Mohon tunggu...
Ferdian Dwi Saputra
Ferdian Dwi Saputra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pariwisata UGM

Bagi Sang Penulis, menulis adalah tentang bagaimana kita bisa bercerita lebih dalam. Melalui tulisan, suatu eksistensi dapat diperkenalkan. Pariwisata adalah topik yang saya dalami. Melalui tulisan, saya ingin mengungkapkan bagaimana keseharian, tradisi, dan kebersamaan menjadi satu melalui pariwisata. Salam pariwisata!

Selanjutnya

Tutup

Trip

Living Museum of Gianyar: Menyelami Harmoni Tradisi dan Keberlanjutan di Desa Wisata Batuan

9 Desember 2024   19:54 Diperbarui: 9 Desember 2024   20:27 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto aktivitas melukis di Desa Wisata Batuan (Sumber: Media Pariwisata UGM)

Melihat penampilan penari membuat perasaan saya tergugah untuk menyelami lebih dalam arti dibalik setiap gerakan. Tidak lama, saya langsung diajak berlatih vokal tari Kecak. Sungguh membuat perjalanan ini semakin berkesan, bersama-sama, saya berlatih vokal dengan peserta tur. "Cak, cak, cak", ciri iringan vokal Tari Kecak, saya dengan bersemangat menyuarakan iringan indah tersebut. Kekompakan adalah kunci dalam iringan vokal ini, setiap kelompok memiliki varian vokal yang berbeda-beda. Hal ini yang membuat Tari Kecak semakin spesial. Mengingat momen tersebut, saya rasanya ingin kembali lagi ke sanggar ini untuk belajar lebih dalam tentang tarian Bali

Sanggar Tari Kaki Bebek menjadi titik kunjungan terakhir kami di Desa Wisata Batuan. Ketika saya harus mengingat Batuan, saya dapat memberikan tiga hal. Pertama, suasana, Batuan benar-benar menawarkan suasana yang hangat dan penuh dengan kesan kultural. Kedua, simbol. Saya merasakan bagaimana simbol-simbol dari setiap atribut maupun objek-objek budaya menjadi sebuah pedoman yang masih terus lestari di desa ini. Ketiga, keberlanjutan. Mungkin saya adalah orang dari suku Jawa, tapi perjalanan tur di Desa Batuan memberikan saya pemahaman dan pengetahuan baru akan budaya Bali. Saya, secara tidak langsung, berpartisipasi sebagai penerus budaya Bali. Ketiga kesan ini menjadikan saya memahami bahwa melalui desa wisata, dengan dibalut keinginan kuat masyarakat, suatu budaya tidak akan sirna melainkan terus bergema. Batuan as a living museum of Gianyar, sebuah branding yang sudah sepantasnya melekat di Batuan. Dari Desa Batuan, saya belajar bahwa tradisi bukan hanya tentang masa lalu, melainkan fondasi untuk keberlanjutan. Jika ingin memahami jiwa Bali, Batuan adalah pintu masuk yang sempurna.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun