Mohon tunggu...
FERA PANIE
FERA PANIE Mohon Tunggu... Guru - Teacher in the village

My God is bigger than my problem

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Teluk Aman Lai Lona Ma Hak Aman Nepe Dae

8 Agustus 2021   23:12 Diperbarui: 8 Agustus 2021   23:32 1552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Maka Hak Aman Nepe Dae menjawab dengan jengkelnya : "Enak saja, aku yang bekerja banting tulang, tak kenal panas terik membakar kulit, tak kenal hujan membasahi badan dari pagi hingga matahari terbenam. Sekujur tubuhku dibasahi keringat untuk mengolah tanah. Aku yang berjuang mati-matian untuk mendapatkan semua ini, kemudian dengan gampangnya aku harus membagi kepada mereka? Aku tidak akan membagi hasil bumiku kepada siapapun juga."

Lalu Teluk Aman Lailona berkata kepada Hak Aman Nepe Dae : " Baiklah, karena selama ini kamu berpikir bahwa hanya dengan kekuatan dan kehebatan kamu dalam bekerja sehingga kamu mendapatkan semua ini, dan bahwa kamu tidak mau memperhatikan janda-janda dan anak yatim piatu, maka lihat saja nanti apa yang akan terjadi." Setelah berkata demikian, maka pulanglah Teluk Aman Lailona kelangit.

Mulai saat itu, hujan tidak lagi turun kebumi. Terjadi kemarau yang panjang dibumi.  Apapun yang dikerjakan oleh Hak Aman Nepe Dae selalu tidak ada hasilnya. Dengan sekuat tenaga Hak Aman Nepe Dae iris pohon lontar, panjat dari satu pohon ke pohon lainnya tapi tidak menghasilkan nira untuk dimasak menjadi gula air. Kebun-kebun tidak menghasilkan lagi karena kekeringan yang sangat panjang. Sawah -- sawah tidak bisa diolah karena kering. Hewan-hewan menjadi mati kelaparan karena tidak ada rumput yang bisa dimakan. Semakin hari bahan makanan yang telah ditimbun tahun-tahun sebelumnya menjadi berkurang. Karena tidak ada bahan makanan baru yang bisa dipanen.

Setelah tujuh tahun berjalan maka habislah bahan makanan dan minuman yang sudah dikumpulkan Hak Aman Nepe Dae. Semua hewan-hewan piaraannya mati tidak ada seekorpun yang tersisa. Semua harta kekayaannya habis. Hak Aman Nepe Dae kemudian jatuh sakit. Ia tidak bisa lagi bangun dari tempat tidurnya.   

Beberapa waktu kemudian, teringatlah Hak Aman Nepe Dae akan penguasa lagit Teluk Aman Lailona. Ia lalu berseru-seru dan memanggil-manggil nama Teluk Aman Lailona. Ia memohon belas kasihan dari Teluk Aman Lailona.

Pada suatu hari, datanglah Teluk Aman Lailona mengunjungi   Hak Aman Nepe Dae. Setelah sampai dirumahnya maka bertanyalah Teluk Aman Lailona :

" Saudaraku, bagaimana kabarmu?, sudah lama saya tidak datang mengunjungimu. Apakah kamu baik-baik saja?"

Lalu jawablah Hak Aman Nepe Dae :

" O Tuhan, aku sedang sakit dan juga kelaparan. Sudah tujuh tahun hujan tidak turun kebumi. Semua tumbuh-tumbuhan mati kekeringan dan semua ternak mati kelaparan. Kelaparan benar-benar melanda bumi."

Lalu jawab Teluk Aman Laiolona :

" Untuk itu sahabatku, janganlah engkau sombong dengan semua yang engkau miliki. Kamu terlalu membanggakan kekutan dan kehebatanmu didalam bekerja. Padahal sesungguhnya semua yang kamu dapatkan itu berasal dari aku. Karena itu kamu harus ingat baik-baik, bahwa apapun yang kamu dapatkan, jangan lupa memperhatikan janda-janda dan anak-anak yatim piatu. Karena disaat kamu tidak pedulikan mereka, maka akupun tidak mempedulikan kamu. Apabila kamu membuang mereka, maka akupun membuang kamu. Kalau kamu menyayangi mereka, maka akupun menyayangi kamu. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun