Mohon tunggu...
Ferdi Rodman Manurung
Ferdi Rodman Manurung Mohon Tunggu... Akuntan - Sarjana Terapan Akuntansi Keuang Publik

Saya merupakan lulusan akuntansi keuangan publik disalah satu politeknik negeri diindonesia,dan memiliki skill di myob,accurate dan bidang akuntansi lainnya dan saat ini saya hobi menulis dan menjadi konten kreator

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Konektivitas Sistem Pembayaran ASEAN: Peluang Baru untuk Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi

17 Juni 2023   08:00 Diperbarui: 17 Juni 2023   08:20 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pagaralampos.disway.id/read/643377/rapat-imf-wb-spring-2023-kebutuhan-untuk-memperkuat-kebijakan-pemulihan-ekonomi-global

Konektivitas sistem pembayaran ASEAN adalah salah satu inisiatif strategis yang dilakukan oleh Bank Indonesia bersama dengan bank sentral negara-negara anggota ASEAN lainnya untuk memperkuat integrasi ekonomi dan keuangan di kawasan. Dengan meningkatkan konektivitas sistem pembayaran antar negara, diharapkan dapat memfasilitasi transaksi keuangan yang lebih cepat, murah, dan aman, serta mendorong arus perdagangan dan investasi yang lebih besar di kawasan. Hal ini tentunya akan berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat ASEAN.

Dalam artikel ini, saya akan menyampaikan opini saya tentang pentingnya konektivitas sistem pembayaran ASEAN, tantangan yang dihadapi, dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mewujudkannya.

Pertama, saya akan menjelaskan mengapa konektivitas sistem pembayaran ASEAN itu penting. Menurut saya, ada tiga alasan utama:

1. Konektivitas sistem pembayaran ASEAN dapat meningkatkan efisiensi transaksi keuangan antar negara. Saat ini, transaksi keuangan lintas negara masih menghadapi berbagai hambatan, seperti biaya tinggi, waktu lama, risiko valuta asing, dan ketidaksesuaian regulasi. Dengan konektivitas sistem pembayaran ASEAN, transaksi keuangan dapat dilakukan dengan lebih mudah, cepat, dan murah, menggunakan mata uang lokal atau regional. Hal ini akan menghemat biaya operasional dan meningkatkan daya saing usaha di kawasan.

2. Konektivitas sistem pembayaran ASEAN dapat meningkatkan akses ke layanan keuangan bagi masyarakat yang belum terlayani. Saat ini, masih banyak masyarakat di kawasan ASEAN yang belum memiliki akses ke layanan keuangan formal, seperti rekening bank, kartu kredit, atau pinjaman. Dengan konektivitas sistem pembayaran ASEAN, masyarakat dapat memanfaatkan teknologi keuangan (fintech) yang berkembang pesat di kawasan, seperti pembayaran digital, dompet elektronik (e-wallet), atau platform peer-to-peer lending. Hal ini akan memperluas inklusi keuangan dan memberikan peluang ekonomi bagi masyarakat.

3. Konektivitas sistem pembayaran ASEAN dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan integrasi regional di kawasan. Dengan konektivitas sistem pembayaran ASEAN, arus perdagangan dan investasi antar negara anggota dapat meningkat secara signifikan. Hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di kawasan. Selain itu, konektivitas sistem pembayaran ASEAN juga dapat memperkuat kerjasama dan solidaritas antar negara anggota dalam menghadapi tantangan global, seperti pandemi Covid-19 atau perang dagang.

https://pagaralampos.disway.id/read/643377/rapat-imf-wb-spring-2023-kebutuhan-untuk-memperkuat-kebijakan-pemulihan-ekonomi-global
https://pagaralampos.disway.id/read/643377/rapat-imf-wb-spring-2023-kebutuhan-untuk-memperkuat-kebijakan-pemulihan-ekonomi-global

Kedua, saya akan membahas tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan konektivitas sistem pembayaran ASEAN. Menurut saya, ada tiga tantangan utama:

1. Tantangan regulasi. 

Untuk mencapai konektivitas sistem pembayaran ASEAN yang harmonis dan terintegrasi, diperlukan kerjasama dan koordinasi yang erat antara bank sentral dan otoritas keuangan negara-negara anggota. Namun, setiap negara memiliki regulasi dan kebijakan yang berbeda-beda terkait dengan sistem pembayaran, termasuk praktik pertukaran dan pengendalian mata uang. Hal ini dapat menyulitkan penyelarasan regulasi dan kerangka kerja yang seragam di kawasan.

2. Tantangan teknologi.

Untuk mencapai konektivitas sistem pembayaran ASEAN yang handal dan aman, diperlukan investasi dalam infrastruktur teknologi yang canggih dan terstandar. Namun, setiap negara memiliki tingkat perkembangan dan kesiapan teknologi yang berbeda-beda. Hal ini dapat menyebabkan kesenjangan dan ketimpangan dalam kualitas dan kapasitas sistem pembayaran di kawasan.

3. Tantangan sosial.

 Untuk mencapai konektivitas sistem pembayaran ASEAN yang inklusif dan berkelanjutan, diperlukan edukasi dan sosialisasi yang luas kepada masyarakat tentang manfaat dan cara menggunakan sistem pembayaran yang terkoneksi. Namun, setiap negara memiliki budaya dan preferensi yang berbeda-beda terkait dengan sistem pembayaran, termasuk tingkat kepercayaan dan keterbukaan terhadap teknologi keuangan. Hal ini dapat mempengaruhi tingkat adopsi dan partisipasi masyarakat dalam sistem pembayaran yang terkoneksi.

Ketiga, saya akan mengusulkan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mewujudkan konektivitas sistem pembayaran ASEAN. Menurut saya, ada tiga langkah utama:

1. Langkah regulasi. 

Bank Indonesia bersama dengan bank sentral negara-negara anggota ASEAN lainnya perlu meningkatkan kerjasama dan koordinasi dalam menyelaraskan regulasi dan kebijakan terkait dengan sistem pembayaran di kawasan. Salah satu inisiatif yang telah dilakukan adalah penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) tentang Regional Payment Connectivity (RPC) oleh lima bank sentral, yaitu Bank Indonesia, Bank of Thailand, Bangko Sentral ng Pilipinas, Bank Negara Malaysia, dan Monetary Authority of Singapore. MoU ini bertujuan untuk memfasilitasi transaksi keuangan menggunakan mata uang lokal atau regional melalui QR Code atau kartu debit.

2. Langkah teknologi. 

Bank Indonesia bersama dengan bank sentral negara-negara anggota ASEAN lainnya perlu meningkatkan investasi dan kerjasama dalam membangun infrastruktur teknologi yang handal dan aman untuk mendukung konektivitas sistem pembayaran di kawasan. Salah satu inisiatif yang telah dilakukan adalah pengembangan QR Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai alat pembayaran digital yang dapat digunakan lintas negara. QRIS telah berhasil diimplementasikan di Indonesia, Malaysia, dan Singapura, dan diharapkan dapat diperluas ke negara-negara ASEAN lainnya.

https://www.sobatpajak.com/article/63454876c6df9c22701df0d4/QRIS%20akan%20Jadi%20Sistem%20Pembayaran%205%20Negara%20Asean%20pada%202023
https://www.sobatpajak.com/article/63454876c6df9c22701df0d4/QRIS%20akan%20Jadi%20Sistem%20Pembayaran%205%20Negara%20Asean%20pada%202023

3. Langkah sosial. 

Bank Indonesia bersama dengan bank sentral negara-negara anggota ASEAN lainnya perlu meningkatkan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang manfaat dan cara menggunakan sistem pembayaran yang terkoneksi di kawasan. Salah satu inisiatif yang telah dilakukan adalah penyelenggaraan ASEAN Payment Week (APW) sebagai ajang promosi dan edukasi tentang konektivitas sistem pembayaran ASEAN kepada masyarakat luas. APW telah diselenggarakan sejak tahun 2021 di berbagai negara anggota ASEAN.

Demikian opini saya tentang konektivitas sistem pembayaran ASEAN sebagai peluang baru untuk pertumbuhan ekonomi dan investasi di kawasan. Saya berharap artikel ini dapat memberikan informasi dan inspirasi bagi pembaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun