Â
‘Bajubi’, Sensasi Diving dan Snorkeling nya Miangas
Tidak semua orang di Miangas bisa melakukan ‘Bajubi', hanya orang-orang tertentu saja yang nafasnya kuat yang bisa melakukan Bajubi termasuk mereka yang jago berenang di laut !. ‘Bajubi’ dilakukan dengan menyelam beberapa menit menggunakan alat sederhana, kacamata renang tradisional yang terbuat dari kayu dan kaca plastik mika dengan karet ban dalam sepeda serta memakai ‘fins’ yang berfungsi sebagai sepatu katak yang terbuat dari triplek Philipina yang kuat dan tahan air yang diikat dengan karet ban dalam sepeda sambil membawa tombak kecil dari jari-jari sepeda yang telah diasah tanpa alat bantu tabung oksigen untuk menombak ikan di terumbu-terumbu karang. 7 hingga 10 menit bahkan sampai 15 menit mereka menyelam kemudian naik ke permukaan untuk menarik nafas sambil memasukkan ikan-ikan hasil menombaknya ke kantong ikan yang diselipkan di pinggangnya kemudian menyelam dan menyelam lagi sampai tangkapan ikannya cukup untuk makan beberapa hari kedepan. Bagi yang tidak kuat menahan nafas, ‘Bajubi’ bisa dilakukan dengan menggunakan kompressor, untuk yang ini tentunya harus menggunakan ‘katinting’ (perahu kecil) Â
Bagi penggemar Diving mungkin ‘Bajubi’ di Miangas bisa menjadi Surganya para Dving ! karena sensasi nya yang luar biasa yang tidak bisa ditemukan di tempat lain !. Menyelam dengan perlatan sederhana dan menombak ikan-ikan yang berada di terumbu karang untuk dijadikan bahan makanan sehari-hari termasuk menjadi surganya pecinta snorkeling.
Keseharian beberapa masyarakat miangas dengan ‘Bajubi’ bisa dijadikan moment terindah selama berada di Miangas, berbekal peralatan snorkeling yang dibawanya, wisatawan cukup mengambang sambil membawa tombak bajubi milik masyarakat untuk menombak ikan-ikan di perairan dangkal laut miangas, hasilnya lumayan untuk makan.
Miangas memang memegang teguh adat-istiadat, kearifan lokal inilah yang membuat perairan laut miangas tetap terjaga dengan ikan yang melimpah, nelayan-nelayan miangas menangkap ikan dengan cara-cara tradisional, dengan memancing atau cukup dengan ‘bajubi’ sudah bisa menghasilkan ikan-ikan yang lumayan untuk dimakan atau ditukar dengan kebutuhan pokok lainnya. Tidak ada pukat apalagi bom yang digunakan masyarakat miangas.
Â
Selancar yang sederhana