Mohon tunggu...
FERAWATI WIDYANINGTYAS
FERAWATI WIDYANINGTYAS Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk menebar kebaikan

Tebarkan kebaikan selagi raga masih bernapas. Tetaplah menulis untuk keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas Artikel Utama

Peran Media "Boru" Membangun Pendidikan Karakter Melalui Keterampilan Menyimak Cerita Rakyat

28 Mei 2021   21:28 Diperbarui: 29 Mei 2021   03:00 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi baik secara lisan maupun tulisan. 

Selain itu, pelajaran Bahasa Indonesia diberikan sejak jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pelajaran tersebut bertujuan agar dapat menikmati dan memanfaatkan karya sastra dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar serta berbudi pekerti dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat aspek, yaitu menyimak, membaca, berbicara, dan mendengar. Melalui kegiatan menyimak, siswa dapat memperoleh pengetahuan dan informasi berdasarkan yang telah didengar. Hal tersebut berlaku juga untuk memahami isi pesan secara lisan.

Media pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat belajar dan daya tarik siswa sangat beragam. Kehadiran media pembelajaran dapat meningkatkan keefektifan daya serap siswa terhadap materi pelajaran mengenai pemahaman konsep dan prinsip tertentu. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah boneka kokoru (Boru) pada keterampilan menyimak cerita.

Media pembelajaran dapat digunakan pada tahap orientasi sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa. Selain itu, dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu materi. 

Penggunaan media boneka kokoru berdasarkan pada teori Piaget yang menyatakan bahwa siswa SD mulai menggunakan aturan yang jelas, logis yang ditandai dengan reversible dan kekekalan.

Pada usia tersebut anak telah memiliki kecakapan berpikir logis pada benda-benda yang bersifat konkret. Kehadiran media boneka kokoru digunakan untuk merangsang pikiran, perhatian, perasaan, dan minat belajar siswa pada keterampilan menyimak cerita dengan baik sesuai dengan alur cerita. 

Pendidikan karakter ditekankan dalam pendidikan di Indonesia. Dalam pendidikan karakter terdapat beberapa penamaan nomenklatur yang digunakan dalam kajian pembentukan karakter peserta didik yaitu pendidikan moral, pendidikan nilai, pendidikan religius, pendidikan budi pekerti, dan pendidikan karakter itu sendiri.

Penamaan nomenklatur digunakan saling bertukaran (interexchanging), misal pendidikan karakter juga merupakan pendidikan nilai atau pendidikan religius itu sendiri.

Kata character berasal dari bahasa Yunani charassein yang berarti to engrave (melukis, menggambar) seperti orang yang melukis kertas, memahat batu atau metal. 

Berdasarkan hal tersebut karakter merupakan tanda atau ciri yang spesifik untuk melahirkan opini bahwa karakter merupakan pola perilaku individual. 

Seseorang memiliki karakter setelah mewati tahapan masa anak-anak, sehingga karakter tersebut berkaitan dengan perilaku yang ada pada lingkungan sekitar.

Pendidikan karakter bertujuan untuk melatih kepedulian terhadap sekitar, berprinsip, berpendirian, dan bertanggung jawab.

Menyimak merupakan proses mendengarkan lambang-lambang bahasa lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, konsentrasi, dan apresiasi, serta interpretasi. 

Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi, menangkap isi atau pesan, dan  memahami makna komunikasi secara nonverbal. Selain itu, menyimak merupakan proses menerima informasi atau menyimak bersifat reseptif. Menyimak secara efektif bukanlah hal yang mudah karena membutuhkan konsentrasi, keterampilan, dan pengalaman, sehingga informasi yang diperoleh bersifat objektif.

Cerita rakyat (folklor) meliputi sejarah lisan, legenda, musik, lelucon, dongeng, takhayul, pepatah, dan kebiasaan yang menjadi tradisi dalam suatu budaya atau kelompok. 

Cerita rakyat disampaikan secara turun-temurun, anonim, sarat nilai-nilai luhur tradisional, bervariasi, dan berkembang secara lisan (disampaikan dari mulut ke mulut).

Media Boneka Kokoru (BORU)

Kokoru berbentuk kertas bergelombang warna-warni dan dapat digunakan untuk membuat objek 3 dimensi dan 2 dimensi dengan cara menggunting dan menggulung (teknik quilling), kemudian dibentuk dan dilem untuk menciptakan berbagai kreasi.

Media Boneka Kokoru (Foto: Dokumen Pribadi)
Media Boneka Kokoru (Foto: Dokumen Pribadi)
Selain itu, kokoru dapat membantu proses tumbuh kembang anak, yaitu dengan merangsang motorik dan otak kanan mereka, sehingga kreativitas anak ikut terstimulus.

Menurut Amir (2015) bahwa guru harus memperhatikan dan mencoba untuk mengidentifikasi kesulitan siswa melalui proses berpikir kritis dalam penalaran secara mendalam sehingga guru dapat melacak kelemahan dan kesalahan berpikir kritis siswa. 

Dengan demikian guru dapat merancang suatu pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi berpikir kritis dengan menggunakan media boneka kokoru.

Pembelajaran menggunakan media boneka kokoru (Boru) diawali dengan melibatkan siswa dalam pembuatannya. Keterlibatan siswa dalam proses pembuatan media dimaksudkan untuk melatih kerja sama dan kreativitas mereka. 

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok agar pembelajaran lebih efektif dan dapat terkontrol. Setiap kelompok diberikan bahan pembuatan boneka kokoru (Boru). 

Mereka bebas berekspresi sesuai dengan imajinasi yang akan mereka tampilkan setelah menyimak cerita dari guru. Membuat boneka kokoru sesuai dengan instruksi guru. Mereka mengikuti setiap tahapan dengan cermat. Proses pembuatan boneka kokoru ini relatif lama hingga memperoleh hasil yang maksimal.

Dalam proses ini, kita bisa mengamati sikap kerja sama antara siswa yang satu dengan lainnya. Selain itu, terlihat dengan jelas keceriaan di wajah mereka. Tanpa mereka sadari bahwa saat ini mereka belajar sambil bermain. Guru pun telah mengajarkan pentingnya bekerja sama dalam suatu kelompok.

Setelah semua siswa menyelesaikan pembuatan boneka kokoru (Boru) sesuai dengan kreativitasnya. Pengajar mulai menyampaikan materi tentang menyimak cerita rakyat "Legenda Danau Toba". 

Siswa menyimak dengan serius setiap alur cerita yang disampaikan oleh pengajar. Dalam hal ini, pengajar pun dapat mengubah suaranya sesuai dengan karakter tokoh dalam cerita. Hal itu, dimaksudkan agar siswa dapat menghayati dan memahami perbedaan karakter setiap tokoh dalam cerita.

Siswa terlihat serius menyimak cerita yang disampaikan oleh pengajar. Terkadang pengajar menyampaikan beberapa pertanyaan untuk mengetahui materi yang terserap oleh siswa.

Siswa pun antusias menjawab setiap pertanyaan yang disampaikan oleh pengajar. Pada akhir pembelajaran, pengajar memberikan soal latihan untuk mengukur ketuntasan materi yang disampaikan.

Pada tahap akhir pembelajaran, pengajar memberikan umpan balik kepada siswa. Pengajar menanyakan tentang kesan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. 

Siswa pun menjawab bahwa mereka sangat senang belajar dengan menggunakan media boneka kokoru (Boru). Hal itu, juga tecermin dalam hasil latihan soal yang diberikan. Hasil yang diperoleh mengalami peningkatan.

Dengan menggunakan media "BORU" (boneka kokoru), siswa lebih aktif,  terampil kerja sama dalam berdiskusi, dan hasil belajar siswa meningkat daripada keadaan sebelumnya.

Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia tingkat sekolah dasar khususnya dalam keterampilan menyimak cerita rakyat mencapai kemajuan yang sangat baik. Terdapat perbaikan perolehan hasil belajar yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan aktivitas dalam proses pembelajaran serta kemampuan siswa menemukan dan menyelesaikan masalah dalam pembelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun