Singkat cerita setelah melakukan berbagai macam uji coba tibalah saatnya Garuda Muda untuk berlaga di kompetisi AFC Cup. Harapan begitu besar dari publik Indonesia di pundak  Garuda Jaya untuk bisa mengamankan tiket menuju Piala Dunia U-20 di Selandia Baru. Namun apa yang dicapai oleh Timnas Indonesia U-19 justru sebaliknya, Evan Dimas dan kawan-kawan menjadi bulan-bulanan lawan-lawannya dibabak grup tanpa kemenangan sekalipun. Garuda Muda dibabat habis oleh Uzbekistan 3-1, Australia 1-0 dan Uni Emirat Arab 4-1. Mimpi yang didambadakan oleh para pemain dan publik sepakbola Indonesia kandas sudah, dan tak berselang lama, Coach Indra Sjafri pun didepak dari kursi pelatih Timnas Indonesia U-19. Kecerobohan PSSI dan Badan Tim Nasional atas program-programnya pun harus dipikul oleh seorang Indra Sjafri. Coach Indra diadili dan dihakimi sedemikian rupa oleh PSSI. Betapa ironisnya, fakta bahwa orang yang mampu menemukan penyakit di tubuh sepak bola Indonesia dan perlahan-lahan mengobatinya harus tersingkir dan dibuang begitu saja.
Kita semua tahu, bahwa pembinaan sepak bola di tingkat usia muda di Indonesia sangatlah buruk dan masih berada di bawah dari negara-negara lain khususnya di Asia, namun Indra Sjafri dengan keyakinan dan caranya sendiri mampu menemukan bakat-bakat muda hebat dari seluruh pelosok negeri. Akhir kata, sebuah pesan yang ingin penulis sampaikan lewat tulisan ini adalah, selama PSSI masih diisi oleh orang-orang sakit, jangan pernah kita berharap sepak bola Indonesia akan maju.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H