Mohon tunggu...
FERA PANIE
FERA PANIE Mohon Tunggu... Guru - Teacher in the village

My God is bigger than my problem

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengikuti Budaya Rote, Orang Rote Tidak Kenal Stunting

28 Juli 2022   17:21 Diperbarui: 28 Juli 2022   17:23 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Badan kesehatan dunia (WHO) menyebut bahwa dunia sedang menghadapi tiga beban bertumpuk pada masalah kesehatan anak, atau sebagai triple burden of malnutrition. Tiga beban bertumpuk akibat gizi buruk atau malnutrisi.  Malnutrisi pada anak dibawah usia lima tahun umumnya terdiri dari tiga hal. Pertama, undernutrition atau kurang gizi pada anak seperti stunting dan wasting, kedua defisiensi zat gizi mikro, dan yang ketiga adalah obesitas. 

Istilah stunting menjadi trend saat ini untuk anak yang kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis serta kelebihan berat badan. Hal ini bisa terjadi karena kemiskinan serta kurangnya akses pengetahuan pada pola makan yang memadai, bahkan rendahnya kualitas makanan yang diberikan pada bayi serta asupan makanan dan minuman yang tidak sehat oleh anak.

Jaman sekarang tidak sedikit ibu yang harus menyapih anaknya di usia tiga bulan karena harus kembali bekerja di kantoran yang hanya mengijinkan cuti tiga bulan, bahkan dengan terpaksa harus memperkenalkan makanan padat pada si anak. Sebab bila anak masih ketergantungan ASI maka tentu ibu menjadi repot dan tidak fokus bekerja. Ada juga yang menyapih ketika bayi berusia enam bulan dan masa ASI ekslusif telah usai. Ada yang menggantikan ASI dengan susu formula.

Orang Rote sebenarnya tidak mengenal stunting kalau mengikuti budaya Rote. Sebab istilah "Bulak sio no teuk telu" yang memberi pengertian " Sembilan bulan dalam dalam kandungan dan tiga tahun disusui", maka anak bayi tentu terpenuhi kebutuhan gizi nya. Apalagi yang dikonsumsi oleh sang ibu adalah makanan-makanan lokal alamiah yang tidak tersentuh oleh bahan-bahan kimia seperti daun marungga (kelor) yang hanya direbus dan langsung dimakan dengan minum gula air.

Perempuan Rote sangatlah trampil didalam menyediakan makanan dan minuman yang baik bagi keluarganya. Pekarangan rumahnya selalu dipenuhi dengan tanaman-tanaman yang bisa dijadikan sayur tanpa harus membeli. Sehingga hal ini membuat kebutuhan gizi anak-anaknya terpenuhi. 

Dalam hal ini,  peranan ibu yaitu perempuan Rote sangatlah penting. Sehingga air susu nya dianggap air kehidupan bagi anak-anaknya. Maka setiap ada anak gadis Rote yang hendak menikah, maka salah satu mahar atau belis nya adalah  membayar air susu ibu nya. Hal ini tidak berarti bahwa ASI itu bisa dibayar, akan tetapi ini adalah bentuk penghargaan yang tertinggi kepada sang ibu yang telah mengandung, melahirkan dan membesarkan anak gadis nya. Karena sampai kapan pun, seorang anak tidak akan pernah bisa membalas pengorbanan ibu nya.

Apabila seorang gadis hendak dipinang, maka alat yang dipakai untuk meminang adalah sebuah tempat sirih yang biasa disebut ndunak. Isi ndunak terdiri dari sirih, pinang, tembakau, kapur dan disertai uang kadang-kadang ditambah dengan barang mas. Setelah tempat sirih dibungkus lalu diikat dengan seutas benang. Benang itu dibuat sembilan simpul pada bagian tengahnya dan sesudah sejengkal dibuat lagi tiga simpul. Hal ini mengungkapkan bahwa gadis tersebut dikandung selama sembilan bulan dan diberi air susu ibu (ASI) selama tiga tahun.

Hal ini memberi pengertian bahwa seorang anak bila diberi ASI selama tiga tahun, kebutuhan gizi nya pasti terpenuhi apalagi ditambah dengan asupan makanan dan minuman yang serba alamiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun