Rahasia di Balik Lemari
Lemari kayu tua itu berdiri di sudut kamar, memancarkan aura tak wajar. Kayunya sudah lapuk, tapi ada sesuatu yang membuatnya terlihat seperti memanggil-manggil Anya. Bayangan pria tua di cermin masih tampak, dengan jari yang menunjuk ke arah lemari.
"Apa yang kau sembunyikan di sana?" bisik Anya, mencoba memberanikan diri. Â
Tangannya gemetar saat menarik gagang lemari. Engsel tua itu berderit keras, memecah keheningan rumah. Di dalam lemari, hanya ada kain lusuh yang menggantung, kecuali satu benda kecil di dasar lemari: sebuah kotak kayu kecil yang terkunci.
Anya mengangkat kotak itu, lalu membersihkan debu yang menempel. Ukiran di kotak itu terlihat aneh---berupa pola bunga teratai yang tampak mengelilingi sebuah mata. Anya merasa ada sesuatu yang mengawasinya dari dalam kotak itu. Â
"Kunci... kunci..." suara lirih bergema lagi, seperti berasal dari dinding. Â
Dengan hati-hati, ia memeriksa sekeliling kamar, mencoba mencari petunjuk. Tangannya menyentuh cermin besar, dan di bagian belakangnya, ia menemukan sebuah kunci kecil yang tergantung. Â
Saat ia membuka kotak kayu itu, hawa dingin menyergap lebih kuat. Di dalamnya, hanya ada secarik kertas tua dengan tulisan tangan yang hampir pudar: Â
"Carilah di ruang bawah tanah. Di sana kau akan menemukan jawabannya."
Anya mengerutkan kening. "Ruang bawah tanah?" Ia tak ingat melihat pintu atau tangga yang mengarah ke sana saat masuk tadi. Â
Tetapi suara derak pelan tiba-tiba terdengar dari luar kamar. Seperti langkah kaki... atau sesuatu yang diseret di lantai. Dengan napas tertahan, Anya mengikuti suara itu hingga kembali ke ruang utama. Di sana, lilin di atas meja kini menyala lebih terang, memancarkan cahaya ke lantai di bawahnya. Anya menyadari ada garis-garis halus yang membentuk persegi---seperti penutup pintu rahasia.
Ia menariknya perlahan, dan menemukan tangga curam yang menuju ke bawah. Kegelapan pekat menyelimuti, seolah mengisyaratkan bahaya. Tapi rasa penasaran lebih kuat daripada logika.
Senter di tangan Anya menerangi jalan. Tangga kayu berderit setiap kali ia melangkah. Bau lembap dan busuk menyengat, bercampur dengan aroma logam---seperti darah. Di dasar tangga, ia menemukan sebuah ruangan kecil yang dipenuhi coretan di dinding. Coretan itu seperti mantra atau pesan, tetapi Anya tidak bisa memahaminya.
Di tengah ruangan, ada sebuah kursi kayu tua, dengan tali yang melilitnya, seolah pernah digunakan untuk mengikat seseorang. Di dekat kursi itu, ada foto usang yang membuat Anya tercekat. Foto itu menunjukkan Pak Karsa, tetapi di sampingnya berdiri seorang gadis muda... yang wajahnya terlihat sangat mirip dengan Anya.
"Tidak mungkin... Ini aku?"
Sebelum Anya sempat berpikir lebih jauh, pintu di atas tangga tertutup keras dengan suara dentuman. Seluruh ruangan gelap gulita. Suara napas berat terdengar dari sudut ruangan, semakin dekat, dan sebuah suara bergema dengan nada dingin:
"Kau sudah menemukanku... Sekarang aku menemukanmu."
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H