Sekilas tentang Filsafat
Dari dulu sampai sekarang filsafat dianggap sebagai ilmu yang tidak jelas, sulit dipahami, dan rumit. Orang yang bergelut dengan filsafat kadang-kadang omongannya tidak dimengerti dan dianggap aneh. Itulah sekelumit pandangan orang-orang yang tidak berani mencicipi filsafat, hanya memandang dari luar jendela.Â
Padahal filsafat adalah ilmu yang membuat orang melihat dunia dengan cara berbeda, lebih mendalam dan bermakna. Filsafat juga membuat orang tidak pernah terbiasa dengan dunia, selalu mempertanyakan.
Menurut teori yang selama ini dipelajari, pertanyaan filsafat itu ada ciri khasnya yaitu bernuansa reflektif. Mengutamakan makna, yang berguna untuk transformasi hidup manusia. Bisa jadi ini juga menjadi alasan mengapa orang-orang yang belajar filsafat selalu terpesona dengan keindahan filsafat.Â
Filsafat sangat berguna agar manusia memaknai hidupnya, tidak sekadar menjalani. Seperti kata Sokrates bahwa hidup yang tidak direfleksikan tidak layak untuk dihidupi.
Jika dilihat sebenarnya kemampuan berfilsafat itu sudah ada dalam diri manusia. Sejak kecil, manusia sudah berfilsafat, merefleksikan hidupnya. Mulai mempertanyakan mengapa ini terjadi. Sebab manusia menurut Aristoteles adalah selalu ingin tahu. Namun, semakin tumbuh dewasa, kemampuan berfilsafat mulai terkikis.Â
Pertanyaan filosofis mulai jarang muncul, beralih jadi pertanyaan empiris. Muncul paling jika sedang dalam keadaan krisis. Manusia dewasa ini mulai terbiasa dengan dunia, ikut arus tanpa berani membentuk arus baru.
Manusia Pencipta Teknologi
Sekarang ini dunia memasuki era digital. Teknologi mulai berkuasa. Setiap hari hiruk pikuk dunia manusia tidak pernah lepas dari teknologi. Manusia selalu sibuk dengan gawainya untuk sekadar bermain, baca berita yang sedang viral, dan menonton video kesukaan. Sampai akhirnya manusia sebagai pencipta teknologi, justru telah beralih menjadi hamba teknologi. Teknologi mulai menginvasi hidup manusia. Tak jarang ada manusia yang menyerah dan mengaku kalah. Persoalan utamanya manusia tidak punya pegangan yang kuat.
Pegangan ini tujuannya untuk mengendalikan teknologi. Atau mengembalikan kenyataan bahwa manusia berkuasa atas teknologi. Manusia-lah pencipta teknologi.Â
Manusia harus mengembalikan teknologi ke tempat yang sebenarnya yaitu sebagai sarana yang membantu manusia. Maka manusia harus mencari pegangan itu. Sejujurnya pegangan itu sudah ada tetapi banyak orang tidak sadar atau bisa jadi tidak mau mencari. Perlu ada yang memberitahu.
Filsafat : Pegangan hidup
Pegangan yang dicari itu adalah filsafat. Filsafat adalah pegangan hidup yang akan membebaskan manusia dari perbudakan teknologi. Filsafat akan membantu manusia melihat teknologi secara lain, lebih bermakna.Â
Bukan sebagai tuan atas hidup tetapi sarana yang membantu manusia untuk mengembangkan hidupnya. Dengan filsafat manusia akan mulai mempertanyakan banyak hal tentang teknologi seperti mengapa teknologi ada? siapa teknologi bagiku? Pertanyaan filosofis seperti ini yang akan menyadarkan manusia akan makna teknologi.
Di sini dapat dilihat bahwa filsafat sebagai pegangan hidup membawa manusia pada transformasi hidup ke arah yang lebih bermakna. Saat pertanyaan filosofis diajukan, disitulah manusia berefleksi atas hidupnya. Manusia mulai berpikir, keluar dari sarang keterbiasaannya untuk melakukan pencarian. Entah yang dicari itu dapat atau tidak, Eric Weiner mengatakan pencarian itu yang bermakna.
Pencarian itu kadang melelahkan tetapi sekaligus menantang. Entah, tahu jalan atau tidak, tetap harus berjalan. Siapa tahu menemukan jalan baru yang tidak pernah dilalui orang. Inilah filsafat selalu membuka jalan baru.
Filsafat Merasuki Era Digital
Penting sekali ditegaskan bahwa filsafat memang harus merasuki era digital. Filsafat harus dipelajari orang-orang zaman sekarang. Jangan lagi menganggap filsafat sebagai ilmu yang tidak jelas atau sulit dipahami. Juga jangan menganggap filsafat hanya sebagai ilmu tetapi gaya hidup, spirit.Â
Soalnya zaman sekarang orang sudah terjerumus pada individualisme tingkat tinggi yang disebabkan oleh karena berkembangnya teknologi di era digital ini. Orang seharian sibuk dengan gawainya, fokus disitu, di dunia maya. Sedangkan orang dalam dunia real dilupakan. Dalam hal ini filsafat menjernikan pikiran agar orang berani keluar dari jurang ini.
Berbagai persoalan seperti hoax atau berita bohong juga bisa ditangani oleh filsafat. Filsafat membantu orang agar berpikir tanpa batas. Tidak langsung percaya tetapi melihat secara keseluruhan, ada kebebasan berpikir juga di situ. Ini akan sangat menarik jika filsafat berhasil menerobos dan merasuki era digital ini. Pasti ada warna yang berbeda dari biasanya.
Memandang Era Digital dengan Filsafat
Menurut penulis, era digital ini tidak juga harus dikambing hitamkan. Era ini perlu disyukuri karena menandakan bahwa manusia itu berkembang. Memang penuh tantangan dan godaan, maka butuh pegangan. Ini waktunya belajar karena era ini bagian dari sejarah kehidupan yang harus dijalani dengan penuh makna.
Era digital memang mengasikan dimana teknologi berserakan. Manusia bebas mau pakai kapan saja. Namun ingat bahwa manusia harus belajar untuk mencintai dunia real. Sebab dunia maya itu seperti fatamorgana, terasa menyenangkan, menyejukan, mengasikan tetapi semu. Bukan kesejatian.
Sudah saatnya memakai teknologi dengan bijak, sebagai alat bantu. Sudah saatnya manusia  sadar bahwa era digital harus dimanfaatkan demi kebaikan diri manusia. Sebab sesungguhnya manusia tidak baik menjadi budak teknologi.
     Â
     Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI