Mohon tunggu...
Ferdi Rosman Feizal
Ferdi Rosman Feizal Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis lepas

Idealisme dan Nasionalisme untuk dasar kemajuan Bangsa dan Negara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pak Djoko Sasono Kenapa Mundur, Pak?

27 Desember 2015   13:38 Diperbarui: 28 Desember 2015   11:18 1616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelang hari raya seperti Idul Fitri dan Libur Panjang identik dengan kemacetan, hampir setiap ruas jalan macet ! Tak terkecuali di Jalan Tol yang dibuat untuk mengatasi kemacetan katanya tapi malah jadi 'kantung parkir' seperti di jalan tol cikampek dan exit tol Cipali di Palimanan, antrian kendaraan mengular hingga puluhan kilometer, bukan karena transaksi Non Tunai sepi di Lajur Gerbang Tol Otomatis (GTO) akibat belum difahaminya manfaat transaksi non tunai dan bukan pula disebabkan petugas jalan tol kurang cepat melayani melainkan karena memang volume kendaraan yang membludak !.

Kalau diamati, kemacetan panjang puluhan kilometer di exit tol Cipali di Palimanan, exit tol Pejagan dan di bilangan klampok brebes termasuk di Nagreg, Kadungora, Leles pada liburan panjang akhir tahun 2015 ini yang menyebabkan Dirjen Perhubungan Darat Djoko Sasono mengundurkan diri disebabkan karena membludaknya kendaraan pribadi dengan Nopol 'B' selain karena dibeberapa ruas jalan masih ada pekerjaan perbaikan dan pengecoran jalan yang seharusnya sudah dihentikan minimal H-7 sebelum musim liburan tiba !.

Tak seharusnya seorang Pejabat Ksatria seperti Pak Djoko Sasono mengundurkan diri dari jabatannya yang tinggi yang diembannya yang merupakan puncak karir tertinggi di Departemen Perhubungan ini hanya karena masalah kemacetan panjang di ruas exit tol pejagan dan brebes ! Karena persoalan macet tidak melulu menjadi urusan Direktorat Jendral Perhubungan Darat cq Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (DLLAJ) yang konon kabarnya tidak bisa memprediksi 'tsunami' arus kendaraan pada musim libur natal dan akhir tahun 2015.

Seperti kemacetan panjang di Exit Tol Cipali Palimanan, lolos dari exit tol Cipali Palimanan pengemudi kembali wajib 'parkir' lagi di GT Palimanan disambung GT Plumbon dan GT Ciperna dan terakhir di GT Mertapada sebelum kembali 'parkir' di ruas jalan Pejagan-Purwokerto hanya sekedar menunggu lampu hijau termasuk menunggu Kereta Api lewat yang intensitasnya semakin tinggi seiring dengan double track Kereta Api di Jalur Utara Pulau Jawa ini.

Kalau saja kita jeli, untuk menyelesaikan kemacetan panjang di exit tol Cipali Palimanan berturut-turut GT Palimanan, GT Plumbon, GT Ciperna dan GT Mertapada yang dikelola beberapa operator jalan tol seharusnya dibuat GT Terpadu seperti yang dilakukan pada ruas tol Cikampek-Padalarang-Cilenyi dimana pengemudi kendaraan cukup melakukan 1(satu) kali transaksi saat keluar!

Dan di exit tol dibuat rekayasa GT dengan beton-beton pemisah jalan atau cukup dengan kerucut seperti yang dilakukan pada setiap musim mudik lebaran. Dan itu menjadi tanggungjawab Operator Jalan Tol / PT. Jasa Marga cq Kementrian PU dan Perumahan Rakyat bukan tanggungjawab Pak Djoko Sasono di Kementrian Perhubungan.

Kalau kita diamati (lagi), kemacetan di exit tol Pejagan bukan karena kesalahan Pak Djoko Sasono selaku Dirjen Hubdar tetapi justru disebabkan karena operator jalan tol yang 'tidak bertanggungjawab' atas dampak pembangunan jalan tol yang ditimbulkannya. Akibat pembangunan jalan tol pejagan-kanci, pengguna jalan raya pantura yang akan melintas pertigaan pejagan menuju Cirebon dan sebaliknya seharusnya lancar seperti biasa seperti ketika belum ada jalan tol kanci-pejagan tidak ikut-ikutan macet akibat kemacetan antrian kendaraan menuju jalan tol pejagan.

Demikian juga pengguna jalan tol yang keluar tol pejagan tak hanya 'dilayani di dalam jalan tol saja' tetapi dilayani sampai keluar jalan tol dengan lancar sampai ke jalan raya pantura brebes. Dengan kata lain operator jalan tol seharusnya bertanggungjawab terhadap dampak pembangunan jalan tol dengan membangun jalan layang di setiap persimpangan terdampak akses jalan tol seperti di pertigaan jl. Pejagan.

Demikian halnya setiap pagi yang kita lihat kemacetan panjang dari pertigaan jl.Supriadi sampai pertigaan jalan tol gayam sari akibat munculnya traffic light untuk keluar masuk kendaraan dari/ke GT Gayamsari Semarang. Dengan kata lain, kalau tidak ada GT Gayamsari, tidak ada kemacetan panjang setiap pagi ketika berangkat sekolah dan berangkat kerja.

Jadi bukan Pak Djoko Sasono yang keliru melainkan pihak lain Pak ! Termasuk kemacetan panjang di jalan pantura brebes akibat adanya perbaikan jalan, pengaspalan dan betonisasi jalan yang terus saja dikerjakan tanpa mempedulikan musim liburan di akhir tahun 2015 ini. Seharusnya Dinas PU menghentikan pekerjaan tersebut mulai H-7 sebelum musim liburan tiba khususnya pekerjaan pengecoran.

Semoga pengganti Pejabat Ksatria seperti Pak Djoko Sasono bisa mengatasi masalah kemacetan khususnya ketika musim libur panjang seperti libur panjang tahun 2015 ini.

Kadungora-Garut, 27 Desember 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun