan diiringi musik tetabuhan.

Usai acara 'ilarung' yang merupakan pesta tutup tahun yang menandakan selesainya seluruh pesta-pesta, pulau Miangas kembali sepi, sunyi bak pulau yang tak berpenghuni, melakukan aktiivitas keseharian seperti biasanya, bekerja, menangkap ikan, berkebun. Seluruh masyarakat tidak lagi mengadakan pesta-pesta seperti pesta akhir tahun yang dimulai sejak memasuki awal bulan Desember, kecuali pesta ulang tahun anak atau pesta pernikahan.

3 bulan sejak dipasangnya batu-batu di pinggir pantai, maka dimulailah upacara adat 'manam’mi', seluruh masyarakat miangas dan tamu, wisatawan yang berada di Miangas tumpah ruah menuju area upacara dengan menggelar tenda-tenda keluarga di sekitar pantai, ramainya tidak ketulungan, seperti ada pasar malam !.

Diawali dengan do'a-do'a yang dipimpin Ketua Adat Laut, seluruh masyarakat yang hadir menggiring ikan menggunakan janur-janur ke satu titik yang selanjutnya ratusan bahkan ribuan ekor ditangkap !. Semua orang yang berada disana boleh menangkap ikan hasil giringan janur-janur, lansung dibakar dan disantap. Sisanya dibawa pulang ke rumah masing-masing dijadikan santapan beberapa hari kedepan.

Tak hanya di Pulau Miangas upacara menangkap ikan secara tradisional ini dilakukan, dibeberapa pulau di Kecamatan Nanusa dilakukan pula seperti di Pulau Karatung dengan upacara 'Mani'u nya dan Mane'e di Pulau Intata yang lebih terkenal karena sudah menjadi agenda wisata nasional.

 

‘Bajubi’, Sensasi Diving dan Snorkeling nya Miangas

Bagi pecinta Diving dan snorkeling, jangan khawatir !. Perairan laut Miangas sangatlah jernih, wisatawan tak perlu bersusah payah melihat sekumpulan ikan-ikan cantik disana. Cukup datang ke Dermaga di Kawasan Pantai Lobo, wisatawan bisa melihat berbagai jenis ikan berwarna-warni, kepiting yang berlarian di karang-karang dan beton-beton kotak pemecah ombak serta cumi-cumi yang bergerombol dengan warnanya yang khas bekilau-kilau. Tak puas hanya melihat ikan-ikan cantik berwarna-warni dari atas dermaga yang kadang tak terlihat saat ombak datang, wisatawan bisa melakukan 'Bajubi' atau Diving ala miangas, membawa tombak kecil dan menyelam untuk menembak ikan di terumbu-terumbu karang dasar laut perairan Miangas yang dangkal.

Tidak semua orang di Miangas bisa melakukan ‘Bajubi', hanya orang-orang tertentu saja yang nafasnya kuat yang bisa melakukan Bajubi termasuk mereka yang jago berenang di laut !. ‘Bajubi’ dilakukan dengan menyelam beberapa menit menggunakan alat sederhana, kacamata renang tradisional yang terbuat dari kayu dan kaca plastik mika dengan karet ban dalam sepeda serta memakai ‘fins’ yang berfungsi sebagai sepatu katak yang terbuat dari triplek Philipina yang kuat dan tahan air yang diikat dengan karet ban dalam sepeda sambil membawa tombak kecil dari jari-jari sepeda yang telah diasah tanpa alat bantu tabung oksigen untuk menombak ikan di terumbu-terumbu karang. 7 hingga 10 menit bahkan sampai 15 menit mereka menyelam kemudian naik ke permukaan untuk menarik nafas sambil memasukkan ikan-ikan hasil menombaknya ke kantong ikan yang diselipkan di pinggangnya kemudian menyelam dan menyelam lagi sampai tangkapan ikannya cukup untuk makan beberapa hari kedepan. Bagi yang tidak kuat menahan nafas, ‘Bajubi’ bisa dilakukan dengan menggunakan kompressor, untuk yang ini tentunya harus menggunakan ‘katinting’ (perahu kecil)  

Bagi penggemar Diving mungkin ‘Bajubi’ di Miangas bisa menjadi Surganya para Dving ! karena sensasi nya yang luar biasa yang tidak bisa ditemukan di tempat lain !. Menyelam dengan perlatan sederhana dan menombak ikan-ikan yang berada di terumbu karang untuk dijadikan bahan makanan sehari-hari termasuk menjadi surganya pecinta snorkeling.

Keseharian beberapa masyarakat miangas dengan ‘Bajubi’ bisa dijadikan moment terindah selama berada di Miangas, berbekal peralatan snorkeling yang dibawanya, wisatawan cukup mengambang sambil membawa tombak bajubi milik masyarakat untuk menombak ikan-ikan di perairan dangkal laut miangas, hasilnya lumayan untuk makan.

Tak hanya menjadi surga bagi penggemar snorkeling, wisatawan yang hobby mancing jangan lupa membawa alat pancing. Di Pulau Miangas wisatawan bisa bebas sebebasnya mancing di Dermaga, pagi atau malam hari ! atau menyewa perahu nelayan untuk memancing ikan di sekitar Tanjung Bora pulau karang yang terlihat angkuh tepat di seberang dermaga. Atau berjalan-jalan menyusuri Pantai Lobo menuju Pulau Bakor, pulau karang kecil di dekat dermaga yang rimbun dengan pepohonan kelapa sambil menikmati deburan keras ombak yang masuk ke lubang gua-gua kecil.  Di sisi lain pulau karang ini para pemancing bisa turun ke tebing pulau untuk ‘memancing’ cumi-cumi atau ikan sotong menurut masyarakat miangas karena disana banyak ditemukan ikan-ikan sotong untuk digunakan sebagai umpan saat mancing pada malam hari di Dermaga.

Miangas memang memegang teguh adat-istiadat, kearifan lokal inilah yang membuat perairan laut miangas tetap terjaga dengan ikan yang melimpah, nelayan-nelayan miangas menangkap ikan dengan cara-cara tradisional, dengan memancing atau cukup dengan ‘bajubi’ sudah bisa menghasilkan ikan-ikan yang lumayan untuk dimakan atau ditukar dengan kebutuhan pokok lainnya. Tidak ada pukat apalagi bom yang digunakan masyarakat miangas.

 

Selancar yang sederhana

Bagi Para Peselancar, jangan lewatkan kesempatan berselancar di Perairan Miangas yang ombaknya cukup lumayan untuk digunakan berselancar.  Setiap sore saat air laut mulai pasang anak-anak miangas biasa berselancar di sekitar dermaga miangas menggunakan kayu atau sterofoam.

Bagi peselancar profesional bisa berselancar lebih jauh lagi terutama saat menjelang bulan penuh dimana saat ini terjadi gumpalan ombak yang lebih tinggi yang begitu dinantikan para peselancar.  

Kuliner Miangas : Tuna Ekor Kuning !

Bagi nelayan yang memiliki pumpboat atau perahu bermesin tempel, bisa memancing sampai jauh ke perairan Philipina. Hasilnya lumayan, ikan-ikan besar bisa diperoleh termasuk ikan tuna ekor kuning atau ikan merah besar !

Wisatawan penikmat kuliner bisa dimanjakan di Pulau yang pernah menjadi sengketa dengan Philipina ini, selain menikmati Ikan Bakar Tuna Ekor kuning yang ditangkap di dekat perairan Philipina dan lobster-lobster ukuran jumbo juga bisa menikmati Ketam Kenari yang tebal dagingnya ini, namun sangat disayangkan ketam kenari ini merupakan salah satu jenis binatang sudah langka yang harus dilestarikan.

Untuk menikmati kuliner di Miangas, wisatawan yang akan  berkunjung ke Las Palmas sebutan lain Pulau Miangas jangan lupa membeli 'Barito' (Bawang, Rica/cabe rawit dan Tomat) terlebih dahulu di Pasar Empat Lima Manado atau di Pasar Bitung sebelum bertolak ke Miangas karena 'barito' merupakan bumbu pokok dabu-dabu Manado yang tidak ada di Miangas yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk masyarakat disana.

Selain berbelanja 'barito' baik untuk bahan masakan selama di Miangas, wisatawan pun bisa membeli peralatan olahraga seperti bola volly beserta netnya dan bola sepakbola beserta jaring untuk gawangnya termasuk bola rotan untuk sepak takraw karena masyarakat miangas sangat rajin berolahraga di 3 cabang ini. Selama berada di miangas, setiap sore wisatawan bisa berbaur dengan masyarakat untuk bermain volly bersama atau sepakbola.

Tak hanya hasil laut yang bisa dijadikan kuliner, wisatawan bisa mencoba sensasi makanan khas miangas 'Laluga' yang dijadikan makanan pokok saat musim badai melanda ujung selatan samudra pasific ini ketika tidak ada kapal yang berani berlayar ke Miangas untuk mengangkut bahan pokok. 'Laluga' adalah sejenis talas hutan yang bisa ditemukan di hutan miangas.

Masuk hutan bersama masyarakat miangas untuk mencari dan mengambil 'laluga',  wisatawan bisa memotong daun-daun pandan hutan yang besar, panjang dan berduri yang biasa diambil oleh ibu-ibu miangas untuk dibuat topi khas miangas dan tikar pandan. Belilah Topi khas Miangas disana untuk dipakai melindungi sengatan matahari.

Hiking ke Gunung Keramat

Miangas tak hanya memanjakan para pecinta snorkeling, diving, selancar, mancing dan kuliner semata. Para pecinta hikingpun dimanjakan di Pulau yang jauh terpisah dari kepulauan Indonesia ini.

Wisatawan bisa melakukan hiking dengan melintasi hutan kelapa, melewati tempat pembuatan kopra dan bisa mampir sebentar melihat sumber air masyarakat miangas yang sangat terkenal karena dianggap suatu keajaiban. Sumber air di tengah-tengah pulau miangas ini tak pernah habis ! di musim kemarau panjang sekalipun. Bahkan ketinggian permukaan airnyapun tidak pernah turun satu inchipun !. Padahal letak sumber air ini berada di ketinggian, dibawah bukit ota (gunung ota) yang sering kering kerontang saat kemarau dengan ketinggian tidak melebihi 100 mdpl.

Sudah banyak ilmuwan dari berbagai universitas di Indonesia seperti dari Universitas Sam Ratulangi Manado, Universitas Hasanuddin Makassar dan Universitas Gajah Mada Jogjakarta yang datang ke Miangas hanya untuk meneliti sumber air miangas yang tak pernah habis dan tak bisa turun permukaannya ini. Konon kabarnya beberapa ilmuwan dari Belandapun pernah datang ke miangas untuk meneliti sumber air di Pulau Miangas ini, menggunakan mesin penyedot air dengan yang lebih besar, hasilnya pun sumber air yang hanya seluas kurang dari 2 meter persegi ini tidak juga habis disedot mesin penyedot raksasa bahkan permukaan pun hanya turun sesaat saja padahal puluhan sampai ratusan meter kubik air telah disedot dengan kekuatan penuh.

Entah darimana sumber air miangas ini berasal, dari gunung ota yang sering kering kerontang tidak mungkin atau dari Gunung tinggi nun jauh disana di Pulau Mindanau Philipina belum juga diketahui kepastiannya. Yang pasti sumber air ini adalah anugrah dari Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Kuasa untuk masyarakat miangas yang memberikan air sebagai sumber kehidupan di Pulau yang masyarakatnya teguh dengan kearifan lokal dengan tetap memelihara adat istiadat yang terus dilakukan sejak dulu hingga sekarang.

Usai meninjau sumber air miangas beserta mesin dan bak penampung air, wisatawan melanjutkan perjalanan ke kaki gunung ota melintasi hutan kelapa yang secara kasat mata tidak terlihat batas-batasnya, tanyakan kepada pemandu bagaimana masyarakat miangas membuat batas-batas tanah miliknya. Tidak menggunakan pagar tanaman apalagi tembok berfondasi, masyarakat miangas cukup menggunakan jenis tanaman tertentu disetiap batas lahannya dan anehnya tidak pernah keliru masuk tanah orang lain!.

Berhenti sejenak di rumah dinas navigasi laut untuk melepaskan lelah sambil menikmati air minum yang dibawa dari kampung, jika beruntung wisatawan bisa menikmati buah kedondong saat berbuah yang pohonnya besar dan buahnya banyak saat musimnya di belakang rumah dinas navigasi.

Dari sini perjalanan dimulai dengan trek mendaki. Beruntung dinas navigasi ditjen perhubungan laut telah membuat tembok sehingga kita tinggal menaiki puluhan anak tangga menuju kaki mercusuar yang merupakan titik tertinggi di Pulau Miangas ini. Jika diijinkan oleh dinas navigasi, wisatawan bisa naik mercusuar hingga puncaknya.

Dari puncak tertinggi mercusuar ini wisatawan bisa memandang seluruh pulau miangas. Pulau-pulau Indonesia di Kepulauan Talaud yang terdekatpun tak terlihat, yang terlihat justru gunung tinggi di Pulau Mindanau Philipina walau hanya terlihat biru dikejauhan, jika ingin melihat lebih jelas bawalah binokuler jika akan berangkat ke miangas. Melihat pemandangan dari titik tertinggi di Pulau Miangas membuat kita bergidik karena sejauh mata memandang hanya terlihat lautan luas tak bertepi seolah-olah kita sedang berada dibelahan dunia lain. Amazing !.

 

Makam Keramat, Meriam Yang dikeramatkan

Usai mengexplor miangas dari titik tertinggi, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan ke puncak bukit disebelahnya yang merupakan tempat yang dikeramatkan oleh masyarakat miangas yang diberi nama 'Makam Keramat'.

Tapi jangan lupa untuk masuk areal 'makam keramat' ini, wisatawan terlebih dahulu harus meminta ijin kepada ketua Adat Darat Mangkubumi 2 dan biasanya diantar langsung oleh mangkubumi 2 untuk membantu membuka 'pintu ghaib' sebelum memasuki areal 'makam keramat'.

Turun dari bukit mercusuar, wisatawan berjalan kaki melalui jalan setapak yang rimbun oleh ilalang yang tinggi dengan kemiringan kontur bukit. Sebelum memasuki areal makam keramat, mangkubumi 2 berhenti sejenak membaca doa-doa dengan bahasa tagalog yang tidak kita mengerti. Usai membaca doa, baru wisatawan diperbolehkan memasuki areal makam keramat.

Makam keramat di Miangas layaknya makam-makam biasa yang diberi atap, namun bukan makam manusia seperti layaknya makam-makam di tempat lain.

Makam Keramat di Puncak Gunung Ota Miangas berisi 2 buah meriam, satu meriam besar berwarna kuning berkarat satu lagi lebih kecil erwarna hijau yang hingga sekarang tidak tetap utuh, warnanya tidak berubah dan tidak karatan padahal usianya telah lebih dari setengah abad.

Dikeramatkannya meriam-meriam ini karena meriam-meriam ini menjadi 'pahlawan' bagi masyarakat miangas karena menjadi senjata andalan ketika suku moro Philipina Selatan dengan puluhan perahu-perahu menyerang pulau miangas. Kemungkinan miangas masuk Philipina bisa terjadi jika masyarakat miangas kalah oleh suku moro Philipina, namun perjuangan masyarakat miangas tidak sampai disitu. Berhentinya suku moro menyerang miangas karena kehebatan Kepala Suku Miangas yang berhasil mengangkat batu raksasa ketika diadakan adu kekuatan dengan kepala suku moro, dan sejak itu suku moro mengaku kalah karena kepala sukunya tidak bisa mengangkat batu raksasa yang hingga kini menjadi saksi bisu sejarah kemenangan miangas atas suku moro Philipina Selatan.

Setiap tamu, wisatawan yang datang ke pulau miangas selalu menyempatkan diri berkunjung ke Makam Keramat, tak lengkap rasanya datang ke miangas kalau tidak berkunjung ke makam keramat. Setiap wisatawan yang datang ke makam keramat ini disarankan untuk memasukkan uang kedalam lubang kecil di meriam hijau sebagai tanda hormat untuk masyarakat miangas sekaligus untuk pemeliharaan makam keramat yang begitu disakralkan dan dijaga oleh masyarakat miangas.

Entah apa ceritanya kalau tidak ada makam keramat dengan meriam-meriamnya, entah apa ceritanya kalau meriam-meriam ini di puncak gunung ota ini tidak ada, masyarakat miangas generasi selanjutnya mungkin tidak tahu sejarah perjuangan nenek moyangnya yang gagah berani dalam mempertahankan pulaunya agar tetap masuk wilayah Indonesia tercinta ini. Yang pasti meriam-meriam di makam keramat menjadi bukti sejarah yang tersisa yang mengingatkan kita kepada pejuang-pejuang miangas dalam mempertahankan keutuhan NKRI di ujung Indonesia.

Masih banyak cerita tersembunyi di balik Surga Wisata di Ujung Indonesia seperti kebisaan beberapa masyarakat miangas yang tidur di bak pasir di dalam rumahnya, ramainya masyarakat miangas turun ke pantai yang kering ketika surut untuk mencari ikan yang terjebak disela-sela terumbu karang, makam-makam orang tua / leluhur yang berada di teras-teras rumah, Tugu Perbatasan Negara yang megah serta Gagahnya Patung Pahlawan Sulawesi Utara ‘Santiago’ setinggi 7 meter yang dibangun TNI Angkatan Darat dan talud yang mengelilingi pulau miangas yang tidak pernah ada di bagian lain di Indonesia serta kearifan lokal lain seperti pemberlakuan hari sabat begitu dipatuhi juga hukum-hukum adat lain yang masih tetap dipegang teguh masyarakat miangas.

Untuk wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata ke Surganya wisata bahari di ujung Indonesia bisa berangkat melalui jalur laut dari Pelabuhan Bitung menggunakan KM Sangiang yang berangkat pada hari Jumat malam menyinggahi Pelabuhan Tahuna di Sangihe, Hulusiau, Lirung dan Karatung dan berakhir di Pelabuhan Miangas. Sementara wisatawan yang menggunakan jaur Udara bisa berangkat dari Bandara Sam Ratulangi Manado transit di Bandara Naha Tahuna dilanjutkan ke Bandara Melonguane di Kota Melonguane Ibukota Kabupaten Talaud yang dilanjutkan dengan perjalanan laut menggunakan Kapal Sangiang atau Kapal Perintis yang akan bertolak ke Miangas. Jika Bandara Miangas telah selesai dibangun dan dioperasikan, wisatawan bisa melanjutkan perjalanan udaranya dari melonguane ke Bandara Miangas menggunakan pesawat perintis. Namun perjalanan dengan pesawat ini sensasinya kurang begitu mengasyikan dibandingkan perjalanan menggunakan Kapal Laut apalagi dengan Kapal Perintis terlebih jika pulang dengan kapal perintis melintasi Pulau Marore, Pulau Kawaluso, Kawio di perairan utara Kabupaten Sangihe.

Persiapkan perlengkapan untuk menikmati surga wisata bahari di Miangas seperti perlengkapan snorkeling, Diving tanpa tabung oksigen, selancar, perlengkapan mancing,  binokuler juga webcam dan kamera DSLR dengan lensa zoom. Jangan lupa membawa power bank solar cell untuk mencharge hp. Untuk oleh-oleh masyarakat miangas khususnya untuk pemilik rumah yang dijadikan tempat menginap selama di miangas belilah ‘barito’ untuk bahan masakan dan kue-kue kaleng / biskuit yang konon kabarnya sangat disukai, juga membawa voucher-voucher pulsa phisik Telkomsel khususnya voucher kartu-As Telkomsel dan yang cukup penting gantilah simcard wisatawan dengan simcard Telkomsel karena di Miangas hanya ada satu tower milik telkomsel agar bisa terus menerus update status mengabarkan cerita di media sosial dan mengupload foto-foto keindahan miangas.

Selamat menikmati Surga Wisata Bahari di Ujung Indonesia, kenali dan Cintai Wisata di Negeri Sendiri.

 

Pekalongan, 14 Januari 2016

Penulis: Ferdi Rosman Feizal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun