Indonesia adalah negara maritim, yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Begitu banyaknya pulau yang indah di Indonesia menjadikan negara ini menjadi surga wisata dunia. Oleh karena itu, pengembangan wisata bahari sedang gencar dilakukan oleh pemerintah karena wisata bahari merupakan peluang bisnis yang sangat menguntungkan di negara ini, terlebih didukung oleh banyaknya turis yang berminat mengunjungi objek-objek wisata Indonesia, khususnya pulau-pulau yang eksotis, dan kondisi iklim serta geografis Indonesia yang sangat disukai oleh para turis mancanegara.
Menurut website Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2012 melalui semua pintu masuk (darat, laut, udara) adalah 8.044.462 wisatawan, dan pada tahun 2013 sebesar 8.802.129 wisatawan. Bandara Ngurah Rai, Bali, menjadi pintu masuk yang paling banyak menyerap wisatawan, yaitu 2.902.125 pada tahun 2012, dan 3.241.889 pada tahun 2013. Data tersebut menunjukan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara mengalami pertumbuhan sebesar 9,42%.
Bali selama ini memang selalu menjadi destinasi wisata para turis asing. Selain menyediakan pemandangan dan pantai-pantai yang indah, Pulau Dewata juga memiliki masyarakat yang sangat ramah terhadap turis. Hal tersebut mendorong turis mancanegara untuk memasukkan Bali ke dalam daftar tempat liburan mereka yang harus dikunjungi. Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat bahwa terjadi peningkatan pada sektor bisnis yang cukup signifikan, terkait dengan kedatangan wisatawan. Misalnya, pada tahun 2008, tersedia 20.240 hotel di seluruh daerah di Bali. Pada tahun 2012, jumlah tersebut meningkat menjadi 24.215 hotel. Hal tersebut membuktikan bahwa pertumbuhan bisnis pariwisata di Bali selalu mengalami peningkatan di setiap tahunnya.
Besarnya jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia jelas merupakan potensi bisnis yang sangat besar untuk dimanfaatkan.Tentunya, sektor bisnis yang terkait kedatangan wisatawan seperti akomodasi perhotelan, biro perjalanan wisata, dan jasa transportasi akan menjadi sektor yang langsung terkena dampak positifnya. Bagi pemerintah, jelas akan ada devisa yang meningkat dari para wisatawan mancanegara, dan tentu akan memberikan keuntungan tersendiri terkait semakin banyaknya dana yang mengalir ke Indonesia. Selain itu, sektor bisnis yang tidak terkait langsung jelas ikut merasakan dampak positifnya. Seperti perbankan, asuransi, dan bisnis yang menjadi faktor pendukung dari segala aktivitas para wisatawan mancanegara di Indonesia.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia mencatat bahwa pertumbuhan pariwisata di Indonesia juga ditandai dengan rata-rata pengeluaran per orang. Pada tahun 2011, para turis mancanegara rata-rata mengeluarkan 142.69 USD per hari, dan rata-rata pengeluaran per kunjungan adalah 1,118.26 USD. Sedangkan pada tahun 2012, para turis mancanegara rata-rata mengeluarkan 147.22 USD per hari, dan 1,133.81 USD per kunjungan. Data tersebut menunjukkan bahwa terjadi pertumbuhan devisa negara yang berjumlah 8,554.39 juta USD pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 9,120.85 juta USD pada tahun 2012, atau tumbuh 6,62%.
Lalu, pertumbuhan bisnis Nusantara juga sangat pesat. Hal ini salah satunya ditandai dengan naiknya jumlah usaha restoran atau rumah makan. Badan Pusat Statistik mencatat, perkembangan usaha restoran / rumah makan berskala menengah dan besar semakin meningkat. Pada tahun 2007 terdapat 1.615 restoran / rumah makan, dan pada tahun 2011 jumlah tersebut makin bertambah menjadi 2.977 restoran / rumah makan. Dengan perkembangan yang signifikan ini (13,86%), diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Nusantara.
Tetapi, pertumbuhan bisnis wisata bahari Indonesia tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonomi perusahaan-perusahaan Nusantara. Pada kenyataannya, bisnis wisata bahari di Indonesia masih dikuasai oleh pihak asing. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Gabungan Pengusaha Bahari Indonesia (Gahawisri) Bali, Yos WK Amerta. Yos mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Nusantara yang menjalankan bisnis di bidang ini sering bangkrut karena tidak kuat menghadapi krisis. Sebab, sebagian besar pelanggan mereka adalah wisatawan mancanegara.
Memang sangat disayangkan, keuntungan yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat Nusantara tetapi diambil alih oleh pihak asing. Hal ini terjadi karena kurangnya modal para pengusaha Nusantara untuk bersaing dengan pihak asing, dan juga perusahaan asing datang dengan membawa pengetahuan dan tren terkini, yang mungkin belum diketahui oleh sebagian perusahaan Indonesia. Selain itu, teknologi juga sudah menjadi bagian dari perusahaan-perusahaan asing. Sebelum perusahaan-perusahaan Nusantara menggunakan website, perusahaan asing sudah menggunakannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu keberhasilan suatu perusahaan adalah dengan dukungan publikasi yang baik. Jadi, dari dulu mereka sudah lebih mudah menginformasikan perusahaan mereka ke dunia luar, sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan bisnis mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H