Mohon tunggu...
Ferawaty RosintaIndah
Ferawaty RosintaIndah Mohon Tunggu... Guru - Ibu Rumah Tangga

Menanam kembali untuk hasil yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cerita Adik dan Kakak

29 Juni 2020   22:38 Diperbarui: 29 Juni 2020   22:48 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada yang Kebetulan di muka bumi ini, semuanya sudah diatur oleh sang Maha Hidup. Skenario berjalan sesuai dengan settinganNya, Rundown terlaksana sesuai dengan waktunya. Semua datang dan pergi secara tertib, ya sesuai komando Sang Maha Instruktur.

Siang ini saya diharuskan berkunjung ke sebuah tempat, kebetulan ini adalah sekolah yang sedang melakukan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). 

Ada hal yang menarik di mata saya, ternyata PPDB tidak hanya sekedar kegiatan penerimaan dan pengurusan administrasi siswa baru tetapi juga kegiatan yang secara tidak langsung menganalisa hubungan antara anak dan orang tua, Ibu dan ayah, serta adik dan kakak.

Keharmonisan, Perjuangan, Pengorbanan dan Ketulusan yang terjadi diantara  calon peserta didik dan keluarganya menjadi pemandangan yang menarik meski kadang terlihat konyol.

1. Soal Test dikerjakan Sang Ibu

Seorang ibu dan anak lelakinya datang untuk mendaftar, dan sesuai prosedur setiap calon peserta didik harus mengisi form biodata serta diminta untuk mengerjakan Test Matematika Dasar. Pada awalnya semua terlihat wajar namun tiba-tiba salah seorang panitia berbisik kepada rekannya.

" Eh, lihat dech! Koq yang ngisi ibunya sich?"

" Masa, sich?" temanya.

" Bener, coba aja nanti kita tanya." ujarnya meyakinkan.

Tak lama setelah percakapan itu, pendaftar yang tadi dibicarakan menghampiri panitia dengan formulir dan soal test yang sudah terisi.

"Sudah selesai, bu?" ujar panitia seraya menyambut berkas yang disodorkan.

"Sudah pa, tapi cara mengerjakan soalnya banyak yang lupa." jawabnya polos.

"Lho memangnya ibu yang mengerjakan?" panitia memastikan.

"Iya pa, karena anak saya tidak bisa. Kalau tidak bisa nanti enggak diterima" jawabnya tampa beban.

"Oh begitu? Ya sudah nanti ibu dan putra ibu saya terima dua-duanya." jawab panitia ga tahu mau ngomong apa

2. Ayah Jual HP dengan harga Panik karena salah info

Pintu lobby didorong oleh lelaki setengah baya berpakaian lusuh.

"Bisa saya bantu bapak?" sambut panitia dengan ramah.

"Iya nich pa, saya mau daftar ulang. Anak saya, hari ini harus melunasi uang pendaftaran dan daftar ulang karena kalau tidak nanti anak saya tidak diterima, apa betul begitu?" beliau menjelaskan dan bertanya dengan terbata-bata seraya menyodorkan kwitansi yang lecek dalam genggaman.

"Oh begitu, anak bapak dapat info dari mana? Karena pembayaran yang sudah dilakukan sudah lebih dari 50% jadi sudah tidak perlu daftar ulang dan pelunasan harus dilakukan ketika pembelajaran akan dilakukan. Daftar ulang dilakukan untuk memastikan anak bapak akan menjadi siswa sekolah ini. Karena kuota kami terbatas, siswa yang tidak daftar ulang bisa digeser oleh pendaftar baru yang langsung menyelesaikan Administrasi pendaftaran." panitia menjelaskan panjang lebar sambil memperhatikan kwitansi yang sedikit basah oleh keringat.

"Ya Allah berati anak saya salah info ya, saya jadi panik gara-gara anak saya nangis. Maklum lah pa lagi masa covid begini, kerjaan susah. Ini juga saya ngumpulin dari hasil ngojek. Saya bela-belain jual HP dengan banting harga yang penting bisa dapat uang cepat. Ini juga saya mau jadi kuli bangunan asal saya dikasih DP buat nutupin uang pendaftaran anak saya." sambil menghela nafas untuk melepaskan beban yang tersisa.

"Semoga Allah mengganti segera rezeki bapak ya." Hanya respon itu yang dapat kami ucapkan. 

Seketika teringat ayahku yang jauh di sana.I love you,dad.

I love you three thousands for all dadies around the world

3. Cerita Adik dan Kakak

Meski kadang sering cemburu, bertengkar, saingan bahkan saling bergulat mempermasalahkan hal receh. Namun itu adalah bunganya. Hubungan Kasih sayang berbalut konflik  yang tidak akan terlupakan. Ya benar, Cerita adik dan kakak yang begitu romantis ini membuat saya selalu senang dan ikut berbunga-bunga ketika pemandangan romansa itu terlihat di pelupuk mata.

Sang kakak dengan rambut di cat pirang sangat kontras dengan warna kulitnya yang eksotik. Mengantar sang adik berwajah manis dengan jilbab menutupi kepalanya.

"Saya mau daftar ulang untuk adik saya, pa." Ujarnya tegas.

"Oh kenapa baru daftar ulang sekarang?" tanya panitia.

"Tadinya mau sekalian dilunasi tapi sampai sekarang orang tua saya belum cukup uangnya. Ini adik saya udah gelisah dan mau nangis. Jadi ya saya datang dengan uang daftar ulang aja." jelasnya.

"Oh begitu. Iya ditunggu-tunggu dari kemarin kepastiannya karena kuota sudah semakin berkurang. Karena kalau tidak daftar ulang bisa tergeser sama yang daftar baru tapi langsung daftar ulang." panitia memberikan alasanya.

"Iya bu, ini juga saya izin dari kerja biar adik saya tidak kepikiran." 

"Memang kerja dimana?" panitia balik bertanya.

"Saya kerja di tempat Steam mobil" jawabnya penuh percaya diri.

"Oohh so sweet banget" gumanku.

Ya tidak masalah kakakku, kakakmu, kakak dia atau kakak mereka itu siapa, punya uang atau tidak, terpelajar atau buta huruf..kakak adalah kakak. My brothers or My sisters are My Heroes. Supporter terbaik, Bodyguard paling keren meski sebenarnya mereka lemah. Yang penting adikku save and happy. 

Terima kasih buat para kakak yang menjadi sandaran tidur adiknya, menjadi guru dan senter sang adik yang buta akan wawasan.

Tidak ada yang kebetulan di bumi ini. Skenario yang melibatkan saya hari ini begitu bermakna meski sepele bagi sebagian orang. 

Ketika Allah SWT masih mempercayakan kita akan sebuah peran, sekecil apapun itu,berati kita sedang diberi kesempatan meraup penghasilan amal untuk bekal pulang.

Purwakarta, 29 Juni 2020

Sebuah perjalanan yang melahirkan cerita untuk kompasian.

Fera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun