Paskah tahun ini berbeda kawan,
Tidak ada pawai obor,
Tidak ada lampu-lampu pelita yang berjejer di pinggir jalan
Tidak ada nonton bareng The Passion Of The Christ
hanya untuk menanti subuh pawai obor bersama
Tidak ada perayaan ibadah di alam bebas disertai aneka permainan
Tidak ada pawai dengan kendaraan yang didandani berjejel di jalanan
Sambil mempertotonkan aneka atraksi religius yang meriah
Tidak ada prosesi jalan Salib
Paskah tahun ini berbeda kawan,
Paskah disambut dengan air mata
Paskah dimeriahkan oleh teriakan-teriakan minta tolong
Paskah diselimuti duka, ketakutan dan kecemasan
Paskah dihantui bayang-bayang kegelapan, dingin, menggigil
Paskah di tengah badai
Badai yang bertopeng hitam
Badai yang menerjang dengan tak berhati
Badai yang berisik, mengganggu dan kami terusik
Badai yang merampas kebebasan kami
Bagaimana mungkin jiwaku pulas di lembah dongeng
Kalau saudara ku kehilangan tempat tinggal dihanyut banjir
Bagaimana mungkin aku disini duduk menikmati bintang jatuh
Kalau sahabatku kehilangan nyawa orang yang ia cintai
Bagaimana mungkin hatiku berdendang menyusun nada
Kalau kerabatku kehilangan harta yang mereka kumpul dengan keringat darah
Badai, banjir, longsor, akses jalanan terputus, pepohonan tumbang menimpa rumah-rumah, atap-atap rumah terangkat, jembatan rubuh, dermaga hancur, bendumgan jebol, gardu listrik meledak, Â Â Â Â Â Â Â Â
 Oh TUHAN... hati ku menjerit,
Paskah tahun ini berbeda kawan,
Drama duka yang tak kunjung berakhir
Luka yang kemarin belum mengering
Karena bumi kami belum sehat dari virus Corona
Hati ini merintih bagai disabit belati
Dalam diam ku,
Aku ingin meraih pundak Mu YESUS
Karena aku tak mampu beradu kekuatan dengan badai
Aku rindu kalimat Ajaib Mu menghiburku
Bahwa aku lebih kuat dari setiap kesulitan
Paskah yang berbeda,
Paskah ditengah badai !
Rote Ndao, 04 April 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H